❤❤❤
Kau adalah seorang aktris dengan kehidupan sebagai panggung, Takdir sebagai Skenario, dan Tuhan sebagai Sutradaramu.
❤❤❤Hinata berlari dengan tergesa di sepanjang koridor sekolah, tangannya menjinjing tas yang berisi kotak makan siang, rambut panjangnya diikat ekor kuda dengan poni rata yang tetap ia pertahankan untuk menutupi dahinya.
Karena terlalu tergesa dia menabrak seseorang yang lebih tinggi darinya. Meskipun begitu karena ia sedang terburu-buru tanpa pikir panjang dia tetap melanjutkan langkahnya menuju tujuan. Tanpa minta maaf ataupun untuk sekedar melihat siapa yang ia tabrak.
Hinata berhenti tepat di depan kelas dengan tanda 2-3 di atasnya. Mengatur sedikit penampilannya, dia sedikit mencondongkan tubuhnya ke dalam kelas dan seseorang akan langsung tahu apa tujuannya datang ke tempat itu.
"Hei! Sakura-chan! Kau lupa membawa bekalmu lagi ya? Lihat Hinata kemari untuk mengantarkannya!"
Hinata tersenyum kecil saat pemuda dengan surai kuning itu bicara dengan suara yang begitu keras, membuat seorang gadis bermata emerald yang tengah duduk tenang di ujung sana menggerutu kesal sambil berjalan ke arahnya.
"Diam kau! Naruto Baka!!"
Ujar gadis yang dipanggil Sakura itu sambil memukul pemuda kuning tadi.
"Hinata-chan! Hehehe Gomenne~ aku selalu saja merepotkanmu."
Lanjut Sakura sambil mengambil alih kotak makan siangnya dari tangan Hinata.
"Tidak apa-apa. Itu memang sudah tugasku."
"Ah! Karena aku kau pasti akan datang terlambat ke sekolahmu 'kan?"
"Sudah aku bilang bukan apa-apa. Sudah ya~ aku pergi dulu. Jyaa~"
"Arigatou Hinata-chan!"
Setelah berpamitan Hinata berbalik arah sambil melambaikan tangannya.
Inilah kehidupan Hinata. Bukan kali pertama dia berlari di dalam sekolah yang bahkan ia tidak belajar di sana. Ia sudah sering mengantarkan kotak bekal makan siang yang tertinggal di rumah karena kecerobohan nona muda Haruno. Padahal sekolah Hinata dan Sakura berbeda dan jaraknya lumayan jauh. Ya~ dia bisa apa? Dia hanya seorang pesuruh yang kebetulan tinggal di sebuah rumah besar di keluarga Haruno.
Sebenarnya bukan keinginannya untuk bekerja dan tinggal di sana, dia hanya terikat karena kedua orangtuanya sebelum meninggal menitipkannya pada keluarga Haruno, dan juga karena rasa harus berbalas Budi Hinata lebih memilih untuk bertahan. Dia juga merasa beruntung karena majikannya begitu baik dan menghormatinya.
Hinata kembali berlari sesaat setelah bus menurunkannya. Diliriknya arloji yang melingkar manis di pergelangan tangan, Hinata kembali mengalami serangan panik. Dia mempercepat kecepatan larinya, berharap jika gerbang sekolah tempat ia belajar belum tertutup.
Tepat satu menit sebelum gerbang tertutup sempurna Hinata datang dan masuk. Nafasnya begitu terengah karena berlari.
"Hinata? Kau ini selalu saja.."
Hinata menoleh dan tersenyum kecil pada seorang penjaga gerbang sekolah. Bukan hal aneh lagi Hinata datang seperti ini, karena ini bukan yang pertamakalinya bagi Hinata.
"Gomenne~ Izumo-san. Aku janji tidak akan terlambat lagi."
setelah mengatakan itu, Hinata berlalu menuju kelasnya. Beruntung karena sang guru belum datang, jadi Hinata masih bisa bernafas lega karena hukuman tidak menyentuhnya kali ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why ME? [SasuHina]
FanfictionHinata adalah seorang maid di kediaman keluarga Haruno. Dia sudah mengabdi selama bertahun tahun bersama kedua orangtuanya. Setelah kedua orangtuanya meninggal, Hinata hanya memiliki keluarga Haruno sebagai tempat untuk pulang. Hubungannya dengan no...