24. keputusanku 2

56 10 0
                                    

Aku baru tiba di garasi Sean. Namun, tidak seperti saat aku meninggalkan tempat ini dalam berjam-jam yang lalu. Hanya ada suara cekikikan Garrick dan Toby disisinya yang tengah tersenyum lebar hingga memperlihatkan semua gigi depannya. Entah apa yang mereka tengah perbincangkan. Namun, tidak ada Sean dan Hadwin disini.

"Kemana Sean & Hadwin?" tanyaku pada mereka yang belum menyadari kehadiranku. Melihatku mereka semua menjadi terperangah. Garrick langsung menghentikan ketercekikikannya itu dan menatapku dengan mata membeliak dan mulut ternganga sementara Toby hanya menatapku datar. Melihat perubahanku ini ia pasti sudah tahu apa yang tengah terjadi padaku. Disisi lain, melihat Garrick yang tak kunjung memberikanku jawabannya Tobypun berinisiatif untuk memberitahuku apa yang terjadi.

"Sean sedang pergi membeli jenis onderdil yang ia butuhkan. Sedangkan, Hadwin ada dikampus dan memintamu segera kesana setibanya kau disini."

"Baiklah. Thanks. Aku akan pergi." Ucapku sembari pergi kembali meninggalkan Toby dan Garrick yang masih tidak bisa mengendalikan kebingungannya.

................................................................

"Apa yang kau lakukan? Aku tahu ini bukan gayamu. Kenapa kau merubah dirimu sedrastis ini? apa ini hanya karena Mira??" cecar Hadwin.

"Sialan kau, Hadwin. Sudah kubilang jangan banyak tanya dengan pilihanku. Ini keputusanku dan aku tidak mau berkompromi dengan hal apapun terkait keputusanku ini," geramku datar.

"Canavar? Kaukah ini?" tanya lembut seorang wanita yang datang bergabung pada kami. Ia langsung berdiri mendekatiku dengan pandangan nanarnya.

Siapa wanita ini? Apa aku mengenalnya? Tidak. Aku tidak mengenalnya. Namun, kenapa wajahnya tidak terlihat asing? Rambutnya yang cokelat, bibirnya yang tipis, dan terlihat begitu sederhana...

"Ia Nicole. Wanita yang saat itu bersamamu dikolam renang. Yang saat itu kutanyai namanya padamu dikeesokan harinya. Ia pacarku sekarang."

Nicole?

"Tapi rambutnya pirang dan berbibir tebal," kataku sedikit terperangah.

"Aku merubah diriku. Inilah aku yang sebenarnya. Rambutku cokelat dan bibirku tipis. Aku merasa biasa saja dan jelek bila aku tidak terlihat sensual. Itu sebabnya aku merubah diriku," jelas Nicole.

"Apa kau mendapatkan apa yang kau mau saat merubah penampilanmu?"

"Ya. aku bahkan bisa mendapatkanmu dengan perubahan itu. Kau sendiri menyadari bahwa kau salah satu pria most wanted dikampus."

"Lalu, kenapa kau merubah dirimu lagi?"

"Karena kau. Kau yang memberikanku kesadaran bahwa kita tidak perlu merubah diri kita sendiri hanya untuk orang lain. Aku tidak menyukai perubahan itu. Perlahan akupun merubah diriku lagi sesuai dengan apa yang kusukai dan membuatku nyaman. Warna rambut asliku, bentuk bibir asliku, kulit putihku, pakaianku yang sedikit longgar dan tidak terlalu ketat, alas kaki yang sederhana dan bukannya high heels. Aku merubahnya. Well, perubahanku memang membuat kau menjauh. Kau bahkan tidak ingat aku lagi. Kau sudah melupakan aku. Aku memang sedih. Tapi hal itu membawaku tuk mengenal pria seperti Hadwin. Pria yang ternyata bisa menerimaku walau aku tidak terlihat sensual...

... dari situ aku menyadari. Bahwa, dengan memperjuangkan kehidupan yang aku sukai dan nyaman untukku. Maka Tuhan akan memberikan orang yang mendukung hal itu dan mau bersamaku sesuai diriku yang sebenarnya. Namun, bila aku memaksakan diriku untuk sesuatu yang tidak kusukai. Maka, Tuhan akan mengirimkan orang-orang yang mau disisiku tapi tidak bisa memberikan kenyamanan dan rasa puas pada diriku. Dan orang yang cocok untukkupun tidak akan menemukanku karena aku membohongi diriku sendiri dengan berusaha menjadi orang lain." jelasnya membuatku tersentuh...

"Aku senang kau bisa bersama Hadwin saat ini. Aku juga senang kau bisa menjadi dirimu sendiri dengan nyaman. Tapi kumohon.. aku tahu kalian tidak menyukai perubahanku. Tapi kini aku harus melakukan hal ini. Terserah kalian ingin berkata aku menjilat ludahku sendiri ataupun fake. Aku tidak peduli. Kumohon, mengambil keputusan ini saja sudah sangat berat untukku. Dan, ini akan menjadi tambah berat bila kalian tidak mendukungku. Aku hanya ingin berusaha agar wanita itu mau melihatku. Mau membuka hatinya sebentar saja untukku. Itu sebabnya aku melakukan ini. Aku akan dihantui pertanyaan "bagaimana kalau" terus bila aku tidak mencoba hal ini. Kumohon. Ini keputusanku. Dan, bila kalian menyayangiku, hargailah keputusanku ini," jelasku tidak habis pikir campur memohon.

Nicolepun merangkul pinggang Hadwin yang kini berdiri disisinya sembari berkata..

"Kami menyayangimu, Canavar. Kami akan terus mendukungmu. Kami hanya ingin membantumu melihat pandangan lain terkait perubahan ini. bagaimanapun secara tidak langsung. Kaulah yang telah menyatukan kami. Kami berharap kau segera bersama cinta sejatimu," harap Nicole tulus dengan Hadwin disisinya yang menatapku simpati sembari merangkul bahu Nicole.

Malangnya aku,

"Terima kasih. Well, aku harus pergi. Bye.." ucapku sembari pergi meninggalkan tempat itu dengan pikiran kosong.

**

Hai :-)
Sebenernya walau seharusnya gak terpengaruh, tapi aku sempet sedih😅
Sejauh ini menurut aku perkembangan MEPT lebih lambat dibanding yg AINE..
Tapi mau gimana lagi? Emng keadaannya begini :-)
Bagaimanapun, ini tetep karya aku dan aku sayang sama karya aku.
Dan buat pembaca MEPT :-) glad to know that you've read it..
And sure, makin seneng lagi kalau ternyata kamu suka sama kisah ini :-)

WithLove..
Rika..💕💕

Perubahan Sang Beta (Belum Di Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang