25 Februari, 2011.
Pukul dua belas lebih lima belas menit, ketika ruang kelas masih sepi karena semua siswa mengantri untuk solat dzuhur. Hanya ada kami berdua, dia menghampiriku.
Tanpa ragu Daniel duduk tepat di sebelah.
Banyak yang ia katakan.
Pertama, aku boleh mengganggunya kapan saja jika aku mau. Kedua, hubungannya dengan Seongwoo sudah benar-benar selesai. Mereka memang sedekat itu karena kedua orangtua Daniel dan Seongwoo berteman baik. Ketiga, Daniel berkata bahwa selama berpacaran dengan Seongwoo ia terpaksa.
Katanya, tidak pernah ada rasa cinta, hanya rasa kasihan.
—Woojin.