Jam istirahat telah berbunyi, semua murid kini berhamburan keluar kelas. Terlihat jelas seorang cowok berjalan dengan langkah cepat, tampak semua cewek yang masih berada dikoridor sekolah melihatnya dengan mata melotot dan mulut menganga.
Siapa lagi kalo cowok itu Narendra. Ya, Narendra menuju ke salah satu kelas yang semua murid dikelas itu belum keluar.
Dengan santai dia menunggu seseorang diluar kelas tersebut. Dia menyandarkan punggungnya ditembok dekat dengan pintu.
Dan ya, akhirnya yang ditunggu telah berhamburan keluar kelas.
"Lo harus jadi pacar gue," ucap tegas Narendra saat seorang cewek melewati dirinya.
Terlihat sorak-sorai murid yang juga melewati dirinya menghentikan langkahnya.
"Lo lagi lo lagi, Narendra. Dan lo nyuruh gue jadi pacar lo? Haha... jangan mimpi," ledek Ravenna.
"Jaga ucapan lo. Lo harus jadi pacar gue," balas Narendra.
"Gak. Gue gak mau," celetuk Ravenna.
"Yaudah, kalo gitu kita nikah dan sekarang ayo ke KUA," jawab enteng Narendra.
"Eh, lo gila apa! Kalo gue gak mau ya gak mau!" Bentak Ravenna.
Narendra kemudian berjalan kearah Ravenna, memberikan jarak hanya beberapa senti saja.
"Mungkin saat ini lo bisa nolak gue, tapi sebentar lagi lo bakal nerima gue. Gue Narendra Alditama gak akan nyerah sampe sini," ucap Narendra pergi meninggalkan Ravenna.
Hati Ravenna berdetak sangat kencang, ia pun merasa gugup atas perkataan Narendra, entahlah. Apakah Narendra benar-benar serius atau tidak, Ravenna masih tetap gak peduli.
Narendra yang melihat kegugupan Ravenna tersenyum penuh kemenangan. Ia akan membuat Ravenna menerima dirinya, bagaimana pun caranya.
"Ravenna," gumam Narendra meninggalkan Ravenna.
"Lo gak papa Rav?" tanya Leyla yang menghampiri Ravenna.
"G... g... gak, gue gak papa," gugup Ravenna.
"Kita kembali ke kelas aja, banyak yang ngeliatin lo soalnya," ajak Leyla.
Ravenna mengangguk kecil dan segera berlalu dari tempat tersebut.
Jevan yang melihat aksi adiknya pun tersenyum geli, atas tindakan yang Narendra lakukan.
"Gila adek gue, sekarang berani terang-terangan nembak anak orang," gumam Jevan.
"Tau tuh bang, si kunyuk suka sama si Ravenna. Tapi noh anak gengsi banget, kagak mau ngakuin kalo tuh anak suka sama Ravenna," sahut Yoan yang sejak tadi bersama Jevan.
"Lambat laun dia akan mengakuinya," balas Jevan dan melangkah pergi dari tempat itu.
"Aelah main tinggal kabur tuh orang. Tapi kalo dilihat-lihat cantik banget dah si Ravenna."
"Tapi masih cantikan Leyla." sambungnya.
🐾🐾🐾🐾🐾🐾
"Kusut bener muka lu?" tanya Yoan, yang pura-pura tidak mengerti dengan keadaan Narendra.
"Hm." jawab Narendra dengan gumaman.
Mereka kini sedang berada di kantin didekat sekolahnya.
"Aela kenapa si lu Ren? Ada masalah? Biasanya lu cerita sama kita, akhir-akhir ini lu kagak cerita kalo lagi ada masalah." sahut Devan.
"Belum waktunya." balas Narendra, yang langsung meninggalkan kedua sahabatnya itu.
Yoan dan Devan saling melirik, berpikir dalam hati mereka, dengan sikap Narendra saat ini.
"Lu tau? Tuh si kampret kenapa?" tanya Devan.
"Habis ditolak dia, ama cewe." celetuk Yoan.
"Siapa? Baru kali ini si Narendra nembak cewek. Kelas berapa dia? Jurusan apa tuh cewe? Samperin yuk, pantes aja dia jawabnya irit anjir."
