16. Mulai detik ini hingga selama-lamanya

63 10 0
                                    

Canavar

Sial! Sial! Sial! Sial!

Kini aku tengah bersandar disalah satu pilar yang ada dikampus. Seharusnya aku sedang bersenang-senang hari ini. Namun kejadian yang terjadi dua hari yang lalu masih teringat dalam benakku ketika Mira menghubungiku hanya untuk memutuskan semuanya. Sial!

Akupun mencebik dengan keras. Aku bahkan belum ada dalam hubungan apapun dengannya dan dia sudah memutuskanku? Drama macam apa ini? Ia benar-benar tidak mau berhubungan denganku lagi. Baik sebagai teman, senior, sahabat, dan tentunya.... apalagi sebagai kekasih. Sial! Sial! Sial!

Aku ingin sekali segera menghampirinya ketika ia memutuskan hubungan ini. Namun, dua hari yang lalu aku sedang berada di Denmark. lebih tepatnya disebuah pantai yang indah di Greenland. Menikmati liburanku setelah menyelesaikan laporan kerja magangku. Aku benar-benar menikmati semuanya. Aku sedang menikmati kebersamaan dengan kawan-kawanku, api unggun, sinar bulan juga pakaian pantai yang sangat terasa nyaman. Tawaan, candaan, minuman, gitar, nyanyian jelek Garrick, semuanya begitu sempurna.

Hingga bunyi dering ponsel yang kukira akan menjadi nyanyian pengiring kabar dari surga itu berubah menjadi music pengiring kabar dari neraka. awalnya harapanku sangat tumbuh mengetahui Mira yang mencoba menghubungiku tuk pertama kali. Namun.. Ouh SialSetelah mendengar semua yang diucapkannya malam itu aku langsung segera pergi meninggalkan kawan-kawanku dan berkemas. Aku segera berangkat dengan penerbangan pertama menuju Canada. Aku harus segera menemui Mira. ini benar-benar tidak bisa dibiarkan.

Kurt benar. Aku tetap berpeluang ditolak mateku sendiri tidak peduli seberapa sempurnanya Iaku dalam pandangan manusia. Hal itu menyakitkan sekaligus terasa bagaikan penghinaan. Apa yang tidak bisa kuberikan untuknya? Aku telah mencoba semuanya. Tapi tetap saja aku tidak memiliki arti dalam hidupnya. Astaga, ini semua membuat kepalaku menjadi pening. Terlebih dalam perjalanan aku menghabiskan waktu semalaman didalam pesawat hingga tidak bisa menikmati sinar bulan. Aku harus segera bertemu dengannya dan mengatasi semua itu karena aku tidak akan kuat untuk beraktivitas terlalu lama dikeesokaannya--dihari ketika aku tiba diCanada. 

Setibanya diCanada aku langsung berusaha sekuat tenagaku tuk menjemput Mira dengan membawa hal-hal yang akan disukainya dengan mobil yang tengah dibawa Kurt kerumah saat itu. Namun ternyata aku tidak kuat. Aku butuh istirahat sebelum tiba lagi dikeesokannya—hari ini. Tuk menyelesaikan semuanya.

Bagaikan waktu dapat mengerti keadaanku. Aku langsung melihat Mira yang tengah sendirian melintasi pilar sandaranku tempatku menunggunya ini tanpa menyadari kehadiranku. Akupun langsung menahan pergelangan tangannya, merengkuhnya dalam dekapanku, mendorongnya ketembok, menahan tengkuknya dengan tangan kananku sementara tangan kiriku menyentuh tembok disisi kepalanya dan segera memberi tanda dileher kirinya. Gerakanku mengunci gerakannya.

Bila aku manusia biasa maka bekasnya akan hilang dalam hitungan menit, jam, hari, ataupun minggu. Tapi aku bukan manusia biasa. Aku werewolf. Tandaku akan bertahan selamanya. Dengan begini bila ada manusia yang tertarik dengannya maka aku tidak peduli. Aku dapat bersaing dengan manusia manapun untuk bisa bersamanya. Namun, bila yang tertarik dengannya bukan manusia biasa. Maka mereka akan memahami bahwa wanita ini untukku. Sudah menjadi milikku. Bersamaku.

Aku tidak peduli apa yang akan dipikirkan Mira untukku. Aku harus melakukan semua ini demi ketenanganku sendiri. Ia mateku. Ia ditakdirkan untukku. Bukan dengan pria manapun selainku. Dia untukku. Hanya untukku. Setelah kurasa cukup akupun menjauhkan wajahku dari lehernya dan menatapnya sementara ia menatapku dengan pandangan terbelalak.

"Lepaskan aku," Desisnya geram. Akupun melepaskannya dan ia langsung menamparku keras..

Perfect! Aku ditampar mateku sendiri. Ketika semua wanita menyentuh pipi ini dengan usapan lembut mereka namun meteku sendiri justru menyentuh pipi ini dengan tamparannya.

"Dasar pria kurang ajar! Tidak tahu malu! Bila aku tahu sejak awal bahwa kau adalah pria yang berengsek aku tidak akan mau menghabiskan waktu denganmu barang sedetikpun!" Geramnya marah. Tunggu dulu. Berengsek katanya? Ya. mungkin ia benar. Sepertinya aku memang berengsek. Dan si berengsek ini merupakan takdirnya yang sangat mencintainya.

