Jam pulang sekolah telah berbunyi, semua murid sudah berhamburan keluar kelas, tidak dengan segerombolan anak laki-laki yang telah disiapkan untuk tawuran.
Didalam kelas, Ravenna nampak belum selesai mencatat semua materi yang ditulis dipapan tulis, Lelya masih menunggu sahabatnya itu.
"Eh mending lu pinjemin buku gue, daripada lo pulang telat." pinta Leyla.
"Gak ah Ley. Gue kalo pinjem buku lo, yang ada sampe rumah kagak gue tulis, jadi percuma." sahut Ravenna.
"Yaudah, kalo gitu mah lu ambil gambar aja nih, cekrek gitu pake hp lo. Nah terus pas lo hp-an kan lo pasti inget."
"Ntar aja, gue masih pengen nulis, hahaha..."
Ddddrrrrrtttttt...
"Bentar hp gue bunyi, ternyata mak gue nelfon," ucap Leyla
"Halo mah?"
"..."
"Sekarang?"
"..."
"Yah, tapi mah."
"..."
"Iyaiya yaampon".
"Kenapa lo? Disuruh pulang sama nyokap lu?" tanya Ravenna, tapi masih fokus menulis.
"Iya Rav, gue disuruh cepet pulang karna mamah gue mau minta anter ke tempat chatering. Soalnya ntar malem rumah gue ada acara arisan." jawab Leyla.
"Yaudah, lo pulang duluan kagak apa-apa dah. Bentar kagi gue juga selese kasian ntar, mama lo nungguinnya lama."
"Yaampun Rav, maafin gue ya. Ga bisa nemenin lo."
"Alah apaan, santuy lah. Tuhan sayang orang-orang yang santuy, hahaha..."
"Goblok lo emang. Yaudah gue duluan ya, lo ntar pulangnya tiati."
"Okedeh siap."
Leyla berlalu meninggalkan Ravenna, yang saat ini masih menulis. Bukan Ravenna namanya kalo dia lebih baik menulis sampe selesai daripada tulisan yang dipapan tulis difoto.
●●●●●
"Gimana sudah aman semua?" tanya Narendra.
"Sudah lah cuk, cctv nya udah gue matiin. Dan Pak Nur, gue kunci diruang BK." jawab Devan.
"Bagus." balas Narendra.
"Satpam depan gimana?" sahut Yoan.
"Tidur, dan gue kunci di ruang OSIS." jawab Narendra.
"Lah kok bisa tidur, lo kasih apaan Ren?" tanya salah satu murid yang ikut tawuran.
"Gue kasih obat tidur, mau gue kasih obat pestisida mah, takut meninggal ntar." ucap jenaka si Narendra yang membuat gelak tawa semua orang.
"Hahaha... goblok emang."
"Yaudah, kita stay didepan gerbang." ajak Yoan.
Kemudian mereka semua menuju ke gerbang sekolah, dimana nantinya tawuran itu berada didepan sekolah.
Tak lama kemudian, suara motor telah terdengar. Menandakan kalo Rendy dan gerombolannya telah sampai ditempat tersebut.
Dengan angkuhnya, Rendy turun dari motor gedenya. Mata elangnya menatap Narendra sinis, begitu juga dengan Narendra.
Rambut yang berantakan, serta seragam sekolah yang begitu kusut, kulit putih bersih, dan bibir begutu merah. Bisa kalian bayangin kan seperti apa? Wkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
NARENDRA
Teen Fiction"Lo harus jadi pacar gue," ucap Narendra. "Lo lagi lo lagi, Narendra. Dan lo nyuruh gue jadi pacar lo? Haha... jangan mimpi," ledek Ravenna. "Jaga ucapan lo. Lo harus jadi pacar gue," balas Narendra. "Gak. Gue gak mau," celetuk Ravenna. "Yaudah, kal...