36. Perlahan tapi pasti

58 9 3
                                    

Mira's pov

"Mira?" panggil Rachel lembut yang baru datang padaku dengan nada yang terkesan iba ketika mengucapkan panggilan itu. Aku, yang tengah duduk termenung sembari memerhatikan dedaunan yang berserakan ditanah dibangku ketika aku pernah bertemu Cennaya saat itupun menengok kearah Rachel tanpa menjawabnya.

"Kau masih merindukan Canavar?" tanyanya sembari duduk disisiku.

"Aku hanya tidak sengaja memikirkannya. Kau sendiri tahu bukan bahwa ketika aku sedang tidak sibuk maka terkadang aku akan mengingatnya?" tanyaku sembari tersenyum kecil lalu kembali mengamati dedaunan yang terlepas dari pohonnya dan terbawa angin. Yeah. Aku baru saja mengembalikan buku keperpustakaan. Namun ketika seharusnya langsung pulang kerumah aku justru masih disini karena Rachel yang memintaku untuk stay for a while. Well.. walau ia sempat meninggalkanku sebentar tadi untuk membeli minum.

"Mira.. Canavar ada disini," ucap Rachel canggung membuatku langsung menoleh kearahnya. "Ia ada disini dan ingin bertemu denganmu. Ada yang ingin ia bicarakan padamu."

"Kenapa ia tidak berbicara langsung melainkan lewat perantara seperti ini?" tanyaku tersinggung dan kecewa sembari berusaha menahan emosiku. Aku tahu apa yang diinginkannya. Memutuskan hubungan secara verbal. Sebelumnya belum ada kata-kata diantara kami. Dan.. pasti inilah saatnya ia ingin benar-benar mengakhiri hubungan kami. Dan, untuk kedua kalinya.. aku akan terjatuh lagi karena Canavar.

"Ia takut kau akan segera pergi bila ia yang langsung menemuimu. Marilah, kuantar kau ketempat Canavar menunggumu saat ini. Wajar bila kau marah atau ingin menolaknya. Tapi menurutku ada baiknya kau menemui dan mendiskusikan ini semua. Kau sendiri tahu bahwa hubungan yang tidak sehat ini begitu mengganggumu. Kalau bukan karena Canavar setidaknya temuilah ia untuk ketenangan dirimu sendiri, Mira." Saran Rachel lembut sembari menggenggam tanganku. Membuatku merasa kuat untuk bisa berhadapan lagi dengan Canavar.

Diantar Rachel aku menemui Canavar yang ada ditemapat parkir bersama dengan Toby. Ketika melihatnya yang berdiri tegak disana sembari terus menatapku... membuatku merasa begitu asing dengannya. Wajahnya yang datar dan profilnya yang kokoh membuatku seakan-akan tidak mengenali bahkan tidak menyangka aku pernah mengalami masa-masa manis dengannya. Dulu ia terlihat sangat santai dan menyenangkan dengan senyuman lebar disetiap kali ia melihatku dan banyak omong. Namun kini ia hanya terdiam dengan datar tanpa aku bisa menebak emosi apa yang tengah ia rasakan.

Aku terus berjalan menghampirinya dimana semakin aku dekat dengannya rasanya seperti aku tengah berjalan menuju hukuman eksekusi untukku. Dimana aku merasakan paduan dari rasa sedih, kecewa, pasrah, dan tidak berdaya yang bercampur jadi satu. Hingga aku berhenti dihadapannya dalam jarak yang aman. Dan, ketika sudah berhadapan dengannya.. aku tak kuasa menahan rasa sesak didada. Ia didepanku. Namun, terasa seakan-akan ia jauh. Jauh sekali. Amat sangat jauh dariku hingga aku bahkan tidak mampu untuk menggerakan tanganku guna menyentuhnya.

Bersamaan dengan itu keadaan terasa seperti sangat sunyi dan hening walau mentari masih memancar dengan cerahnya dilangit. Hingga Toby yang merasakan bahwa tidak akan ada pembicaraan apapun yang akan diucapkan antara aku dan Canavar menyuarakan kalimatnya...

"Aku dan Rachel akan pergi."

"Semoga kalian bisa memutuskan yang terbaik untuk diri kalian," tambah Rachel iba dan kemudian pergi bersama Toby. Menyisakan aku dan Canavar yang saling hanya sanggup memandang namun tidak untuk berbicara.

"Kenapa kau memanggilku?" putusku memecah kediaman diantara kami.

"Kita tidak akan bicara disini. Mari, kita akan membicarakan semuanya didanau tempat kita biasa berkano," ajaknya dengan kesedihan yang tersirat dimatanya sembari berjalan lebih dulu tuk membuka pintu mobilnya untukku dan kemudian memutari mobil untuk duduk dibelakang kemudi.

Perubahan Sang Beta (Belum Di Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang