23. Keputusanku #1

58 9 0
                                    

Keesokan harinya aku turun dari vespa yang dibawa Toby. Dan membawa Toby menuju garasi Sean. Tempat teman-temanku itu tengah berkumpul. Sesampainya disana, semuanya menatapku heran karena membawa Toby. Sementara Toby tampak begitu canggung disisiku.

Sean langsung menghentikan pekerjaannya dari mengutak-atik motornya sembari terus menatapku dengan pandangan menduga-duga, Hadwin yang sebelumnya tengah memperebutkan sesuatu dari tangan Garrick segera mengambil sesuatu itu karena kelengahan Garrick yang memandangku bingung.

Akupun tersenyum dan berkata...

"Teman-teman, sambutlah teman baru kita. Toby. Ia akan bergabung dengan kita mulai saat ini."

Semuanyapun langsung berdiri masih dalam kebingungan yang terpancar.

"Hai Toby, selamat datang. Maaf, tidak menjabat tanganmu. Tanganku begitu kotor," sapa Sean sembari menunjukkan kedua telapak tangannya yang berlumur oli sembari tersenyum. Yeah. Diantara mereka Seanlah yang paling dekat dengan Toby karena kunjungan perpustakaan Sean yang cukup sering.

"Tidak apa-apa, Sean. Dan terima kasih atas sambutannya."

"Aku Hadwin. Senang berkenalan denganmu." ucap Hadwin sembari tersenyum dan mengulurkan tangannya. dibalas oleh sambutan tangan Toby dan senyumannya. "Hei, tanganmu dingin sekali Toby. Apa kau sedang kurang sehat?" lanjut Hadwin lembut.

"Tidak. aku hanya gugup."

"Baiklah." kata Hadwin sembari menarik tangannya lagi masih dengan senyuman hangatnya.

Sementara Garrick menatap Toby dari ujung kaki hingga kepala. Aku dapat memahaminya. Garrick pasti tidak suka suasana bermainnya terasa seperti kaku dan canggung seperti yang baru saja terjadi. Sean yang menyadari itupun memelototi Garrick agar segera bersalaman namun Garrick tidak melihatnya. Sementara Hadwin yang berdiri disisi Garrickpun menyikutnya dan segera berkata..

"Garrick memang menjadi aneh setiap kali hendak memiliki teman baru. Jangan diambil hati. Ia memang sering bertindak gila, konyol, bahkan juga aneh. Semakin kesini kau pasti akan menemukan keanehan-keanehan yang lain dari dirinya." ucap Hadwin membuat Garrick mendelik kesal kearahnya. Sementara Toby hanya tersenyum canggung mendengarnya dan berkata...

"Tidak apa-apa. Aku Toby. Senang berkenalan denganmu, Garrick." inisiatif Toby yang mengulurkan tangannya lebih dulu.

"Yeah. Aku juga. Aku sangat senang sekali berkenalan denganmu," jawab dan sambut Garrick dengan senyumnya yang kuketahui pasti sangat berat untuknya yang terbiasa terus terang.

"Bergabunglah, Toby." ucapku.

"Ah iya, Canavar benar. Kemarilah. Aku memiliki proyek baru yang diajarkan dari buku yang kupinjam diperpustakaan. Ada bagian yang sulit kupahami. Bisakah kau membantuku?" ajak Sean.

"Tentu." Jawab Toby yang langsung menghampiri Sean dan motornya. Akupun memandang kearah Garrick dan Hadwin lagi. Garrick langsung terduduk dikursi menyerupai bantalan empuk dan menutupi ekspresi muramnya dengan mengambil majalah otomotif Sean yang tergeletak asal disana. Sementara Hadwin menatapku dengan ekspresi agar aku tidak perlu mengkhawatirkan apapun dan semuanya akan baik-baik saja. Walau Garrick mungkin membutuhkan waktu untuk menerima keputusanku ini. namun, aku tahu bahwa teman-temanku pasti mempercayaiku yang tidak mungkin membawa orang lain secara asal kedalam ruang lingkup kami. cepat atau lambat mereka akan menerima keputusanku—menerima Toby.

