Budidayakan Vote sebelum membaca ya :))
"Gue baru tau kalo Ravenna sepupu lu." ucap Jevan.
"Kenapa Van? Demen lu ama si Ravenna?" tanya Aldo.
"Jevan udah ada Ghea goblok!" sahut Farid.
"Siapa tau mau selingkuh dia, haha..." gurau Aldo.
"Mulut lu selingkuh." balas Jevan.
"Cocok ga sama Naren kira-kira?" sambung Jevan.
"Cocok-cocok aja si keduanya, tapi kan lu gatau si Ravenna nya gimana? Apalagi adek lu sama Ravenna diliatnya kek musuh." ucap Aldo.
"Iya si. Gue si dukung aja gitu, kalo adek gue jadian ama si Ravenna."
"Lah tapi satu pesen gue." cicit Aldo.
"Apa?" Jawab kompak sahabatnya semua.
"Jangan pernah bikin sakit hati Ravenna, gue yang nantinya akan ngomong ke Narendra, kalo jangan sampe nyakitin sepupu gue."
"Dan gue ga mau ngumbar apa yang gak semestinya kalian tau. Ravenna yang akan ngasih tau semuanya nantinya ke Narendra." sambung Aldo.
"Maksut lu?" tanya Farid.
"Gapapa, udah gausah kepo." cicit Aldo.
》》》》》》》 《《《《《《《
Jam pulang sekolah telah berbunyi, seperti biasanya Narendra menunggu Ravenna pulang.
Terlihat dari koridor sekolah, dua gadis cantik, rambut kuncir kuda, sedang berjalan menuju gerbang sekolah.
Narendra terkesiap turun dari atas motornya, dan mengambil langkah santai menuju dua gadis yang kini menuju kearahnya.
"Lu pulang bareng gue, ga ada bantahan."
Belum menjawab ajakan Narendra, tangan Ravenna telah ditarik olehnya.
"Eh kok gitu? Gue ga mau bego!" celetuk Ravenna.
"Udah lu nurut aja."
"Ley, lu pulang naik grab ya, besok uangnya gue ganti, kalo lu ga punya OVO." sambung Narendra.
"Ashiap Bambang!" jawab Leyla.
"Kesambet setan apa yang merasukimu..." sindir Leyla sambil meninggal kan keduanya.
"Gue duluan Rav, jaga diri lu baik-baik." pesan Leyla.
"Ley..."
"Udah diem, pulangnya bareng gue titik." tekan Narendra.
"Kepala lu siniin."
"Kepala gue ga bisa dilepas."
"Astaga Maymunnah... majuin sini pala lu,"
"Nih." ucap Ravenna memajukan kepalanya kehadapan Narendra.
Mata mereka bertemu, terkunci satu sama lain, dengan detak jantung berdebar-debar diantara keduanya.
"Ganteng." batin Ravenna.
"Cantik." batin Narendra.
"Awas kena debu-debu jalanan, jadi ga bisa lihat wajah masing-masing nanti, kalo sambil dikucek eyes nya." kata Pak Satpam, yang datang tanpa diundang membuyarkan lamunan mereka masing-masing.
"Astagfirullahaladzim... kerja lembur bagai quda hingga lupa orang sana, duh Pak Satepam ngagetin saya, ganggu urusan kita berdua, Bapak jadi orang Ketiga." ucap Narendra kaget, yang membuat Ravenna tertawa terbahak-bahak.
"Hahaha... boleh uga lu, cem iklan ramayana." ucap Ravenna.
"Hahaha... benar, iya seperti inilah Narendra, suka ngelawak." celetuk Pak Satpam.
"Sok tau si Bapak."
"Udah ayok pergi, jangan lama-lama disini." sambung Narendra yang telah memakaikan helm ke Ravenna.
Motor Narendra kini telah melaju meninggalkan sekolah, entah mengapa hari ini ia ingin menghabiskan waktunya demgan Ravenna.
Entahlah, dia juga tidak tau dengan perasaannya ini.
"Kita mau kemana?" tanya Ravenna.
"Jalan-jalan." balas singkat Narendra.
"Kalo jalan pake kaki bukan naik motor."
"Cerewet."
Jawaban singkat Narendra seketika membuat Ravenna terdiam, dan hanya bisa membatin "si curut kenapa kek gini tiba-tiba."
Narendra membawa laju motornya dengan kecepatan rata-rata, sepanjang jalan, mereka haya diam.
Aneh.
Itu yang dirasakan Ravenna, walupun Ravenna belum sepenuhnya mengenal Narendra, ia merasa kalau Narendra juga memiliki sisi dingin.
"Turun."
"Hah?"
"Lu turun, udah sampai didepan rumah lu."
"Eh... maaf." kata Ravenna.
"Gapapa, gue duluan."
Ravenna terdiam, melihat sikap Narendra yang tiba-tiba menjadi dingin.
"Kenapa?" gumamnya.
Hayo... kenapa coba si Narendra. Apa dia merencanakan sesuatu? Atau ada beban yang sedang dirasakannya yah...
Tetap stay ya dicerita Narendra...
Jangan lupa VOTE dan Komentarnya yah
Malam minggu kalian pada kemana?? Wkwk
Instagram : @halloroycoo_
@narendra.story
KAMU SEDANG MEMBACA
NARENDRA
Teen Fiction"Lo harus jadi pacar gue," ucap Narendra. "Lo lagi lo lagi, Narendra. Dan lo nyuruh gue jadi pacar lo? Haha... jangan mimpi," ledek Ravenna. "Jaga ucapan lo. Lo harus jadi pacar gue," balas Narendra. "Gak. Gue gak mau," celetuk Ravenna. "Yaudah, kal...