"Kenapa kau menggangguku?! Kenapa kau masuk dalam hidupku!? Kenapa kau tidak mau menghentikan semua ini?! Dan, astaga.. kenapa kau tidak mau mengerti?? Kumohon pergilah dariku! Aku tidak bisa memberikan apapun untukmu. Tidak ada gunanya kau selalu bersamaku. Aku berterima kasih dengan segala hal baik yang pernah kau lakukan untukku tapi tidak bisakah kau pergi??" ucapnya dengan pandangan nanar sembari sesekali menatap kesekitar. Ia terlihat gelisah. Sangat gelisah. Akupun melihat kesekitar dan tidak menemukan siapapun. Tentu saja tidak ada. Aku telah mempertimbangkan tempat ini karena kesepiannya dan tahu bahwa Mira akan melewati tempat ini. Kecuali.. bila memang ada orang yang sedang mengawasinya. Tapi, oh ayolah. Mateku terlalu sederhana dan tidak suka mencari gara-gara ataupun sensasi untuk jadi target pengawasan orang lain.

"Mira dengarkan aku," ucapku mencoba menenangkannya sembari memegang kedua pergelangan tangannya. Namun, ia justru semakin menatapku penuh dengan ketakutan."Mira, kau satu-satunya tujuanku."

"Bagaimana mungkin aku bisa menjadi satu-satunya tujuanmu? Kau hanyalah pembohong."

"Dengar, selain kau. Lalu apa tujuanku saat ini? kuliah? Kuliahku akan selesai tidak lama lagi. Aku sudah melewati banyak bagian tersulit dan tidak lama lagi aku akan lulus. Terkait pekerjaan aku juga tidak mengkhawatirkannya. Aku memiliki gambaran jelas akan apa yang ingin kulakukan setelah aku lulus dari sini. Aku tidak memiliki masalah sedikitpun terkait keuangan. Fisik? Aku tidak memiliki masalah sedikitpun dengan fisikku. Aku sehat dan dalam ukuran kebanyakan orang aku terlihat tampan. Teman? Aku memilikinya. Aku benar-benar tidak memiliki tujuan apapun lagi Mira selain mendapatkanmu. Aku sudah mendapatkan semuanya kecuali dirimu. Hanya kau satu-satunya tujuanku." ucapku jujur membuat Mira sedikit terpengaruh dengan ucapanku barusan. Aku nyaris sempurna. Dan aku rasa ia nyaris melupakannya.

"Tapi kau bisa mendapatkan banyak wanita lain didunia ini. kenapa harus aku?" tanyanya tidak mau kalah. Seperti ia memang benar-benar ingin aku pergi dari hidupnya.

"Karena kau satu-satunya wanita yang ada dimataku. Aku bisa melihat wanita lain. Namun hanya kau yang benar-benar kulihat. Rasanya aku tidak bisa melihat apalagi tertarik dengan wanita manapun selain kau. Dan, hal ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan fisik. Tidak ada."

"Kau hanya melihat semua hal dengan matamu. Kau tidak melihat segala hal dengan hatimu. Dan tanpa hati semua yang kau pandang itu tidak akan benar-benar berarti bagimu. Sekarang pergilah. Biarkan aku sendiri!"

"Dengar, sejak lama aku telah menyadari bahwa aku akan kehilangan hatiku. Lalu saat distasiun itu aku mulai melihatmu, aku sadar bahwa aku menginginkanmu, aku memandangimu, dan kemudian aku tahu bahwa kau wanita yang akan mendapat hatiku, aku menemukanmu. Dan mendapatkanmu itu adalah takdirku."

"Tidak! Aku tidak mau menjadi takdirmu. Pergilaah." Erangnya sembari berusaha melepaskan diri dariku.

"Apapun yang terjadi kini. Kau berkata iya ataupun tidak. Kenyataannya kau satu-satunya yang ada dihatiku mulai detik ini hingga selama-lamanya." ucapku datar dan kokoh.

"Jangan pernah mencoba tuk mendapatkanku! Kau tidak akan pernah bisa mendapatkanku. Dan berhentilah memandangku dengan sorot memuja yang tampak bodoh itu. Aku tidak akan pernah mau bersama pria sepertimu dan kau tidak akan tahan tuk berada disisiku!"

"Apapun yang terjadi kini. Kau berkata iya ataupun tidak. Kenyataannya kau satu-satunya yang ada dihatiku mulai detik ini hingga selama-lamanya. Kau hanya perlu membawa cintaku."

"Banyak orang sekitarku yang mencintaiku. Aku puas dengan semua itu. Untuk apa aku membawa cintamu? Jarak antar kau dan aku seperti langit dan bumi. Aku tidak akan betah bersamamu. Camkan itu!" Tegasnya tuk yang terakhir kalinya sembari menginjak kakiku sekuatnya sebelum pergi meninggalkanku.

***

beberapa hari belakangan aku gak publish nih. btw.. ada yang kangen? ... hmm mungkin tidak😂😂.. hehe

okay enjoy to reading readeer💃🏻💃🏻

lapyouu😘😘

Perubahan Sang Beta (Belum Di Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang