"Ren, gue langsung pulang ya, Bunda gue nelfon, disuruh cepet pulang." alibi Devan.
"Iya, lu duluan gapapa Dev. Utamain orangtua lu."
"Hatihati lu pulangnya." pesan Yoan.
Ya, mereka kini sedang berada dirumah Yoan, membersihkan luka masing-masing. Sedangkan Narendra, ia tidak mungkin pulang kerumah dalam keadaan muka lebam.
Dia segera menghubungi Jevan, jika dia menginap dirumah Yoan.
"Hallo, bang gua ga pulang, hari ini gua nginep dirumah Yoan, habis ngerjain tugas kelompok gua."
"..."
"Sampaikan ke Mamah ya."
"..."
Narendra segera mematikan sepihak, telfonnya.
"Eh, tawuran tadi ada yang janggal." ucap Cakra.
"Kenapa?" tanya Yoan.
"Kelompok kita ada yang make topi,"
"Gue tadinya nolongin, karna dia jatuh dan mau dipukul pake balok kayu gitu. Setelah gue bilang, lu gapapa? Eh malah tiba-tiba ga ada anjir."
"Ada ga diantara kalian yang make topi? Pas tawuran tadi?" tanya Yoan.
Semua menjawab tidak. "Yaudah, nantinya kita cari tahu, siapa orang tersebut. Jangan sampai kecolongan, takutnya musuh yang sok-sok an bantuin kita." sahut Narendra.
"Cari tahu, siapa orang yang memakai topi."
●●●●●
"Ravenna," teriak Devan yang kini tengah didepan pintu rumahnya.
Ceklek...
"Devan." panggil Ravenna.
Ya, sungguh itu Devan, dia sangat khawatir sama keadaan Ravenna. Dia melihat Ravenna dari ujung rambut sampai ke bawah, dan dugaannya benar, Ravenna tidak mengganti seragamnya.
"Gi... gi... gimana tangan lu? Belum lu obatin kan, sini ayo gua bersihin luka lu, gua tau lu, lu gak mungkin bersihin luka lu sendiri, sedangkan lu takut dengan darah. Di.. dimana kotak p3k lu? Gua obatin sini, apalagi lu juga belum ganti seragam."
Sungguh, Ravenna sangat pusing saat ini. Bagaimana tidak? Sahabatnya itu selalu berlebihan, jika ada yang terluka ditubuh Ravenna.
"Dev! Lu tenang. Ya ampun," sahut Ravenna.
"Pala lu gua bisa tenang gimana? Dimana p3k nya kambing."
"Arah dapur."
Devan segera berlari mengambil kotak p3k tersebut, dan tak lupa dia juga membawa sebaskom air dengan washlap untuk nantinya membersihkan luka yang dilengan Ravenna.
"Gua angkat lengan lu."
Ravenna mengangguk, dan dia menoleh kearah kiri, agar tidak melihat luka tersebut.
"Sedikit sakit nanti. ANJING!!! SAYATANNYA COK!" Ravenna yang sedari tadi menunggu Devan membersihkan lukanya pun terlonjak kaget, dengan suara Devan yang melengking.
"WOY!!! BANGSAT EMANG KAGET GUA!!!" teriak Ravenna tak kalah kencangnya.
"Eh seriusan, sayatan ini panjang, dan gua baru ngeh baju lu sobek."
"Yang penting lu bersihin luka gue, jangan banyak bacot!" ucap sinis Ravenna.
"Ini udah gua bersihin kok, lukanya doang. Tapi ngga gue perban."
"Ya perban lah goblok, perih ini."
"Lu belum mandi, mending lu mandi dulu, kan bersih tuh habis mandi, dan gaada kuman yang nempel ditubuh lu. Baru deh gua perban."
"Kena air pasti perih Bambaangg!"
"Tahan Maymunnah, udah buruan sana mandi, ini udah malem. Gue tungguin disini. Cepet!!"
"Bawel." balas Ravenna sambil meninggalkan Devan sendiri.
15 menit kemudian...
"Devan."
"Udah?"
Ravenna hanya menganggukan kepalanya, Devan segera mengambil kapas, perban dan hansaplaat roll, untuk membalut luka Ravenna.
"Terimakasih."
"Sama-sama, besok berangkatnya bareng gue ya. Gue jemput." ucap Devan.
Ravenna menganggukan kepalanya pertanda ia setuju dengan ajakan Devan.
●●●●●
"Gue pengen tahu siapa orang bertopi itu."
"Bagaimana jika kita melakukan penyerangan lagi? Nantinya kita akan kuak semua siapa orang bertopi itu." sahut cowok yang sedang menyebulkan asap rokok.
"Baiklah, ini rencana kita. Gue mau nantinya Narendra kalah." ucap Rendy.
Ya, Rendy. Rendy Trisakti, cowok berpenampilan urakan, tetapi memiliki mata coklat, kulit putih bersih, bibir merah yang begitu manis, serta tatanan rambut yang berantakan.
Mata Rendy tak henti-hentinya menatap layar handphone nya, terlihat sosok cewek berambut pirang panjang, menggunakan sweeter putih. Dan tak terasa air matanya menetes, "lo sekarang dimana? Gue kangen sama lo, gue nyesel sama semua yang udah gue lakuin dulu." batin Rendy.
"Hey!!! Kenapa tuh mata?" sahut Baron.
"Bacot. Gue pulang dulu. Oh ya, besok pagi sepulang sekolah kita lewat sekolahnya musuh kita, gue mau mantau doang." ucap Rendy sembari melangkah pergi.
"Belum dijawab udah pergi, kan taik." sahut Baron.
Hehehe...
Malam ini update ya sheyeng, maaf in Author yang update nya jarang pake banget.
Author sibuk soalnya.
Kalian tetap jaga kesehatan ya sheyeng, kita juga tidak tahu kapan Covid-19 akan selesai.
Tetap jaga daya tubuh kalian, jangan lupa olahraga, makan-makanan teratur, serta jangan lupa minum multivitamin untuk daya tahan tubuh ya❤
KAMU SEDANG MEMBACA
NARENDRA
Teen Fiction"Lo harus jadi pacar gue," ucap Narendra. "Lo lagi lo lagi, Narendra. Dan lo nyuruh gue jadi pacar lo? Haha... jangan mimpi," ledek Ravenna. "Jaga ucapan lo. Lo harus jadi pacar gue," balas Narendra. "Gak. Gue gak mau," celetuk Ravenna. "Yaudah, kal...