"Kambeng, kepo bener dah lu. Biar si Narendra aja yang cerita."
"Kalo ga kepo ya gue gatau goblok."
"Ravenna?" ucap Devan yang membuat kaget Narendra.
"Tau darimana lu?" selidik Narendra.
"Bukan darimana, cuma kalo dilogika, lu dari dulu bilang kalo deketin cewek baru yang sekolah disini. Dan siapa lagi kalo bukan Ravenna sahabat gue." ucap Devan.
"Kenapa?" tanya Narendra.
"Iya gapapa sih. Gue paham Ravenna itu kaya apa. Semuanya gue tau." jawabnya.
Yoan hanya mendengarkan kedua sahabatnya itu membahas Ravenna.
"Lu beneran suka sama Ravenna?" selidik Devan.
"Kalo ga suka, ngapain dia repot-repot nembak Ravenna?" sahut Yoan.
Narendra diam.
"Kalo lu emang beneran suka ama sahabat gue, perjuangin semampu lu, kalo lu beneran serius."
"Dan ga akan mainin sahabat gue. Lu juga sahabat gue, jadi gue dukung lu buat ngedapetin si Ravenna." sambungnya.
"Yaudah, cukup do'ain aja. Biar Ravenna mau sama gue," ucap Narendra.
"Selalu bosquee..." balas kompak Devan dan Yoan.
♡♡♡♡♡♡
Jam pulang sekolah telah berbunyi dan seperti biasanya, Narendra standby didepan gerbang sekolah untuk menunggu Ravenna.
Lama, itu yang dirasakan Narendra. Tapi sudah resiko menunggunya. Dan kedua sahabatnya sudah pulang dari tadi, karena ada kepentingan masing-masing.
Terlihat sudah dua gadis cantik kini berjalan menuju luar sekolah. Narendra terkesiap untuk segera menghampiri Ravenna.
"Lo pulang bareng gua ya." pinta Narendra.
"Lo mending pulang sendiri aja, gausah ngajakin gua. Demi apapun lo udah malu-maluin gua disini." ucap Ravenna.
"Malu-maluin? Darimana? Lo sadar ngga sih, gua emang suka sama lo, gua sayang sama lo, gue ngelakuin itu semua karena gue buktiin ke lo, kalo gue berani. Kurang laki gimana gua?"
Diam. Ya, Ravenna terdiam Narendra mengatakan semua itu. Leyla, yang mendengarkan keduanya kini benar-benar tidak menyangka, jika Narendra yang dia kenal berani mengungkapkan semuanya didepan semua murid.
"Gue tahu, lo pasti gak akan percaya sama gue, dan gue juga gak mungkin nyuruh lo percaya sama gue, karena gue bukan Tuhan yang mewajibkan semua orang percaya dengan gue."
"Intinya gue sayang sama lo, mau berapa pun, penolakan yang lo beri ke gue, gue gak akan nyerah,"
"Lo gila apa gimana hah? Lo tuh baru kenal gue, mana ada tiba-tiba suka, tiba-tiba sayang. Tolol." Ucap Ravenna.
"Mmmm... gais, gue duluan yah. Gak kuat gue liat drama kalian." timpal Leyla dan segera ia meninggalkan Narendra dan Ravenna.
"Ley-" teriak Ravenna.
"Udah, lo pulang bareng gua aja titik. Ayo," potong Narendra sembari menggandeng tangan Ravenna. Ravenna menatap canggung, tangannya yang digandeng oleh Narendra.
NARENDRA UPDATE!!!
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK YAHH❤
BARU SEMPAT UP KARENA SIBUK KERJA HIHIHI❤
SEMANGAT PUASANYA YA GAIS
KAMU SEDANG MEMBACA
NARENDRA
Teen Fiction"Lo harus jadi pacar gue," ucap Narendra. "Lo lagi lo lagi, Narendra. Dan lo nyuruh gue jadi pacar lo? Haha... jangan mimpi," ledek Ravenna. "Jaga ucapan lo. Lo harus jadi pacar gue," balas Narendra. "Gak. Gue gak mau," celetuk Ravenna. "Yaudah, kal...