"Selalu apa?" tanyaku.
"Gue selalu merasa belum siap," jawabnya, ada jeda sebentar sebelum ia menarik napas dan kembali berkata.
"Gue belum siap melihat keadaan nyokap gue yang seperti itu Tik. Gue masih belum bisa menerima semua kenyataan pahit ini. Semuanya terjadi begitu cepat. Gue pikir ini semua hanyalah mimpi, tapi ternyata nggak," jelas Kelvin tanpa menatap ke arahku, matanya justru lurus ke deretan kelas-kelas di depan.
"Gue masih nggak menyangka, bisa melihat nyokap gue yang selalu lemah lembut tiba-tiba mengamuk di hadapan gue, menjerit-jerit histeris seraya mengeluarkan kalimat-kalimat kotor, membuat gue berfikir kalau itu bukan nyokap gue. Nyokap gue tidak seperti itu. Selama ini gue selalu lari dari masalah ini, gue selalu pura-pura tidak tahu apa-apa karena gue ingin melupakan semuanya, gue selalu menganggap kalau ini hanya mimpi. Nyokap gue nggak sakit. Nyokap gue baik-baik saja, dan dia sedang berlibur ke rumah nenek gue di Jerman, tapi ternyata gue salah, kalau semua ini memang beneran terjadi. Sekarang gue sadar kalau nyokap gue sakit. Nyokap gue sakit, dan itu semua akibat kecerobohan gue." lanjutnya.
Ku tertegun mendengar penuturan Kelvin barusan. Menghela napas, lalu menatap Kelvin.
"Terus sekarang lo mau apa?" tanyaku.
Kelvin mendengus, "Gue nggak tahu."
"Apa lo nggak mau ketemu sama Ibu lo?"
"Apa gue masih pantas?" tanyanya seraya tertawa hambar.
"Kenapa nggak?"
"Setelah apa yang sudah gue lakuin selama ini, gue nggak yakin apakah gue.... "
"Kalau lo emang beneran mau memperbaiki semuanya. Berhenti mengatakan hal-hal bodoh seperti itu," kataku memotong ucapan Kelvin, "Tidak ada kata terlambat untuk berubah. Mau bagaimana pun keadaannya, dia tetap ibu lo dan lo tetap anaknya, temui dia. Dia sangat membutuhkan lo, apalagi selama ini ketika ibu lo mengamuk, beliau selalu berteriak memanggil-manggil anaknya. Apakah anak yang dimaksudnya itu lo?"
"Bukan," jawab Kelvin singkat, buatku mengernyit bingung.
Terus siapa anak yang dimaksudnya? Apakah Kelvin mempunyai saudara?
Tapi sudah cukup. Aku nggak usah kepo terlalu jauh sama kehidupan orang lain, semua orang mempunyai privasi-nya masing-masing, kalaupun Kelvin mau memberi tahu ku, ia akan memberitahu dengan sendirinya tanpa aku tanya.
"Ok. Jadi sekarang.... "
"Lo antar gue menemuinya," putus Kelvin pada akhirnya, membuatku tersenyum tipis.
Aku hanya mengangguk dan mengikutinya dari belakang.
"Lo tunggu dulu di depan ya! Gue mau izin dulu sama anak-anak band," kata Kelvin sebelum membelokkan langkahnya, dan lagi-lagi aku hanya mengangguk sebagai jawaban, sebelum akhirnya berjalan ke depan dan duduk di kursi panjang yang tepat berada di sebelah kiri gerbang sekolah.
Lima menit ku menunggu, dan Kelvin belum muncul juga, membuatku memutuskan untuk memainkan ponselku membuka sosial media untuk sekedar mengusir rasa bosan.
"Ekhem," suara deheman seseorang menghentikan pergerakanku, buatku mendongak dan mengernyit bingung saat melihat seorang perempuan yang beberapa hari yang lalu pernah aku temui.
"Hai," sapanya lembut seraya tersenyum manis buatku mengerjap beberapa kali.
"Eh, ha-hai," balasku yang ntah kenapa jadi merasa kikuk sendiri.
"Atika ya?" tanyanya buatku lagi-lagi mengernyit.
Lah, ko dia tahu?
"Ingat gue?" tanyanya lagi, aku mengangguk seraya tersenyum canggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diarry Atika
Teen Fiction"Karena gue takut jatuh cinta sama lo. Gue takut salah dalam mengartikan sikap baik lo terhadap gue. Walaupun rasa itu belum tumbuh. Namun, yang namanya cinta tak bisa ditebak kapan saat ia datang, dan hilang. Karena itulah gue memilih menghindar da...