20. Keyakinannya..

52 10 0
                                    

"Apa kau biasa seperti ini?" tanyaku pada Hadwin yang tengah mengemudi disisi kiriku.

"Maksudmu?"

"Ya.. biasa seperti ini. Pergi kemanapun mengendarai mobil sport. Terlebih berwarna biru," jawabku. Mengingat sepanjang perjalanan nyaris semua mata yang melihat mobil ini tidak bisa mengalihkan pandangannya dari sibiru yang tengah kutumpangi ini. Benar-benar memancing perhatian.

Hadwinpun tertawa lembut, "Tidak. aku jarang memakai mobil ini untuk acara biasa. Well, mobil ini seringkali memancing wanita-wanita yang mengharapkan sesuatu dariku. Dan aku tidak menyukainya. Biasanya aku memakai mobil ini untuk acara yang menurutku special atau menarik. Atau bila aku sedang ingin ngebut atau berusaha menarik seseorang ataupun bila aku hanya sedang ingin."

"Hmm, Canavar tadi memintamu datang dengan dadakan hanya untuk mengantarku. Apa ini tidak merepotkanmu?"

"Tidak perlu kau pikirkan, Mira. bagaimanapun, Canavar sahabatku. Ia meneleponku dan kebetulan aku tidak jauh dari kampus serta telah menyelesaikan apa yang ingin kulakukan. Jadi, akupun datang. Dan, aku tidak melihat hal ini sebagai beban. Moodku sedang sangat indah hari ini," ucap Hadwin.

Ya.. moodnya sedang sangat indah. Itu semua terlihat dari senyum simpulnya yang tak kunjung lenyap dan perangainya yang terlihat tenang. Sekilas, hal ini membuatku heran melihat Hadwin yang begitu ramah dan tenang bisa bersahabat baik dengan Canavar yang... yaa.. seperti itu.

"Tahukah kau? Aku sangat ingin berterima kasih padamu," ucap Hadwin beberapa saat kemudian. Membuatku yang tengah memandang keluar jendela dengan tatapan lelah menoleh padanya dengan heran.

"Apa? Padaku? tapi atas dasar apa?"

"Iya. Padamu. Well, mungkin kau tidak menyadarinya. Namun, karena kehadiranmu kini tanpa sadar Canavar melepas semua wanita didekatnya secara perlahan tapi pasti," ucapnya penuh arti namun masih tidak kuketahui maksudnya. Melepas semua wanita? Lalu? Apa hubungannya denganku? Apa hubungannya dengannya? aku benar-benar tidak tahu.

"Maaf, bila menghancurkan keinginanmu. Tapi itu tidak ada hubungannya sama sekali denganku. aku tidak memiliki hubungan apapun dengan Canavar," ucapku tegas sembari menatap kearah depan. Aku dan Canavar. Astaga, issue itu ternyata sudah banyak didengar oleh orang lain. Namun, bukannya menerima jawabanku, Hadwin justru tertawa membuatku mendelik kesal kearahnya.

"Mungkin kau tidak tahu. Tapi Canavar benar-benar serius denganmu. Bila Canavar tidak bisa mengantarkan seorang wanita pasti ia tidak akan meminta salah satu sahabatnya tuk mengantar wanita itu pulang. Namun, hal itu tidak berlaku padamu. Ia benar-benar serius denganmu. Dan kuharap begitu. Well, aku sudah cukup bosan dan terkadang simpati dengan gaya hidupnya yang seperti itu. Wanita ini dan wanita itu. Benar-benar menyedihkan. Yaa, walau terkadang para wanita itu memang memberi keuntungan juga."

"Kau salah sangka, Hadwin. Canavar meminta tolong padamu karena ia tahu aku seringkali dibully oleh para penggemarnya. Ia hanya bertanggung jawab."

"Yeah. Mungkin saja begitu. Dan mungkin juga lebih dari itu. kau tidak akan benar-benar tahu hingga waktu menjawab semuanya, Mira."

Terserah. Aku hanya ingin segera tiba dirumah.

................................................................

Keesokan harinya semua berjalan dengan lancar. Tidak. lebih dari sekadar lancar. Semuanya berjalan dengan luar biasa. Rachel masih duduk disisiku. Tapi kini ia mau memandangku kembali. Ketika aku baru duduk disisinya yang sudah tiba lebih dulu. Ia terus memandangku hingga akhirnya ia langsung memelukku. Membuatku membalas pelukannya.

Perubahan Sang Beta (Belum Di Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang