Setelah selesai salat isya, ku bergegas merapikan alat salat-ku dan pergi ke luar untuk ikut gabung bersama anak-anak yang lain.
Aku turun ke lantai bawah, lihat kanan-kiri dan ternyata tidak ada siapa-siapa di ruang tamu. Sepertinya semua orang tengah berkumpul di teras depan. Kembali ku melangkahkan kakiku. Namun, tiba-tiba....
"Atika!"
Ku berhenti, melihat ke belakang, ada Rendi yang baru ke luar dari arah dapur.
"Udah makan? Gue lagi masak mie di dapur, mau gue buatin nggak?" tanyanya.
Eh.
Aku bengong sesaat. "Boleh deh, kebetulan gue belum makan sih," jawabku. "Tapi, gue masak sendiri aja deh," lanjutku dan kembali ke kamar untuk mengambil pop mie yang sengaja aku bawa dari rumah.
Setelahnya, aku pergi ke dapur untuk membuat pop mie, di sana ada Yura juga yang tengah sibuk motongin sayuran dan sosis.
"Lo mau sosis?" tanya Rendi mendekat.
"Boleh," kataku.
"Wah wah wah, lagi masak apa nih? MAU DONG!" terdengar suara teriakan Kelvin heboh.
"Mau gue buatin Vin? Ini sekalian gue lagi buat pop mie buat Bu Susi," kata Rendi.
"Wah, boleh-boleh," seru Kelvin semangat.
"Eh, ada Atika nih," ucapnya seraya menyengir lebar.
Yang langsung aku pelototi. "APA?"
"He he, santae-santae itu tatapannya."
"Ra lo ngapain di sini?" tanya Kelvin menghampiri Yura.
"Lagi kosidahan," jawab Yura asal.
"Ayo ke luar, jangan ganggu," Kelvin menarik lengan Yura.
"Heh, apaan?" tanya Yura tak mengerti.
"Itu si Waldi urusin, jangan ganggu orang yang lagi pendekatan," kata Kelvin yang kemudian.
"Hah?", "hem." "Eh."
Hening beberapa saat.
"Beneran Tik?" celetuk Yura tiba-tiba membuatku mengerjap.
"Hah? Apanya?" tanyaku tak paham.
Yura menggerakkan dagunya ke arah Rendi yang sudah kembali membuat pop mie.
Eh.
Sebentar.
Ku melirik ke arah Kelvin yang tengah senyum-senyum nggak jelas.
Maksudnya apaan nih?
"Ng-ngak, nggak," ucapku cepat setelah sadar maksud dari ucapan Kelvin barusan.
"Heh, dasar biang gosip," ucap Yura seraya menoyor kepala Kelvin, dan membuat Kelvin meringis kesakitan.
"Ayo Tik, lo udah selesai? Kita makannya di luar," kata Yura.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diarry Atika
Novela Juvenil"Karena gue takut jatuh cinta sama lo. Gue takut salah dalam mengartikan sikap baik lo terhadap gue. Walaupun rasa itu belum tumbuh. Namun, yang namanya cinta tak bisa ditebak kapan saat ia datang, dan hilang. Karena itulah gue memilih menghindar da...