19. 🍑Berubah?🍑

76 13 1
                                    

Di sekolah, kalian pasti pernah ngalamin-ketika mau pergi ke suatu tempat harus ngelewatin segerombolan cowok yang sedang ngumpul, dan kalian pasti bingung memilih antara harus lanjut, atau putar balik dan kembali ke kelas..

...,dan menurutku, hal itu benar-benar kampret momen yang sangat menyebalkan.

Bagaimana tidak?

Ceritanya, setelah melaksanakan salat dzuhur, aku disuruh bu Susi mempotokopi kisi-kisi ulangan bahasa Indonesia untuk minggu depan, tapi ternyata, koprasi nya tutup, buatku terpaksa harus pergi ke tempat potokopi yang ada di depan sekolah.

Awalnya, aku biasa aja jalan tenang melewati beberapa koridor sekolah.

Namun, setelah sampai di gerbang, ku mengerem tubuhku secara mendadak, dan meneguk ludah kasar saat melihat segerombolan orang tengah nongkrong di depan kios yang letaknya berada di sebelah fotokopi-tengah bermain gitar seraya bernyanyi-nyanyi ria. Yang artinya, mau tidak mau aku harus ngelewatin mereka dulu untuk bisa sampai ke tempat fotokopi.

Tapi.

Gimana caranya?

Aku tidak seberani itu, dan merasa takut jika harus jalan sendirian melewati mereka.

Jumlah mereka banyak banget. Cowok semua lagi, dan yang lebih parahnya lagi, kalau dilihat dari seragamnya kebanyakan diantara mereka sepertinya bukan siswa sekolah ini. Ya, walaupun ada beberapa orang siswa pelita internasional. Tapi tetap saja, aku nggak kenal sama mereka.

Ahhh...

Gimana ini?

Apa yang harus aku lakukan sekarang?

Lanjut? Atau putar balik?

Kalau lanjut. Ah, sudah ku bilang aku nggak berani. Nanti kalau mereka macam-macam gimana? Maksudku kalau mereka ganggu aku gimana?

Tapi....

Kalau putar balik. Terus fotokopi-nya gimana? Aku 'kan disuruh bu Susi untuk memfotokopi kisi-kisi buat ulangan minggu depan.

Ku mendecak kesal, yang selanjutnya menghela nafas panjang mencoba menenangkan diri.

Ok, tenang Atika.

Kamu pasti bisa.

Nggak usah takut, mereka semua sama manusia yang makanannya nasi.

Tapi....

Ya tetap saja, aku 'kan perempuan. Apa iya aku bisa melewati mereka yang jumlahnya banyak banget.

Aduh, nggak-nggak.

Ku menggeleng kepalaku cepat.

Nggak usah lebay, kamu pasti bisa Atika.

Ok, ku menghela nafas dan mencoba melangkahkan kakiku kembali.

Namun, baru beberapa langkah ku berjalan.

"Kiw, kiw. Ada cewek tuh."

Deg.

Refleks ku menghentikan langkahku kembali, dan meneguk ludahku kasar.

Tuh, kan....

Apa aku bilang.

Mendadak, aku jadi gemetar. Bingung tidak tahu harus ngapain.

Yang aku lakukan sekarang adalah diam membisu di tempat, sementara suasana di depan kios sudah rusuh terdengar suara beberapa orang yang menggodaku dengan nada suara yang menjijikkan.

Sampai, ada seseorang mendekat dari belakang menutup kepalaku dengan switer berwarna tosca, buatku tersentak kaget, dan menoleh ke belakang.

"Lo ngapain berdiri di sini sendiri?" tanya cowok itu buatku tertegun beberapa saat, yang selanjutnya ku mengerjap cepat.

"Kelvin, elo?" ucapku menghela nafas.

"Iya ini gue, kenapa?" tanyanya, "Sini kertasnya biar gue yang fotokopi," kata Kelvin merebut kertas yang ada di tanganku buatku mengerjap.

Eh.

Ku bengong.

"Ck, kenapa sih lo? Udah gue bilang 'kan kalau lo butuh bantuan ngomong sama gue, dan lain kali kalau mau pergi jangan sendirian," jelasnya buatku nganga mencoba mencerna ucapan Kelvin baruan.

Hah?

Ni anak kenapa?

Sikapnya ko jadi seperti ini?

Aku benar-benar nggak ngerti sama makhluk yang satu ini, sebenarnya Kelvin Candra itu manusia sejenis apa?

Hari ini sikapnya begitu aneh kepadaku.

Dia begitu baik, dan perhatian banget.

Benar-benar so manis.

Yang pertama.

Pagi-pagi dia udah nangkring di depan rumahku, bersama motor besarnya. Dia bilang mau berangkat bareng katanya.

Aku juga tidak tahu dari siapa dan sejak kapan dia tahu rumahku.

Awalnya, aku sempat nolak dan menyuruhnya untuk berangkat duluan, tapi bukan Kelvin Candra namanya kalau dia nggak keras kepala dan nggak mau dibantah, membuatku harus berdebat kecil dengannya, yang akhirnya terpaksa aku harus ngalah, dan berangkat bareng bersama Kelvin, dengan kendaraan masing-masing.

Yang kedua.

Di kelas, mendadak dia jadi perhatian banget, so manis banget. Nanyain udah makan belum, dan ngajakin makan bareng ke kantin, buatku mengernyit bingung. Ni cowok kerasukan atau gimana? Dan tentu saja, aku menolak ajakannya ke kantin, karena trauma dengan kejadian awal masuk sekolah dulu.

...., dan bukan hanya itu, hari ini, dia juga sempat beberapa kali bantuin aku. Seperti, membantuku menyelesaikan tugas fisika yang tidak aku mengerti, membantuku membawakan buku ke perpustakaan, menungguku di lab komputer saat aku belum selesai ngerjain power point, dan sekarang dia juga datang membantuku disaat keadaanku benar-benar butuh bantuan.

Buatku, benar-benar tidak mengerti dengan cara berpikir seseorang Kelvin Candra.

Ni orang salah minum obat atau gimana sih?

"Nggak usah liatin gue kaya gitu, nanti lo naksir," ucap Kelvin membuyarkan lamunanku, buatku mengerjap.

"Udah, lebih baik lo tunggu di sana, biar ini sama gue," katanya seraya menunjuk warung baso yang ada di sebelah kananku.

"Ta-tapi...."

"Udah, jangan banyak tapi-tapian. Nunggu di sana lebih aman, banyak cewek, ko," kata Kelvin seraya memutar pelan tubuhku yang masih belum sadar sepenuhnya.

"Woy, ko malah bengong sih? Cepetan tunggu di sana, jangan berdiri di pinggir jalan seperti ini."

"Hah? I-iya." refleks ku mengikuti ucapannya, dan pergi ke warung bakso.

"Woy, nitip teman," teriak Kelvin saat aku sampai di warung bakso.

~Bersambung.

Diarry AtikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang