14 | Cry

2.7K 184 16
                                    

Aldri membelalakkan matanya ketika melihat Preston dan Cia tertidur di sofa. Tanpa meneriaki kedua orang itu, dia langsung menonjok pipi Preston yang membuat laki-laki itu menjerit. Jeritan itu sontak membangunkan Cia.

Cia mengerjapkan matanya berulang kali berusaha mengingat apa yang terjadi semalam. Ia menepuk keningnya begitu ia berhasil mengingat. Semalam, ia dipaksa Preston untuk ikut menonton Dora yang berujung ia tertidur.

"Kenapa lo bisa di sini?" tanya Aldri galak menatap Preston sebelum bergantian menatap Cia.

Preston menyentuh pipinya yang berdenyut sebelum berucap, "Gue ketiduran, Kak. Semalam gue nonton Dora bareng Cia."

"Iya, Toton enggak bohong, Kak. Semalam emang kita berdua lagi nonton Dora, terus kita ketiduran," jelas Cia membuat Aldri menghela napas panjang.

"Lo pulang sekarang, Ton. Mulai hari ini, gue yang antar jemput Cia ke sekolah."

Seusai berucap, Aldri langsung menggamit tangan Cia menuju kamar gadis itu. Cia mendengkus begitu Aldri melepaskan gamitannya keras.

"Setahu kakak, kemarin kamu lagi teleponan sama Vero. Kenapa mendadak kamu bisa di bawah sama Preston?" tanya Aldri.

Cia menaikkan sebelah alisnya. Dari mana kakaknya tahu semalam ia sedang bertelepon dengan Vero. "Kakak nguping?"

"Enggak."

"Terus kakak tahu dari mana aku telepon sama Vero? Ya kali Vero laporan mau telepon sama aku." Cia menaikturunkan kedua alisnya.

"Enggak usah kepo. Kakak buat sarapan dulu, kamu cepetan mandinya, nanti telat."

Cia mengiyakan ucapan Aldri karena ia tahu mendesak Aldri hanyalah membuang waktunya yang berharga. Ia langsung mengambil ponselnya begitu derap langkah kaki Aldri tidak terdengar lagi.

Alicia Fernita
Sorry buat tonjokkan kakak gue

Alicia Fernita
Harusnya lo sadar dari awal kalau kakak gue protektif banget

Alicia Fernita
Nanti di sekolah gue obati pipi lo di UKS

Sudah semenit ia menunggu balasan dari laki-laki itu, tapi hasilnya nihil. Ia menghela napas sebelum memutuskan untuk mandi terlebih dahulu.

Ia berdecak sebal begitu laki-laki itu masih belum membalas pesannya, padahal ia sudah menghabiskan waktu lima belas menit untuk mandi. Apa laki-laki itu marah karena tonjokan tadi?

Ia mengendikkan bahunya acuh tak acuh. Kenapa juga ia harus memikirkan semua itu? Memang kenapa jika laki-laki itu marah dengannya? Bukannya laki-laki itu hanyalah temannya?

***

"Lo bego, sih. Lagian ngapain nonton Dora-nya di rumah Cia?"

Cia berusaha tetap fokus memberikan obat pada pipi Preston yang memar, walau sebenarnya ia ingin sekali menertawakan alasan konyol laki-laki itu menonton Dora di rumahnya.

"Sal—"  Sentilan pelan mendarat di pipinya memotong ucapannya.

"Diem dulu. Lo pikir gue enggak susah apa obati pipinya kalau lo ngomong?"

Ezra berdeham sebelum berucap, "Gue pikir lo ditonjok Kak Aldri karena lo ninggalin Cia sendirian di perempatan."

Plato melongo mendengar ucapan Ezra. Dia menatap Preston menuntut penjelasan, tapi laki-laki itu malah bertingkah seakan dia tidak mengerti dengan perkataan Ezra.

Alicia 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang