Setelah selesai mengganti pakaian olahraga dengan putih abu, aku bergegas untuk kembali ke kelas, berjalan santai melewati beberapa koridor sekolah, pandangan lurus ke depan, dengan pikiran yang terus berpusat pada setangkai mawar merah yang aku temukan di dalam lokerku.
Siapa pengirim bunga mawar itu?
Tidak ada nama pengirimnya di sana.
Ku menatap mawar yang ada di genggaman ku ini.
Apa jangan-jangan ini dari.... Ah, tidak-tidak. Tidak mungkin bunga mawar ini darinya 'kan. Kalo iya, darimana dia mendapatkan kunci lokerku.
Ah, ntahlah aku tidak tahu, dan tidak mau tahu.
Ku melanjutkan langkahku, dan ketika aku sampai di depan kelas.
Wait.
Ku mengerutkan keningku bingung ketika melihat teman-temanku yang tengah berkumpul, seperti melihat seseorang yang sedang mengalami kecelakaan di tengah jalan.
Ada apa ini?
Aku pun menerobos masuk dan menghampiri Yura, ingin bertanya apa yang terjadi. Namun, belum sempat aku bertanya, ku dibuat terkejut ketika melihat kelopak bunga mawar merah yang berserakan di atas lantai dan juga meja. Ditambah lagi, ku melihat Bu Siska-guru biologi, kalau dilihat dari ekspresi wajahnya sepertinya dia sedang marah besar.
Aku benar-benar dibuat bingung dengan keadaan sekarang ini.
Sebenarnya, apa yang terjadi? Dan kenapa bisa ada begitu banyak kelopak bunga yang berserakan di dalam kelas?
"JAWAB!" bentak Bu Siska tiba-tiba, seraya menggebrak meja membuyarkan lamunanku.
Ku melihat ekspresi semua orang masih sama, wajah yang menunduk tidak berani menatap Bu Siska, dan mulut yang diam seribu bahasa.
"Kenapa kalian semua diam? Siapa yang melakukan semua ini? Kenapa bisa ada kelopak mawar berserakan di dalam kelas ketika pelajaran saya," ucap Bu Siska benar-benar marah.
"Bu," seru Kelvin memecahkan keheningan.
Membuat semua orang mengangkat wajah.
Kini, semua pasang mata tertuju ke arah Kelvin, termasuk aku.
"Iya, kenapa Kelvin? Apa kamu yang melakukan semua ini?" tanya Bu Siska.
"Bukan, Bu."
"Terus?"
"Atika yang melakukan semua ini," kata Kelvin dengan suara lantang.
What?
Aku nganga.
Tidak percaya dengan apa yang Kelvin ucapkan barusan.
Apa-apaan ini?
Kenapa dia mengatakan semua itu? Dan bahkan aku baru sampai ke dalam kelas barusan, aku tidak tahu apa-apa. Tapi si Kelvin, dengan santainya dia mengatakan kalau semua ini ulahku.
Kini semua orang menatap ke arah ku dengan tatapan tidak terbaca.
"Benar itu Atika?" Bu Siska menatap tajam ke arahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diarry Atika
Teen Fiction"Karena gue takut jatuh cinta sama lo. Gue takut salah dalam mengartikan sikap baik lo terhadap gue. Walaupun rasa itu belum tumbuh. Namun, yang namanya cinta tak bisa ditebak kapan saat ia datang, dan hilang. Karena itulah gue memilih menghindar da...