Warumurni adalah nama desa yang menjadi tujuan wawancara kelas X Ipa-3. Lokasinya begitu terpencil dan jauh dengan kelompok masyarakat lain.
Namun, siapa sangka. Begitu aku sampai....
"Waw, keren," gumam Yura.
"Anjir, surga dunia," ucap Bagas takjub.
"Wih, bisa dijadikan tempat honeymoon gue sama Dara nih," kata Dimas heboh, yang langsung dipelototi Dara.
Ya, tempatnya benar-benar indah.
Aku pun dibuat takjub oleh pemandangan yang belum pernah aku lihat sebelumnya.
Pemandangan alam yang hijau, mempesona, dan sangat fantasi.
Dikelilingi oleh pegunungan, danau yang jernih, dan juga hamparan sawah yang hijau.
Desa yang klasik, unik, dan menurutku mirip seperti sebuah negeri dongeng.
Bagaimana tidak. Di desa ini semua rumahnya terbuat dari kayu, tatanan rumahnya sangat cantik, dan terkesan eksotis, sehingga terlihat nyaman untuk di tempati.
"Woi, foto-foto dulu woi," Dimas langsung heboh seraya mengacungkan kameranya.
"Ayo-ayo," seru yang lainnya, dan langsung berkumpul.
"Cis," ucap serentak.
"Eh, gaya candid, gaya candid."
"Tuti fotoin gue dong, sendiri," kata Rena, "Yang bagus ya."
"Tuti, gue dong sebelah sini," ucap Kelvin seraya memasang gaya so candid membelakangi danau.
"Anjir, ko gue jadi tukang foto gini sih," gerutu Dimas kesal.
"Eh, Dar. Nanti kita poto bareng ya," ucap Dimas dan tersenyum so manis ke arah Dara.
"Ogah," respons Dara jutek.
Aku yang diam memperhatikan mereka, tertawa kecil melihat sikap mereka yang heboh, dan berisik. seperti anak kecil yang baru saja mendapatkan permainan baru.
"Eh, Tuti gue dong sama Atika," ucap seseorang tiba-tiba ada di sampingku membuatku tersentak kaget dan menoleh ke arahnya.
Bagas.
"Cuma dipoto doang ko, Tik. Buat kenang-kenangan, nggak akan pegang-pegang," katanya seraya menyengir lebar.
Kue narik nafas, lalu menghembuskannya secara perlahan.
Ok, berhubung mood aku lagi baik, dan pemandangannya juga sangat bagus. Jadi aku hanya mengangguk, mengiyakan ucapannya.
"Beneran?" tanya Bagas tidak percaya.
"Iya," jawabku singkat.
"Woi, woi Tuti cepetan, keburu si Atika berubah pikiran nih," ucap Bagas heboh.
"Serius?" tanya Dimas so kaget. "Wih, jarang-jarang. Nanti setelah ini gue ya," kata Dimas membuatku langsung menoleh ke arahnya.
"Buat kenang-kenangan Tika," ucapnya menyengir lebar.
Ku menghela napas, "Iya-iya, cepetan!" kataku.
"Tuti yang bagus ya. Kapan lagi sama Atika njir, lumayan buat nambah feed instagram," kata Bagas dan sontak aku langsung melotot ke arahnya.
Sembarangan, dia.
Kalau sampai hal itu terjadi, bisa-bisa aku kena bully sama fans-fans alaynya.
"He he bercanda," Bagas hanya tertawa.
Alhasil, aku yang awalnya berniat ingin jalan-jalan keliling desa dengan Bu Susi, dan Rendi. Kini harus terjebak foto-foto bareng dua mahkluk nggak jelas, Dimas dan Bagas. Tapi, karena udah terlanjur. Jadi yasudahlah aku hanya bisa diam, ngeiyain ucapan mereka berdua yang menyuruh aku untuk tersenyum, dan bergaya di depan kamera-yang sebelumnya tidak pernah aku lakukan.
Setelah foto-foto, kami bertiga ketawa-ketawa melihat hasilnya sambil duduk di kursi panjang. Bagas yang sibuk menertawakan, dan mengomentari poto aku bareng Dimas, dan Dimas berdecak sebal karena Bagas tidak benar mengambil potonya.
"Njirr rese banget sih lo, ini muka gue kenapa jadi hitam begini," kata Dimas kesal.
"Yaelah emang pada dasarnya muka lo udah hitam, kan?" kata Bagas dengan santainya.
Dimas langsung menoyor kepala Bagas, dan Bagas hanya tertawa puas.
Di saat kami semua masih asik ketawa-ketawa, dan yang lainnya juga masih sibuk selfie-selfie, tiba-tiba terdengar suara Rendi yang membuatku dan yang lainnya menoleh.
Dikarenakan waktu sudah menunjukan pukul 17.40, Rendi menyuruh kami semua untuk masuk ke dalam, membereskan barang bawaan masing-masing, dan istirahat.
Oh, ya. Di sini kami tinggal di salah-satu rumah milik warga yang kebetulan kosong. Rumah minimalis dengan dua lantai. Lantai atas untuk anak perempuan, dan lantai bawah untuk anak laki-laki.
Rumah yang kami tempati berhadapan langsung dengan danau, dan saat membuka jendela atau pintu, aku bisa melihat secara langsung pemandangan indah yang telanjang tanpa penghalang. Selain itu, di halaman rumah terdapat pepohonan, rumput-rumput, dan juga bunga yang berwarna-warni, membuatku benar-benar merasa berada di negeri dongeng.
....Dan, satu hal yang membuat aku jatuh hati adalah, suasananya begitu tenang, sejuk, dan segar. jauh dari keramaian kota, dan juga kebisingan kendaraan, membuatku pengen tinggal lama di sini.
~Bersambung.Jangan lupa vote and comment😊😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Diarry Atika
Teen Fiction"Karena gue takut jatuh cinta sama lo. Gue takut salah dalam mengartikan sikap baik lo terhadap gue. Walaupun rasa itu belum tumbuh. Namun, yang namanya cinta tak bisa ditebak kapan saat ia datang, dan hilang. Karena itulah gue memilih menghindar da...