Selama perjalanan pulang, aku dan Kelvin tidak melakukan apapun selain duduk dan diam. Tidak ada obrolan menarik, atau pun suara alunan musik yang menemani perjalanan kami berdua.
Terasa begitu hening.
Kelvin yang biasanya selalu mengoceh, sampai membuat aku kesal, kini hanya diam dan fokus menyetir, begitupun dengan aku yang hanya diam dengan pandangan menjelajah ke luar jendela-memandangi berbagai aktivitas yang terjadi di luar sana.
Sebenarnya aku ingin sekali bertanya kepada Kelvin mengenai kejadian tadi dan perempuan itu, tapi aku sadar, sepertinya ini bukan waktu yang tepat untuk menanyakan hal itu. Jadi, lebih baik aku diam saja.
Sampai akhirnya...
"Tika," ucap Kelvin memecahkan keheningan, buatku menoleh ke arahnya.
"Gue minta maaf," lanjutnya.
"Buat?" tanyaku.
"Gue minta maaf karena tadi udah ngebentak lo, gue nggak bermaksud," jelas Kelvin.
Ku menghela nafas sebelum akhirnya berucap, "Ngga apa-apa. Lo nggak perlu minta maaf."
"Thank's," kata Kelvin.
"Kelvin," ucapku.
Ntah kenapa aku begitu penasaran banget sama kejadian yang tadi. Lidahku rasanya gatal sekali ingin bertanya, siapa perempuan tadi dan kenapa Kelvin begitu kasar kepadanya, tapi kalau aku bertanya apakah Kelvin akan tersinggung, dan marah kepadaku?
Duh, nggak seharusnya aku kepo seperti ini terhadap urusan orang lain.
Sudahlah, sebaiknya aku diam saja.
"Kenapa?" tanya Kelvin membuyarkan lamunanku.
"Hah? Ng-nggak jadi," ucapku cepat.
"Ada yang ingin lo tanyakan?" tanya Kelvin buatku terdiam.
"Kalau mau nanya, nanya aja."
"Pasti soal yang tadi ya?" ucap Kelvin buatku mengerjap.
Eh.
"Boleh nanya?" ucapku sedikit ragu.
Kelvin hanya mengangguk.
"Emm...., perempuan tadi itu siapa? Ko lo kasar banget sama dia? Mantan lo ya?" ucap ku akhirnya memberanikan diri untuk bertanya.
Lama menunggu, Kelvin masih diam belum menjawab pertanyaan dariku.
Ku menghela napas panjang, sepertinya pertanyaanku ada yang salah.
"Kelvin, so-sory gue... "
"Kalau mantan gue emangnya kenapa? Lo bakalan cemburu?" ucap Kelvin akhirnya dan berhasil membuatku melongo.
"Hah? Ko cemburu?" tanyaku tak mengerti, yang selanjutnya Kelvin tertawa terbahak membuatku mengerutkan keningku bingung.
"Dih kenapa? Ada yang lucu?" tanyaku semakin tak paham.
"Nggak, gak ada. Dia bukan siapa-siapa ko," jawab Kelvin setelah tawanya reda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diarry Atika
Jugendliteratur"Karena gue takut jatuh cinta sama lo. Gue takut salah dalam mengartikan sikap baik lo terhadap gue. Walaupun rasa itu belum tumbuh. Namun, yang namanya cinta tak bisa ditebak kapan saat ia datang, dan hilang. Karena itulah gue memilih menghindar da...