Karena hari ini piket. Jadi hari ini aku berangkat sekolah lebih pagi dari biasanya. Suasana sekolah pun masih tampak sepi, hanya ada beberapa orang yang sudah datang ke sekolah.
Sesampainya di kelas, aku langsung mendudukkan diri sambil melepas tas, memandangi kelas yang masih tampak kosong. Lalu, beranjak ke belakang untuk mengambil sapu, dan saat menoleh ke sebelah kiri refleks ku menjerit.
"WOAAAAA."
"WOOOAAAA, MALING, MALING MANA MALING..." terdengar suara seseorang ikut teriak.
"Heh, Atika woy," suara serak itu buatku ngerjap, membuka perlahan telapak tangan yang menutupi wajahku.
"Kelvin," ku melongo.
"Elo ngapain, teriak-teriak?" tanyanya.
"Elo juga ikutan teriak."
"Gue pikir ada maling."
"Ya, elo sih, ngapain tiduran di sana, di tutup pake kain putih lagi. Ya gue 'kan takut."
Kelvin hanya menghela napas. "Tumben lo datang se-pagi ini."
"Piket," jawabku.
"Oh," responnya, lalu mengubah posisinya menjadi duduk seraya melepaskan hodinya, buatku refleks kembali menjerit melihat Kelvin setengah telanjang, tanpa baju.
"HEH, KELVIN LO MAU NGAPAIN? PAKE LAGI HODINYA," pekikku menutup wajah.
Namun Kelvin hanya terkekeh geli. "Ambilin seragam gue," katanya.
"Di mana?" tanyaku.
"Di atas meja, belakang lo," katanya.
Ku membalikan badan, menurunkan telapak tangan, lalu mengambil seragam putih milik Kelvin, dan melemparnya ke depan, "Cepetan pake," ucapku ngelengos pergi meninggalkan Kelvin untuk memulai piket.
Suasana di luar kelas mulai terdengar ramai, pertanda sudah banyaknya siswa-siswi yang berdatangan ke sekolah. Namun, aku lihat kelas X ipa-3 belum juga ada yang datang ke kelas. Ntah memang beneran belum datang, atau nongkrong dulu di kantin. Padahal jam sudah menunjukan pukul 06.40, yang artinya bel masuk sebentar lagi akan berbunyi. Mentang-mentang hari ini pelajaran pertama olahraga mereka bisa datang seenaknya. Si Dimas dan anak-anak yang lain, yang hari ini piket bersamaku pun belum terlihat, buatku menghela napas panjang. Mau tidak mau terpaksa aku harus membersihkan kelas sendirian sebelum pelajaran dimulai.
Setelah selesai menyapu, dan mengepel. Kini aku berniat akan membuang sampah. Namun, saat ku mengangkat tong sampah. "Sini biar gue aja," ucap Kelvin tepat berada di samping telingaku buatku menoleh ke arahnya, dan kini posisiku begitu dekat dengan Kelvin buatku jadi diam mematung berberapa detik dengan jantung yang tiba-tiba berdetak begitu cepat, sampai....
"WADUH, WADUH. ADA APA INI PANDANG-PANDANGAN," terdengar suara toa seseorang buatku mengerjap dan refleks melepaskan tong sampah yang ada di tanganku.
Astagfirullah hal adzim.
Ku menggelengkan kepala, menjauhkan diri, dan menoleh ke kebelakangan melihat Dimas yang baru datang, berjalan lurus ke arah kami dengan cengiran nggak jelas.
"Wah, hayo lagi ngapain kalian berdua? Ngaku sama gue," ucap Dimas mendekat.
"Lo darimana aja njirr, nggak tahu diri banget jadi orang," ucap Kelvin maju menjitak kepala Dimas, buat Dimas mengaduh kesakitan.
"Apaan sih lo," Dimas mengusap-ngusap kepalanya.
"Nih, piket buang sampah," kata Kelvin menyodorkan tong sampah ke hadapan Dimas buat Dimas termundur ke belakang. "Sekalian buang diri lo sana," lanjutnya, dan ngelengos pergi kembali ke bangkunya.
Bertepatan dengan bel masuk berbunyi, satu-persatu anak X ipa-3 berdatangan heboh memasuki kelas, buat kelas menjadi ramai.
Sampai Rendi ketua kelas, masuk mendiamkan semua orang dan menyuruhnya untuk segera mengganti baju, dan turun ke lapangan.
~Bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diarry Atika
Teen Fiction"Karena gue takut jatuh cinta sama lo. Gue takut salah dalam mengartikan sikap baik lo terhadap gue. Walaupun rasa itu belum tumbuh. Namun, yang namanya cinta tak bisa ditebak kapan saat ia datang, dan hilang. Karena itulah gue memilih menghindar da...