Hari seninnya, semua teman di kelasku sudah pada heboh membicarakan kepergian aku yang secara tiba-tiba di rumah Kelvin waktu malam minggu. Mereka mengira perginya aku dari sana karena aku cemburu melihat kedekatan Nabila dan Kelvin, tak sedikit dari mereka menanyakan langsung kepadaku mengenai hal tersebut, seperti yang dilakukan Dara saat ini, saat aku hendak pergi ke lapang untuk mengikuti apel pagi-pembukaan class meeting, ia menarik ku ke belakang kelas, menginterogasiku dengan berbagai pertanyaan, buatku menghela napas lelah menanggapinya.
"Beneran 'kan tik, elo nggak cemburu sama si Kelvin dan si Bila?" tanya Dara ntah yang keberapa kalinya.
"Astagfirullah Dar, harus berapa kali gue ngomong sama lo. Nggak. Gue sama sekali nggak cemburu sama mereka berdua," tegasku berusaha meyakinkan Dara.
"Terus kenapa malam itu tiba-tiba lo pergi?"
"Ada urusan mendadak."
"Beneran nih?"
"Iya."
"Huh, syukurlah," Dara menghela napas lega, "Gue pikir lo itu baper sama si Kelvin, terus cemburu deh melihat si Kelvin sama si Bila. Secara kan belakang ini lo dekat banget sama tuh anak," kata Dara, ada jeda sebentar sebelum akhirnya ia kembali berkata, "Eh apalagi saat melihat si Kelvin yang kelihatan prustasi banget setelah lo pergi, buat gue dan anak-anak yang lain curiga, Jangan-jangan emang ada apa-apa antara lo dan Kelvin," Dara memicingkan matanya.
"Ish apaan sih, ya nggak lah," kataku dan melengos pergi menuju lapang.
"Bagus deh. Jangan sampai lo baper ya sama si Kelvin," ujar Dara yang mensejajarkan langkahnya denganku, buatku mengernyit dan menoleh ke arahnya.
"Kenapa?" tanyaku heran mendengar Dara yang tiba-tiba berkata seperti itu.
"Kenapa apanya?"
"Kenapa tiba-tiba lo ngomong begitu?"
"Sebenarnya ada rahasia yang pengen gue omongin ke elo sih Tik," kata Dara menghentikan langkahnya.
"Apa?" tanyaku ikut berhenti.
"Tapi gimana ya, gue nggak enak ngomongnya," Dara terdiam sesat, "Ntar aja deh ngomongnya, atau mungkin lo bakal mengetahuinya sendiri," lanjutnya dan kembali melangkah meninggalkanku yang masih diam mematung di tempat, bingung sekaligus penasaran dengan apa yang ingin dikatakan oleh Dara.
Rahasia?
Rahasia apa yang ingin dikatakannya kepadaku?
Ah sudahlah.
Ku berusaha melupakannya dan bergegas pergi ke lapang.
Hari ini setelah satu minggu PAT (Penilaian Akhir Tahun) dan sebelum pembagian lapor, kegiatan di sekolahku adalah class meet kegiatan sekolah yang mempertemukan anak kelas dalam berbagai pertandingan dan perlombaan yang diadakan selama satu minggu. Sebelum acaranya dimulai, biasanya kami semua akan melaksanakan apel pagi sebagai pembukaan acara yang dipimpin langsung oleh kepala sekolah.
Setelah apel pagi selesai, semua siswa-siswi dibubarkan dan disuruh menepi di pinggir lapangan untuk menyaksikan pertunjukan-pertunjukan dari anak seni. Namun, sebagian ada yang menurut dan sebagiannya lagi ada yang memilih pergi meninggalkan lapang, termasuk aku karena aku merasa kepalaku pusing akibat tidak sarapan di rumah. Jadi aku memutuskan untuk kembali ke kelas dan menidurkan kepalaku di atas meja dengan tangan yang dijadikan sebagai bantal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diarry Atika
Teen Fiction"Karena gue takut jatuh cinta sama lo. Gue takut salah dalam mengartikan sikap baik lo terhadap gue. Walaupun rasa itu belum tumbuh. Namun, yang namanya cinta tak bisa ditebak kapan saat ia datang, dan hilang. Karena itulah gue memilih menghindar da...