38 | Taman

2.1K 158 20
                                    

David menghela napas panjang sebelum mengambil ponselnya yang tidak berhenti menyala. Tanpa melihat pun, dia tahu siapa yang meramaikan ponselnya.

David Alcander
Ya, gue ke sana skrg. Kalian tunggu di sana

Usai mengetik balasan untuk kedua temannya, dia keluar kamarnya. Alisnya bertautan ketika melihat Cia sendirian di pinggir kolam. Apa yang sedang gadis itu pikirkan?

Dia mengurungkan niatnya untuk menghampiri gadis itu begitu bayangan temannya muncul di benaknya. Reg dan Dillon sudah menunggunya terlalu lama.

Membutuhkan waktu sekitar dua jam, dia baru sampai di tempat yang sudah dia rencanakan dari beberapa hari sebelumnya. Senyuman tipis terukir di bibirnya melihat balon-balon itu masih dibiarkan terikat.

Bugh ....

David meringis kecil ketika sebuah tas mendarat di mukanya.

"Lo buang-buang waktu gue, Kuda," umpat Reg kesal.

David mendengkus sebelum mendekati kedua temannya yang menatapnya tajam. "Tadinya gue juga udah mau ajak Cia ke sini, tapi pas lihat dia sama Preston nyaris ciuman, gue langsung balik."

"Ciuman?!"

"Gue jamin lo salah paham. Cia bukan kayak Alice yang bisa sembarangan dicium," ucap Dillon.

"Enggak usah bawa-bawa Alice, nanti malam bisa aja lo digentayangin dia kalau lo ngomongin dia."

"Lo pikir dia udah mati apa sampai bisa gentayangin gue?"

David menaikkan sebelah alisnya sembari berucap, "Bukannya gue udah bilang kalau kemarin itu gue enggak bisa ke pemakaman karena mesti temani Cia."

"Lah? Yang lo maksud mau dikubur itu Si Setan?"

David spontan menempeleng kepala Dillon karena tidak suka perkataan laki-laki itu. "Dia punya nama."

Reg memutar bola matanya malas karena kedua orang itu malah berdebat tidak jelas. Dia menatap ke sekeliling tempat tersebut. Sejak pagi tadi, dia dan Dillon sudah berada di tempat ini untuk menghias.

Sejujurnya dia malas untuk melakukan apa yang disuruh David, tapi mengingat laki-laki itu adalah teman baiknya sejak kecil, dia menuruti permintaan laki-laki itu.

"Terus sekarang ini mau diapain? Gue ogah, ya, rapiin semua ini kalau enggak ada hasilnya," ucap Dillon.

David mengembuskan napas. "Ya, gue yang rapiin."

"Lo enggak jadi ajak Cia ke sini?" tanya Reg yang dibalas gelengan laki-laki itu.

Dillon mendecih. Ternyata temannya itu masih belum berubah, padahal dia sudah berharap bahwa kedua orang itu akan balikan hari ini.

"Gue tebak lo enggak ada minta Cia buat jelasin soal ciuman itu."

"..."

"Gue pikir lo udah lebih bisa bersikap dewasa, makanya gue sama Reg iyain aja waktu lo minta kita bantu lo. Tapi sekarang setelah melihat lo kayak gini, gue jadi nyesal buat bantu lo," sambung Dillon.

"Gimana bisa gue nembak dia lagi di saat bayangan dia sama Preston sedekat itu masih terbayang di otak gue?!" sentak David.

Reg memilih pergi dari hadapan kedua orang itu karena dia rasa kedua orang itu akan terus berdebat, kecuali gadis yang menjadi alasan perdebatan itu datang.

Alicia 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang