Sudah 2 hari ini Ravenna dirumah sakit, keadaannya telah membaik dan diperkenankan hari ini untuk pulang. "Ravenna, gue minta maaf gak bisa ngelindungin lo." ucap Narendra sembari membereskan pakaian Ravenna.
"Gapapa kok. Yang penting gue masih hidup kan?" balas Ravenna sambil mengunyah buah apel yang berada digenggamannya.
"Lo ngomong gitu gue cium nih." ancam Narendra yang tadinya fokus membereskan pakaiannya beralih memandang wajah cantik Ravenna.
"Biasa aja liatnya." Ucap Ravenna sambil menatap sinis ke arah Narendra.
"Kok jadi galaknya balik lagi. Kemarin-kemarin aja halus ngomongnya, kenapa?" tanya Narendra.
"Ada Rendy aja halusnya kebangetan, siapa si sebenernya dia? Rasanya kalian sebelumnya pernah saling kenal." lanjutnya. Seketika membuat Ravenna diam.
"Kok malah diem?" tanya Narendra. "Gapapa lo jujur aja sama gue." lanjutnya.
Ravenna menggeleng pelan. Narendra menghembuskan nafas pelan, "mungkin Ravenna belum siap nyeritain semuanya." batin Narendra.
"Yaudah kita pulang aja kalau gitu. Gue anterin." ajaknya.
●●●
Sepanjang perjalanan, Ravenna diam dan memikiran apa yang kemarin terjadi padanya.
Flashback on...
"Nghhh..." erang Ravenna, seketika membangunkan Rendy yang tertidur disampingnya.
"Ravenna udah bangun?" tanya Rendy.
Ravenna menatap Rendy, pandangan mereka bertemu. "Aku, Devan, Baron dan yang satu lagi lupa namanya yang bawa lo kesini." jelas Rendy seolah tahu apa yang dipikirkan Ravenna.
Ravenna enggan menjawab. "Gue minta maaf,udah buat lo seperti sekarang ini. Gue gak tahu kalo lo orang yang dibalik topi," jelasnya lagi.
"Gue minta maaf ataa kesalahan gue dulu, udah nyakitin lo, bikin nangis bahkan. Pasti sampai sekarang lo juga benci sama gue, karena perkataan gue yang nyakitin hati lo." Sambungnya.
Ravenna seakan terhipnotis apa yang dikatakan Rendy. Sejujurnya, masih ada sedikit perasaan terhadap Rendy. Tapi ia menepis semua perasaan itu.
"Permisi," ucap seorang perawat.
"Ini sarapan dan obat anti nyeri untuk Nona Ravenna, kemungkinan satu apa dua hari lagi boleh bisa pulang." sambungnya, dan mendapat anggukan dari Rendy.
"Gue suapin ya, dari kemarin pasti belum ke isi energi di perut lo." kata Rendy sambil tersenyum.
Ravenna tetap diam tak menjawab.
Tangan Rendy kini bergerak pelan menyuapi Ravenna. "Gue kasih sedikit doang kok buburnya, biar lu pas mangap ngga kesakitan. Gue maaf udah buat lu seperti ini sekali lagi." ucapnya.
"Gue ga mau makan." Ravenna membuka suara, sembari menundukkan kepalanya.
"Kenapa? Masih sakit?" tanya Rendy yang hanya dijawab anggukan oleh Ravenna.
"Terus kenapa ikut tawuran? Ravenna yang aku kenal dulu tidak seperti ini. Ravenna yang sekarang apa gara-gara ulah Rendy dulu? Yang nya---"
"Rendy jangan cerewet." potong Ravenna.
Setelah percakapan itu terjadi keheningan satu sama lain. Tangan Rendy yang tadinya bergerak menyuapi Ravenna menggantung.
"Ehem." dehem Narendra.
KAMU SEDANG MEMBACA
NARENDRA
Teen Fiction"Lo harus jadi pacar gue," ucap Narendra. "Lo lagi lo lagi, Narendra. Dan lo nyuruh gue jadi pacar lo? Haha... jangan mimpi," ledek Ravenna. "Jaga ucapan lo. Lo harus jadi pacar gue," balas Narendra. "Gak. Gue gak mau," celetuk Ravenna. "Yaudah, kal...