25. penyanyi dunia

57 11 0
                                    

Mira

"Kau luar biasa!" ucapku sembari bertepuk tangan diakhir lagu yang dinyanyikan Xiumin dengan gitarnya. Kini kami ada dipinggir salah satu danau yang ada dikota ini.

"Kau menyukainya? Apa menurutmu ini terdengar bagus? Well, kau orang pertama yang mendengar laguku yang satu ini,"tanyanya penasaran dengan setitik binar harapan dimatanya.

"Ya! aku sangat menyukainya. Apa kau berencana menjadi penyanyi?" tanyaku antusias.

"Iya. Tentu, aku tidak akan seratus persen focus pada dunia tarik suara. Bagaimanapun, aku harus belajar dengan baik dan terus bekerja dan menghasilkan uang yang sangat banyak. Dimana, karier yang ingin kubangun dibidang music akan kubangun dengan sangat bertahap dan perlahan."

"Uang yang sangat banyak? Tapi, untuk apa? Apa kau ingin membangun perusahaan besar?"

"Tidak. Aku tidak tertarik dengan itu. Tapi, aku anak pertama dari delapan orang adik. Aku harus membantu kedua orang tuaku untuk menyekolahkan para adikku."

"Apa kau ingin membantu mereka semua hingga mereka semua lulus kuliah?"

"Bila mereka semua ingin kuliah dan butuh bantuanku maka tentu aku akan melakukannya. Itu sebabnya aku harus belajar dan bekerja dengan giat untuk memiliki banyak uang sebelum aku bisa segera focus untuk benar-benar mengejar mimpiku."

"Tapi, itu akan membutuhkan waktu yang sangat lama."

"Aku tahu," ucapnya sembari tersenyum getir. "Tapi itu bukan berarti tidak mungkin." Tambahnya sembari mengacak-acak rambutku pelan.

"Bagaimana dengan kehidupan cintamu?"

"Cinta? Hahaha, itu hanyalah sebuah kisah. Faktanya aku tidak memiliki waktu untuk memikirkan hal itu. keluargaku, pendidikanku, karierku, mimpiku. Semuanya sudah menyitaku untuk bisa memikirkan hal yang lainnya."

"Apa kau tidak ingin merasakan cinta seperti yang dirasakan semua orang sepantar kita? Atau, memiliki mimpi untuk membangun keluarga mungkin?" tanyaku yang mulai merasa kecewa. Xiuminpun memandang luasnya danau sembari berpikir sesaat sebelum ia memeluk gitarnya, tersenyum, dan menjawab pertanyaanku sambil menatapku..

"Kalaupun aku menginginkannya. Aku tidak bisa melakukan apapun untuk mengatasi hal itu. Hidupku tidaklah semudah dan sebebas itu. sejak aku kecilpun aku sudah diberi tanggung jawab untuk menjadi contoh dan menolong adik-adikku. Dan, ketika aku sudah besarpun situasinya tidak akan berubah. Bila dulu aku membantu orang tuaku untuk merawat mereka. Maka kini aku membantu orang tuaku agar semua adikku memiliki pendidikan yang baik. Orang tuaku bukanlah orang yang kaya. Aku tidak akan tega membiarkan mereka menangani semua ini tanpa bantuanku. Biarlah saat ini aku lelah. Yang penting, suatu hari nanti aku bisa melepas semua tanggung jawabku dan focus melakukan hal yang menjadi mimpiku tanpa perlu khawatir memikirkan tanggungan dana untuk orang tuaku." ucapnya. Setelah itu iapun kembali memandangi aliran danau yang tenang sembari tersenyum. Membayangkan mimpinya. Lalu, mulai memetik gitar lagi. Hingga, terdengar suara dering panggilan dari ponselnya..

Iapun menatap kelayar dan tersenyum padaku. "Lihatlah, adik bungsuku. Sehun. Ia pasti merindukan kakak pertamanya yang jarang dirumah ini. sebentar ya," ucapnya lalu pergi sesaat lebih jauh.

Menatap kepergiannya akupun segera menutup mukaku dengan kedua tanganku. Astaga, apa yang kupikirkan? Hubunganku dengan Xiumin selama ini tidak akan berujung pada kepastian yang kuinginkan. Oh Tuhan... bisakah kau satukan kami?

"Mira. Apa kau baik-baik saja?" panggilnya yang baru duduk disisiku kembali.

"Xiumin, aku ingin bertanya. Selama ini kita seringkali menghabiskan waktu bersama. Apa pendapatmu tentang hal ini?" tanyaku serius. Xiuminpun tersenyum dan melihat kearah kanan dengan pandangan seolah-olah sedang mempertimbangkan sesuatu.

Perubahan Sang Beta (Belum Di Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang