1. Sempurna!

348 26 8
                                    

Canavar pov

Kini aku tengah berbaring disebuah kursi santai ditepian kolam renang dengan kacamata hitamku sembari menikmati sinar mentari yang akan membuat kulitku menjadi lebih cokelat dan indah. Kulit cokelat. Akupun tersenyum miring mengingat berapa banyak wanita yang menyukai warna kulitku ini.

Sembari bersantai akupun memikirkan suatu hal. Tentang hidupku. Sempurna. Apa yang tidak kumiliki dalam kehidupan ini?

Aku tampan, punya banyak uang, bebas, pintar, memiliki banyak penggemar, terkenal, kuat, dan bisa mendapatkan segala hal yang kumau. Setidaknya, sejauh ini begitulah hidupku. Hanya dua ungkapan yang mampu menjelaskannya. Nyaris sempurna dan bebas!

Aku hanya memiliki seseorang dalam hidupku. Pamanku. Ia yang selama ini menggantikan posisi ayahku yang bahkan tidak pernah kukenal. Konyol. Bagaimana mungkin hingga saat ini aku tidak mengenal siapa ayah kandungku sendiri? Namun, kuakui dibalik kesempurnaan yang kumiliki memang ada beberapa hal yang tidak kumiliki dan tidak bisa kudapatkan. Yaitu, keluarga dan jati diri sebagai manusia. Dan kuharap, selain dua hal itu tidak akan ada lagi hal lain yang tidak bisa kumiliki atau kudapatkan. Aku bahkan rela berdoa setiap malam pada moongoddes hanya untuk itu. Walaupun.. Sebenarnya aku tidak suka berdoa pada moongoddes melainkan hanya menikmati cahayanya saja demi kesegaran yang terasa dalam diriku. Aku memang tidak religious untuk ukuran werewolf. Tapi setidaknya... Aku orang baik. Dan, untuk ukuran werewolf sepertiku. Hal itu sudah cukup tuk disyukuri.

Aku tinggal berdua dengan pamanku tercinta disebuah rumah dalam hutan. Tentu saja. Akan rumit bagi kami bila tinggal dilingkungan manusia. Tapi setidaknya aku beruntung karena aku memiliki akses yang mudah bila aku ingin pergi kuliah. Ya. Kuliah. Walaupun aku seorang beta dan sudah dibekali ilmu-ilmu yang banyak sejak aku kecil. Namun, belum tiba masaku untuk mendampingi seorang alpha. Bahkan, masa kepemimpinan alpha yang baru, yang masanya sepantar denganku, belum ditetapkan hingga beberapa tahun mendatang. Dan, aku pasti akan membenci masa itu. Karena, bila itu terjadi maka sudah tiba waktuku tuk menjadi beta dan mendampingi werewolf lain dalam segala suka dan dukanya dan siap untuk mengabdi padanya sepanjang sisa hidupku. Bukankah itu konyol dan mengerikan? Aku? Mengabdikan jiwa ragaku tuk werewolf lain? Itu konyol!

Entahlah, walau aku seorang beta. Namun, aku sama sekali tidak memiliki jiwa pengabdian yang seharusnya dimiliki oleh seorang beta. Sebenarnya jiwa pengabdian itu sudah ditanamkan sejak semua werewolf berkasta beta masih kecil. Namun, hal itu tetap saja tidak berlaku untukku.

Aku meringis sendiri memikirkan fakta itu. Bila ditanamkan saja hal itu tidak memberikan pengaruh apapun padaku. Bagaimana bila aku sama sekali tidak ditanamkan mindset itu? Ah, sudahlah. Sejak dulu aku tahu bahwa jiwa petualangku ini tidak akan pernah cocok tuk menjadi seorang beta. Kurasa, takdir salah menggariskan kisahnya untukku. Karena, aku sama sekali tidak cocok tuk menjadi seorang beta. Karena apa? Karena aku terlalu bebas dan memberontak untuk melakukan pengabdian semacam itu.

Namun, siapa yang bisa menentang takdir yang telah digariskan? Itu sebabnya aku akan memanfaatkan masa-masa ini tuk hidup dan berbaur didunia manusia yang sangat menyenangkan. Akupun tersenyum lebar mengingat banyak sekali keuntungan yang bisa kudapatkan bila berada dalam dunia manusia. Tidak kusangka aku sempurna dalam dimensi dunia mereka.

Andaikan aku diberi satu permintaan yang akan dikabulkan langsung. Aku takkan segan-segan tuk segera meminta agar aku menjadi manusia saja. Yeah. Manusia biasa. Bukan makhluk yang dikira mitos atau legenda ini.

Mitos. Legenda. Akupun berdecak menyadari jati diri yang sangat konyol ini. Setidaknya, itulah yang kutangkap dalam dimensi manusia. Bahkan, sesekali ada suatu film yang mengisahkan tentang manusia serigala dan sebagainya. Sialnya teman-temanku menertawakan hal tersebut habis-habisan didepanku karena mereka menganggap hal itu sangat konyol, aneh, dan tidak masuk akal. Dan, aku hanya bisa menatap mereka sembari merengut dan sesekali memaksakan diri tuk tertawa bersama mereka.

Perubahan Sang Beta (Belum Di Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang