22. 🍑Gosip🍑

35 6 0
                                    

"Atika lo pacaran sama Kelvin?" sebaris kalimat interogatif dari Stella sukses buat nasi goreng yang ada di mulutku menyembur ke luar dan tersedak.

"Aduh, minum dulu, minum dulu," Stella menyodorkan segelas air putih ke arahku. "Hati-hati dong!" kata Stella.

Dan aku masih mencoba menenangkan diri, seraya mengambil tisu yang ada di atas meja.

"Atika jawab," ucap Stella buatku menoleh.

"Apaan?" tanyaku tak paham.

"Elo pacaran sama Kelvin?"

Hah?

Ku mengerjap.

"Nggak, siapa yang pacaran," jawabku.

"Oh my baby Atika, jangan bohong."

"Siapa yang bohong. Apaan sih lo ko tiba-tiba nanya begituan? Siapa yang pacaran hah?"

"Tapi di grup...."

"Grup apaan? Gosip?"

"Ih, emangnya elo nggak tahu?"

Ku menggeleng, "Apaan?" tanyaku.

"Oh my baby Atika, di grup angkatan anak-anak pada ngomongin elo sama Kelvin katanya pacaran," ucap Stella, dan sukses buat mataku melotot.

"Hah? Elo serius?" tanyaku tidak percaya.

"Ya serius lah, buat apa gue bercanda. Makanya elo itu jangan kudet dong, sekali-kali kek main sosial media, biar tahu informasi dan berita yang sedang up-to-date," cerocos Stella buatku memutar bola mata jengah.

"Apaan sih lo," ku mengerucutkan bibirku, "Eh itu siapa sih yang nyebarin berita begituan, kurang kerjaan banget tahu nggak."

"Gue juga nggak tahu," Stella mengedikan bahu, "Yang gue tahu di grup udah rame aja pada ngomong elo pacaran sama pangeran sekolah."

"Dih, terus elo langsung percaya begitu saja?"

"Ya awalnya sih gue nggak percaya, masa iya lo pacaran sama Kelvin. Secara 'kan elo itu ilfil banget sama dia, kalau ketemu berantem mulu kaya tom and jerry, lalu tiba-tiba aja ada berita yang mengatakan kalau elo pacaran sama Kelvin. 'Kan itu tidak masuk akal banget. Makanya gue diam-diam aja, tapi ketika gue melihat secara langsung kejadian beberapa hari lalu, dan tadi pagi. Gue juga jadi ngerasa kalau elo tuh emang pacaran sama Kelvin," jelas Stella panjang lebar.

"Kejadian apa?" tanyaku.

"Kejadian yang menunjukkan kalau elo itu akrab banget sama Kelvin. Beberapa kali gue lihat lo itu sering barengan sama Kelvin seperti seorang kekasih," ucap Stella buatku terdiam sesaat.

Hah?

Emangnya iya aku sedekat itu sama Kelvin?

"Emang lo lihat gue sedekat apa sama Kelvin? Ih, paling elo salah lihat kali."

"Oh my baby Atika, dengar ya mata gue tuh masih normal, masih sehat. Jadi gue nggak mungkin salah lihat. Udah tercyduk juga masih aja ngeyel. Udah deh mending elo ngaku aja kalau elo pacaran kan sama kelvin."


"Ih, apaan sih nggak," tegasku.

"Terus kalau nggak pacaran, kenapa lo bisa sedekat itu sama Kelvin. Di mana ada elo, pasti ada Kelvin, bahkan gue lihat Kelvin pernah bantuin elo bawa buku ke perpustakaan, dan elo tertawa begitu lepas saat bersama dia. Jadi itu apa namanya kalau bukan pacaran," ucap Stella buatku menghela napas panjang.

"Astagfirullah Stella. Jadi hanya karena itu lo langsung nyimpulin kalau gue pacaran sama Kelvin?" tanyaku tidak percaya, dan Stella hanya mengangguk.

Ku melengos jengah. "Dengar ya Stella gue sama Kelvin itu 'kan teman sekelas. Jadi emangnya salah ya kalau gue ke perpus bareng, tertawa dan bercanda bareng teman se-kelas?"

"Ya tapi kan, ini itu Kelvin bukan Bagas." Stella menggaruk kepalanya.

"Terus emangnya kenapa?"

"Ya karena yang gue tahu selama ini lo dekatnya sama Bagas, dan elo begitu benci banget sama Kelvin, tapi kenapa sekarang tiba-tiba jadi dekat," ucap Stella buatku terdiam sesaat.

"Ya.... Ntahlah, gue juga nggak tahu," ucapku seraya mengedikka bahuku.

Ya aku juga tidak tahu bagaimana ceritanya aku bisa sangat dekat dengan Kelvin.

Sampai sekarang-pun aku masih belum bisa percaya tentang kedekatan aku dengan Kelvin. Aku yang dari awal sudah mengklaim si Kelvin sebagai musuhku, Kelvin yang selalu menggangguku sampai kepalaku ingin meledak, dan kalau ketemu selalu ngibarin bendera perang. Sekarang malah jadi akur, dan bahkan sangat dekat. Kemana-mana selalu barengan, saling membantu satu sama lain saat ada tugas sekolah, bercanda dan tertawa, atau membuat lelucon yang sangat receh.

Aku pun tidak mengerti kenapa bisa jadi seperti ini, dan ternyata si Kelvin tidak seburuk yang aku pikirkan-walaupun sikap nyebelinnya masih ada, tapi malah dekat dengan Kelvin buatku merasa lebih bebas dan lebih terbuka.

Aku jadi sering ikut nyanyi-nyanyi bareng Kelvin, Yura, Dimas, dan Bagas saat jam kosong ataupun istirahat.

Aku yang biasanya tidak suka keramaian, dan lebih memilih ke perpustakaan saat ada perlombaan di lapang. Kini jadi sering ikut-ikutan nonton bareng anak kelas teriak-teriak memberi dukungan pada Dimas yang satu-satunya anak futsal di kelas ipa-3.

Atau, Kelvin juga sering maksa aku buat ikut makan bareng anak-anak kelas di cafe saat pulang sekolah.

Dekat dengan Kelvin buatku benar-benar ngerasain bagaimana rasanya nikmatin masa SMA yang menyenangkan bersama seorang teman. Masa SMA, masa di mana kata orang adalah masa yang paling indah dan sulit untuk dilupakan itu ternyata benar. Kisah masa SMA-ku yang awalnya begitu membosankan dan sangat menonton kini mulai dipenuhi warna, dan ternyata orang yang telah menaburkan warna tersebut adalah Kelvin Candra.

"Tapi kalau elo beneran pacaran sama Kelvin juga nggak papa," ucap Stella buatku mengerjap

Hah?

Ku melongo menatap Stella.

"Kalau dilihat-lihat elo itu cocok juga sama Kelvin, Kelvin ganteng, elo juga cantik," kata Stella seraya menatapku lekat.

Buatku termundur ngeri.

"Dih, kenapa lo? Kurang obat?"

"Ih gue serius Atika, gue dukung banget kalau misalkan elo sama Kelvin jadian, daripada sama si Bagas, dia kan playboy banget orangnya."

"Stella lo itu ngomong apaan sih, Kelvin sama Bagas itu teman sekelas gue, nggak ada yang namanya pacaran ataupun cinta-cintaan," kataku.

"Ciaelah, awas loh teman jadi demen," ucap Stella dengan nada suara menggoda.

Apaan. Yakali aku naksir sama temen sekelas sendiri.

"Nggak bakalan. Teman ya teman, nggak perlu ada perasaan, dan satu lagi, si Kelvin sama Bagas sama saja-satu spesies sama-sama buaya. Jadi nggak ada yang spesial diantara mereka."

"Beneran nih, tapi kata orang ni ya, cinta itu bisa datang karena terbiasa"

"Apaan sih, udah ah berisik," ucapku dan beranjak pergi dari tempat duduk.

~Bersambung

Diarry AtikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang