18. Dibalik Salah Satu Rak Buku...

52 9 0
                                    

Mira

"Rachel? Ada apa? Kenapa kau menangis?" tanyaku pada Rachel sembari mengusap-usap bahunya.

"Pergilah dariku, Mira. kumohon jangan ganggu aku lagi," ucapnya sembari terisak.

"Aku? Mengganggumu? Tapi untuk apa? Kau temanku. Aku menyayangimu," ucapku heran dengan semua ini. Belakangan ini, kusadari Rachel memang terlihat begitu menghindariku. Kukira ia sedang memiliki masalah sehingga aku hanya memberinya jarak. Tapi saat ini, ketika pelajaran telah usai, semua orang telah meninggalkan kelas, dan aku masih duduk disisinya tuk menunggunya. Ia malah menumpahkan semua air matanya membuatku heran sekaligus khawatir.

"Teman-teman Valerie membullyku. Mereka berkata yang tidak-tidak kepadaku. Mereka bilang bahwa aku berkacamata kuda, aku seperti sapi gelonggongan, wajahku buruk seperti babi dan perkataan yang menyakitkan lainnya. Mereka menertawakanku dan mempermainkanku dengan merebut kacamataku dan menjadikannya seperti permainan lempar kacamata. Ketika kutanya apa salahku mereka bilang karena aku berteman dengan wanita perebut pasangan orang. Kau merebut Canavar dari Valerie. Oh, Mira. kenapa kau mengorbankan temanmu sendiri dalam kehidupanmu? Mereka bilang mereka sudah memberitahumu bahwa mereka akan menyakiti temanmu bila kau nekad untuk tetap dekat dengan Canavar. Tapi kau bahkan tidak menggubris mereka. Apa yang kau lakukan, Mira? pergilah Mira pergilah. Pergilah dan jangan menjadi temanku," ucap Rachel sembari terisak sampai sesenggukan. Membuatku hanya merasa bersalah sekaligus tidak berdaya dengan apa yang tengah terjadi.

Aku membasahkan bibirku dan mencoba memberi penjelasan ataupun dukungan. Tapi aku bahkan tidak tahu harus berbicara apa. Aku benar-benar tidak berdaya dalam hal ini. Rachelpun langsung berdiri dan membuat tanganku yang tersampir dibahunya terjatuh dan meninggalkanku.

Dulu aku. Kini teman-temanku. Mereka tidak bisa menyakitiku dan Xiumin lagi. Jadi inikah sebabnya mereka mengincar Rachel? Rachel sama sekali tidak seharusnya terlibat dalam urusan ini. Kukira mereka sudah berhenti. Namun, bahkan mereka masih mengintaiku. Aku memang sempat berkomunikasi dengan Canavar kemarin. Namun, itu sebatas ia mencoba mendekatiku dan aku menghindarinya. Tidak lebih. Dan ini tidak bisa dibiarkan. Canavar harus benar-benar pergi jauh dari hidupku!

***
Canavar

Kini aku sedang berada diperpustakaan. Salah satu tempat yang paling membosankan dikampus. Yang isinya hanyalah buku-buku bertuliskan penjabaran panjang dan terlalu detail dari semua materi inti yang sudah diajarkan Kurt padaku. Mengintai. Itulah yang kini kulakukan. Mengintai mateku sendiri. apa yang bisa kukatakan? Aku sudah memberi tanda dan bahkan hingga detik ini perasaannya padaku tidak berubah bahkan ia terasa semakin membenci dan menghindariku. Aku selalu menatap pandangan penuh rasa tidak sukanya disetiap kali ia menatapku. Entah hal buruk apa yang telah kulakukan padanya..

Dibalik salah satu rak buku. Aku hanya terduduk sendiri sembari menggenggam satu buku tebal dengan sangat erat. Dibanding aku menggenggam erat rak kayu sehingga rak kayu itu akan patah. Lebih baik aku menggenggam erat buku tebal ini sebagai pelampiasan rasa gemasku. Yang kulihat secara sembunyi-sembunyi dari balik rak buku ini merupakan pemandangan paling mengerikan yang kulihat dalam hidupku dalam beberapa tahun terakhir ini. Yaitu... kebersamaan Xiumin dengan Mira.

Mereka tampak begitu serasi disana. Sial! Bahkan kini aku terasa seperti pria malang yang tengah patah hati. Benar-benar bukan diriku. Ekspresikupun kini seperti tengah menangis layaknya anak kecil saking kesalnya. Bahkan ingin rasanya aku mensobek-sobek seluruh halaman dalam buku ini dengan gigiku.

Bagaimana tidak? mereka berdua tampak begitu menikmati kebersamaan mereka. Membaca bersama, belajar bersama seperti memberi penjelasan, bertanya lalu obrolan yang menyerempet keluar topic pelajaran sesekali seperti pengalaman ataupun event yang akan terjadi diluar, tawaan. Habis sudah. Mira terlihat begitu ringan, nyaman, dan bahagia dengan Xiumin yang bahkan hanya melakukan hal sederhana seperti itu. Sementara aku yang telah mencoba segala cara?

Benar-benar tidak digubrisnya. Ia bahkan menghindariku. Kenapa ini tampak tidak adil? Oh tidak.. kemana semua daya tarik yang kupunya?? Akupun memasang ekspresi seperti tengah menangis lagi. Untuk ukuran seorang Canavar. Ini sangat-sangat menyedihkan.

"Canavar? Kaukah itu?" Tanya seseorang membuatku segera mengubah ekspresiku dan duduk lebih tegak. Bagaimanapun, aku memiliki images bagus yang ingin aku jaga selalu.

"Iya. Kenapa memangnya?" tanyaku pada Toby yang masih berdiri sembari membenarkan letak kacamatanya dan terlihat ragu.

"Ak.. Aku.. Aku butuh bantuanmu. Maukah kau membantuku?"

Bantuanku? Kira-kira.. Hal apa yang kukuasai tapi bisa menarik minatnya? Aku jadi penasaran.

"Baiklah. Apa yang bisa kubantu?" jawabku bersemangat. Apa ia ingin agar aku mengajarinya cara bermusik? Hmm, gitar? Pasti akan menyenangkan mengajarkan sibaik Toby cara memainkan alat music tertentu.

"Ak.. aku.. aku.. ak.. aku..

"Aku aku aku dan aku. Iya kau. Kau mau apa?"

Tobypun menatap kesekitar takut-takut. Membuatku ikut menatap sekitar dan tidak melihat siapapun disekitar kami. Lalu, dengan waspada Toby mulai duduk berlutut mendekatiku yang masih duduk bersandar disalah satu rak buku ini.

"Aku.. ingin mendapatkan seorang wanita. Aku mencintainya. Tapi aku tidak tahu apa yang harus kulakukan terlebih dahulu."

"Lalu?"

"Kau hebat dalam hal ini. Kau selalu bisa mendapatkan wanita manapun yang kau mau. Mulai dari yang memiliki reputasi baik dikampus sampai yang tidak. Kau mendapatkan semuanya. Kau bisa mendapatkan semuanya. Dan.. aku. Aku ingin kau membantuku dalam hal ini. Ak.. aku.. Aku benar-benar payah dalam hal ini."

Mendapatkan wanita manapun yang kumau? Andaikan yang ia katakan benar. Baiklah. Aku memang bisa mendapatkan banyak wanita manapun yang kumau. Aku tidak pernah mendapatkan penolakan. Namun.. wanita yang benar-benar kucintai justru wanita yang sulit sekali dan nyaris mustahil kudapatkan tanpa alasan yang jelas. Melalui hal ini rasanya semua penaklukanku terhadap banyak wanita tidak memiliki arti apapun karena aku telah ditolak oleh mateku sendiri.

Tapi tidak apa-apa. Meskipun hal semacam ini tidak penting bagiku. Namun, Toby menganggap kemampuanku itu merupakan keberuntungan dan dapat berguna untuknya. Aku akan membantunya. Meski nasib cintaku sendiri tidak jelas. Namun, setidaknya aku bisa membantu orang lain tuk memerjuangkan kemudian mendapatkan kisah cintanya. Ini akan menyenangkan.

"Baiklah Toby. Sekarang mulai ceritakan padaku keseluruhannya agar aku bisa membantumu dengan cara yang tepat," ucapku sembari tersenyum lebar.

"Ia wanita yang manis. Mungkin ia bukan wanita yang menarik dari sudut pandangmu. Namun, ia benar-benar telah memikatku. Ia benar-benar wanita dalam cara yang konvensional. Penampilannya sangatlah sederhana. Namanya Claire. Ia memakai kacamata juga. sepertiku. Dan, datang keperpustakaan ini setiap hari. setiap hari rambutnya selalu dikuncir kuda. Ia senantiasa tersenyum dan ramah pada setiap orang. Pembicaraan antara kami selalu tentang buku. Dan, aku selalu bingung untuk mengajaknya kepembicaraan lain. Karena apa yang benar-benar kukuasai adalah hal-hal terkait buku dan materi-materi didalamnya. Aku tidak bisa membayangkan hal lain yang sifatnya lebih ringan dan santai.....

Aku terus mendengarkan Toby. Disisi lain. Aku mulai merasa percaya diri kembali melihat Toby yang berpikir bahwa aku bisa mendapatkan wanita manapun. Membuat harapanku tuk mendapatkan Mira kembali tumbuh. Mira. Yeah. Mira harus benar-benar hadir dalam hidupku! Bersamaku.

................................................................


Perubahan Sang Beta (Belum Di Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang