28 September, 2018.
Benar katamu.
Jika waktu selalu tidak tepat untuk kita berdua.
Aku menunggumu, kau menunggu aku. Kita saling menunggu tanpa saling tahu. Tuhan menghukumku tanpa ampun. Melihatmu kesakitan di atas ranjang dengan mata tertutup.
Kadang kala, tanpa sepengetahuan siapapun, diam-diam aku menemuimu yang tak tahu aku. Bersembunyi dibalik punggung pintu atau celah jendela setiap pukul tujuh.
Senyummu terurai ketika para wanita mengenakan busana berwarna putih mengajakmu bercanda. Atau adikmu yang kini sudah tumbuh dewasa membawa cerita yang entah aku tak tahu apa artinya. Aku melihatmu menangis ketika orang-orang pergi berpamitan untuk pulang.
Rasanya ingin kumaki diriku sendiri, jika bisa sampai aku mati.
Menjauh, menyesali, dan menyibukkan diri dengan kesibukan yang tak kusukai.
Hingga suatu ketika, entah hari keberapa dari puluhan bulan yang telah kulewatkan. Sekali lagi Tuhan mengizinkanku untuk menemuimu. Lewat malaikat kecil yang kurawat dengan sungguh—William. Dia sepertimu asal kau tahu. Semua kulakukan semata-mata untuk menebus rasa salahku yang terlampau besar. Anak itu yatim piatu, tidak memiliki ayah dan ibu. Semangatnya untuk sembuh membuatku selalu merasa terpuruk dan merasa akulah manusia paling buruk yang ada di dunia ini.
Malam itu, ketika kau memintaku untuk memastikan William sudah tidur dan istriku tidak tahu, rasanya aku ingin tertawa. Karena dari dulu hingga sekarang, hanya kaulah yang bertahta. Tidak Seonho atau Seongwoo atau siapapun itu. Hanya kau yang boleh mengambil hatiku dan mengurungnya.
Mungkin, banyak hal yang tak kau tahu tentangku, banyak hal yang tak kau mengerti. Tak apa, melihatmu tidur tenang dipelukanku saat itu sudah jauh membuatku merasa lebih baik.
Maaf, jika aku datang terlambat.
Maaf, jika aku belum sempat benar-benar membuatmu bahagia.
Maaf, jika aku banyak membuatmu kecewa.
Percayalah, kau adalah bahagia terbesarku. Terimakasih sudah lahir ke dunia dan menorehkan sedikit tinta kasih sayang yang kau punya.
Terimakasih sudah pernah mencintaiku.
Kini, kau telah menyatu dengan tanah, disaksikan langit dan bumi. Berbahagialah setelah ini, Park Woojin. Aku tahu kau tak akan merasa sakit lagi.
—Daniel