Suara bel pulang terdengar begitu nyaring di lingkungan sekolah, pertanda pelajaran sudah berakhir.
Setelah guru keluar, satu-persatu siswa berhamburan pergi meninggalkan kelas, dan aku masih sibuk membereskan alat tulisku ke dalam tas.
"Pulang bareng siapa?" sebaris kalimat interogatif membuatku mendongak, melihat Bagas sudah berdiri di hadapanku.
"Eh, Gas. Gue pulang bareng Stella," jawabku.
"Oh, udah janjian?"
"Udah. Dia nunggu di parkiran."
"Yaudah, kalau begitu gue pulang duluan ya," kata Bagas dan pergi keluar.
Setelah memasukkan semua alat tulis ke dalam tas, aku pun beranjak dari tempat dudukku bergegas pergi ke luar meninggalkan kelas.
Berjalan tenang melewati beberapa koridor sekolah menuju parkiran.
Yang kemudian aku berhenti, lalu menoleh ke sebelah kiri, melihat Stella sudah berdiri di samping motornya seraya merunduk memandangi hp.
Aku pun bergegas, melanjutkan langkahku menghampiri Stella. Namun, tiba-tiba ada seseorang menarik tas-ku dari belakang, buatku tersentak dan termundur kembali ke belakang.
"Heh, mau ke mana lo?" ucap orang itu buatku mendongak.
"Kelvin lo apa-apaan sih, lepas!" kataku menepis tangan Kelvin.
"Lo mau kemana? Mobil gue kan ada di depan."
"Terus emangnya kenapa kalau mobil lo ada di depan?"
"Ya seharusnya lo ke depan lah, gue nungguin lo dari tadi tau-taunya lo ada di sini. Ngapain lo di sini?"
"Ya gue mau pulang lah," ucapku dan melengos pergi meninggalkan Kelvin.
"Heh, enak aja. Lo mau pulang bareng siapa? Lo 'kan nggak bawa motor," ucap Kelvin menghalangi jalanku.
"Gue pulang bareng Stella. Udah ah minggir," kataku.
"Heh, nggak bisa. Lo harus pulang bareng gue," kata Kelvin buatku mengernyit.
"Dih, apaan sih lo ngatur banget. Minggir nggak."
"Nggak. Lo berangkat bareng gue, pulang juga harus bareng gue," kata Kelvin maksa.
"Heh, siapa lo ngatur-ngatur gue. Lo budeg atau gimana sih, gue bilang kan gue mau pulang bareng Stella," kataku dan melengos pergi meninggalkan Kelvin.
Namun, sedetik kemudian, Kelvin menarik ujung kerudungku buatku refleks termundur ke belakang kembali pada posisi awal.
"Kelvin lo apa-apaan sih, lepasin gak?" ucapku mulai kesal.
"Nggak, sebelum lo naik ke mobil gue," kata Kelvin santai.
"Gue bilang gue nggak mau."
"Lo harus mau," katanya buatku menghembuskan napas kasar.
"Heh, mau lo apa sih hah? Pertama lo udah buat nilai biologi gue kosong, dan sekarang lo maksa gue buat pulang bareng lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Diarry Atika
Novela Juvenil"Karena gue takut jatuh cinta sama lo. Gue takut salah dalam mengartikan sikap baik lo terhadap gue. Walaupun rasa itu belum tumbuh. Namun, yang namanya cinta tak bisa ditebak kapan saat ia datang, dan hilang. Karena itulah gue memilih menghindar da...