"Aku harus pergi. Bersenang-senanglah. Dan, Sean. Aku pinjam salah satu motormu ya." Ucapku setelah merasa yakin untuk membiarkan Toby bersama mereka.

................................................................

Dengan motor Sean aku mengunjungi suatu tempat yang akan kusinggahi cukup lama. tempat yang sangat tidak disangka siapapun bisa kusinggahi tuk beberapa lama. salon. Ya. salon.

Sesampainya disana aku mengutarakan niatku dan duduk disalah satu kursi nyaman yang tersedia. Akan ada banyak hal yang kulakukan. Memangkas rambutku menjadi pendek. Penataan hairstyle-ku menjadi lebih rapi, pewarnaan rambutku menjadi warna hitam, pencukuran rambut wajah yang menelusuri rahang, pipi, dan bagian atas bibirku, dan aku juga mulai mempertimbangkan waxing untuk membersihkan bulu-bulu dikaki dan di tanganku. Ini menyedihkan. Ini membutuhkan waktu lama. ini memakan biaya yang juga tidak sedikit mengingat aku memilih salon terbaik dikota ini. tapi inilah yang kuinginkan. Aku melakukan semua ini dengan harapan aku bisa mendapatkan apa yang kuinginkan melalui perubahanku ini—perhatian Mira. Cinta Mira.

Aku terus menatap bayanganku dicermin dan tidak beralih serta tidak kunjung bosan. Menyaksikan setiap tindakan yang sedikit demi sedikit merubah penampilanku. Seorang wanita—tidak. Seorang pria—bukan. Seorang pria yang seperti wanita yang kini tengah mengangkat daguku tuk menghadap kewajahnyapun memerhatikan detail wajahku sembari tersenyum puas.

"Sempurna! Semuanya bagus dan tepat! Well, Aku akan mengambil sesuatu dan meninggalkanmu sebentar. Bila ada yang ingin kau lakukan seperti menggerak-gerakan kepalamu, menelepon, ataupun menyandarkan kepalamu kekursi sebentar. Maka kau bisa melakukannya. Karena hal yang akan kulakukan setelah ini akan berjalan cukup lama."

"Baiklah." setelah kepergiannya dengan lenggangan tubuhnya yang bahkan melebihi kefemininan wanita normal sekalipun itu akupun menghembuskan nafasku lelah dan duduk dengan lebih beringsut sembari menyandarkan kepalaku dan menatap langit-langit.

Menelepon. O'ya aku rasa aku harus menelepon temanku agar mereka tidak banyak berkomentar atau merasa ditipu ketika melihat revolusi penampilanku ini. aku menelepon Hadwin. Namun, sepertinya ia sedang sibuk. Hingga aku harus menggunakan fitur voice note yang tersedia.

"Halo? Hadwin? Ini aku. Canavar. Dan aku tengah merubah penampilanku. Beritahu yang lain. Dan jangan mengkritik keputusanku ini dalam bentuk apapun. Terima kasih."

Selesai. Akupun segera mematikan daya ponselku dan kembali menatap sitampan yang malang dicermin ketika paduan wujud pria sekaligus wanita itu datang kembali.

"Hai tampan! Lihatlah aku sudah kembali. Kuharap kau tidak kebosanan menungguku. Hmm, ketika dibelakang aku mengecek berbagai paket maupun program yang kami tengah tawarkan yang menurutku cocok untukmu. Dan, aku menemukannya. Aku memiliki program memutihkan kulit dengan instan yang begitu bagus dan mampu memberikan hasil yang terlihat alami. Apa kau menginginkannya?" tawarnya dengan binar dimatanya diiringi senyumnya yang sangat cerah.

"Kulit putih? Instan? Effect alami? Hmm, okay. Baiklah. aku ambil."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

................................................................

Perubahan Sang Beta (Belum Di Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang