Sudah dua hari Ravenna ngotot ingin mendaftar sekolah. Hari ini ia diantar oleh supir pribadinya, pasalnya, Kevin tidak bisa mengantarkannya.
Ravenna kini sudah berada di sekolah SMA Nusa Bangsa. Banyak beberapa murid yang memperhatikannya, apalagi para kaum adam yang menatapnya.
Saat hendak menuju ruangan kepala sekolah, tiba-tiba ada seseorang yang mencekal tangannya. Dengan cepat ia memutar tubuhnya dan menatapnya dengan muka cengo.
"Siapa?" tanya Ravenna.
"Lo lupa sama gue?" tanya balik orang itu.
Betapa terkejutnya Ravenna, ternyata orang yang mencekal tangannya itu adalah Jevan. Yang pernah membayarkan belanjaannya.
"Je... Jevan?" ucap Ravenna.
"Ravenna," balas Jevan dengan senyuman khasnya.
"Maaf, gue lupa," kata Ravenna sambil melepas cekalan Jevan.
"Gapapa. Ngapain lo disini?" tanya Jevan.
"Mau ngamen," jawab Ravenna.
"Hahaha... lo lucu," tawa Jevan pecah.
Ravenna memutar jengah kedua matanya.
"Yakali gue disini mau ngamen. Gue mau daftar sekolah disini."
"Maaf elah, canda gue,"
"Lu mau gue antar keruangan kepala sekolah?" sambung Jevan.
"Gak usah. Lagian kan gue udah didepan ruangannya,"
"Eh iya, ga sadar gue hahaha,"
"Gue ikut ya?" sambung Jevan.
"Terserah,"
Mereka kini sedang berada di ruangan kepala sekolah. Ravenna menyerahkan beberapa persyaratan pindah sekolahnya.
Dengan begitu teliti, kepala sekolah tersebut memeriksa beberapa persyaratan yang dibawa Ravenna.
"Baik, surat kamu sudah lengkap. Besok pagi kamu mulai berangkat," ucap Pak Fandi selaku kepala sekolah.
"Baik, terimakasih Pak. Saya permisi, Assalamualaikum," pamit Ravenna.
"Saya pamit juga ya Pak, tugas saya udah selesai mengantar bidadari cantik. Assalamualaikum," pamit Jevan yang juga meninggalkan Pak Fandi.
"Waalaikumsalam," jawab Pak Fandi sambil menggelengkan kepalanya.
Jevan kini mengejar Ravenna yang sudah dulu keluar dari ruangan kepala sekolah.
"Tungguin gue ngapa?" ucap Jevan yang kini berada disamping Ravenna.
"Ngapain lo ngintilin gue, sono masuk udah bel tuh," kata Ravenna tanpa menoleh kearah Jevan.
"Gue mau nganterin lo pulang," balas Jevan.
Ravenna menghentikan langkahnya. "Gue bisa pulang sendiri, tolong jangan ngintilin gue. Mau minta uang lo dikembaliin?".
"Enggak. Gue ikhlas lahir batin bayarin lo," jelas Jevan.
"Yaudah jangan ngintilin gue, cepet sana masuk kelas," perintah Ravenna.
Dengan berat hati, Jevan menghela nafas kasar dan menganggukan kepalanya lalu segera pergi meninggalkan Ravenna.
Ravenna menatap punggung Jevan yang sudah berlalu pergi darinya. Ia kemudian melangkahkan kakinya untuk segera keluar dari sekolah ini.
Saat ia hendak melintasi gerbang, gerbang tersebut sudah tertutup rapat. Dan satpam sekolah pun berada didepan gerbang tersebut dengan satu murid yang terlambat.
KAMU SEDANG MEMBACA
NARENDRA
Teen Fiction"Lo harus jadi pacar gue," ucap Narendra. "Lo lagi lo lagi, Narendra. Dan lo nyuruh gue jadi pacar lo? Haha... jangan mimpi," ledek Ravenna. "Jaga ucapan lo. Lo harus jadi pacar gue," balas Narendra. "Gak. Gue gak mau," celetuk Ravenna. "Yaudah, kal...