19 Mei, 2011.
Kakiku nekat menginjak pekarangan rumah Daniel. Hyunbin kuseret untuk mengikuti. Kupikir laki-laki itu harus bertanggung jawab perihal nasib hati.
Tidak ingin menjadi orang bodoh yang hanya duduk diam dan menikmati lara, kuperjuangkan asa. Seluruh tutur hingga maki, kulontarkan begitu saja.
Aku menangis, meraung, memanggil namanya, dan memintanya untuk kembali, untuk memperjuangkanku lagi.
Daniel meringis, menatapku tak percaya. Hari ini aku lebih gila dari Seonho dan lebih nekat dari Seongwoo.
Detik setelahnya laki-laki itu berlari memelukku erat, mendekapku hangat, mengatakan bahwa dia mencintaiku dan aku mencintainya.
Kami berciuman mengharu biru, katanya semua akan baik-baik saja.
—Woojin.