14. Merasa Hina

63 12 4
                                    

Mira
.........................................

Apa yang bisa kukatakan? Lima hari belakangan ini aku serasa berada dineraka setiap kali pergi belajar. Lima hari ini aku tidak bertemu Xiumin dan Canavar yang berpeluang untuk bisa membantuku karena mereka sedang sibuk dengan urusan laporan kerja pasca magang mereka. Belakangan ini Valerie—kekasih Canavar. Dengan teman-temannya selalu menyerangku baik dengan kata-katanya yang pedas ataupun dengan segala tindakannya yang membuatku sedih.

Tidak pernah kusangka aku akan menjadi korban bullying disaat aku baru saja menjadi mahasiswi. Tidak hanya itu. mereka sangat tahu sekali bagaimana cara menyerangku tanpa membuat orang lain selain kami mengetahuinya.

Akupun membenamkan wajahku kebantal lagi. Kini sudah jam dua malam dan aku masih belum bisa tertidur karena mengingat semua itu. Terutama... dikali pertama ia menyerangku..
..............

Ini pukul lima sore dan aku baru pulang dari kampus karena harus mengerjakan tugas kelompok terlebih dahulu. Teman-teman sekelompokku termasuk Rachel sudah pulang terlebih dahulu. Well, mereka semua membawa kendaraan pribadi. Hanya aku yang naik kereta. Sebenarnya mereka menawariku tuk pulang bersama. Namun, mengingat senja nyaris tiba maka aku memilih untuk pulang sendiri. Aku tahu mereka lelah. Sama sepertiku. Jauh dilubuk hati mereka, mereka pasti ingin bisa segera pulang.

Aku tengah berjalan ketika seseorang menarik tanganku kasar dari belakang dan menyeretku kebelakang salah satu gedung kampus terdekat yang tentunya sudah sepi. Aku bertanya namun wanita yang menyeretku kasar hanya diam dan tetap berjalan menyeretku. Akupun berusaha melepaskan tangannya dari pergelangan tanganku. Namun, walau tubuhnya tidak jauh berbeda dariku tenaganya begitu kuat. Sesampainya disana, aku melihat empat orang wanita lainnya.

Mereka semua cantik. Sangat cantik. Terlebih yang kini tengah menatapku sinis sembari bersedekap.

"Lepaskan ia, Ashley," ucap wanita tercantik itu. Membuat wanita yang sebelumnya membawaku kemari melepaskan tanganku dengan sedikit membuangnya. Akupun segera memegang pergelangan tanganku yang bahkan sudah memerah. Ashley. Jadi, namanya adalah Ashley.

"Ada apa? Apa kalian memiliki urusan denganku?" tanyaku mengingat aku benar-benar tidak mengenal semua wanita ini.

"Urusan? Haha, tentu saja ada! Bagaimana mungkin kau dibawa kesini bila kami tidak memiliki urusan denganmu. Sial! Karenamu kami harus menunggu lebih lama tadi. aku tidak menyangka kali ini aku akan berurusan dengan wanita bodoh dan kampungan sepertinya," gerutu salah seorang wanita dengan sinis.

"Diam Jade. Simpan energimu. Well, wanita ini bahkan belum tau apa kesalahannya. Apa menurutmu kita harus memberi tahunya sekarang, Daphne?" tanya wanita tercantik berambut hitam itu pada temannya yang lain.

"Tentu Valerie, bahkan sepertinya ia belum mengetahui siapa kita. Well, untuk ukuran mahasiswi baru ia benar-benar ter.ting.gal. dasar kampungan! Lagipula apa yang pria itu lihat dari wanita ini? kau benar-benar jauh lebih menarik secara fisik dibanding dia. Bahkan, aku dapat menebak dengan yakin bahwa pakaian yang dikenakannya benar-benar tidak bernama. Ia berselera rendahan!" ucap Dhapne pada wanita tercantik yang namanya ternyata Valerie itu.

"Kesalahan? Tapi.. kesalahan apa yang telah kulakukan?"

"Biarkan aku memberinya tamparan-tamparan, Valerie. Agar ia sadar kesalahan apa yang telah dibuatnya."

"Tidak Nora. Aku tidak ingin membiarkanmu melakukan itu," ucap Valerie. Astaga, apa yang sebenarnya tengah terjadi? Keempat wanita selain Valerie benar-benar bertindak dan berlaku kasar padaku. walau sepertinya Valerie yang merupakan dalang dibalik semua ini, namun setidaknya ia yang paling tidak menyerangku dengan kalimat atau tindakan kasar.

Perubahan Sang Beta (Belum Di Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang