4 | Rela

4.1K 264 37
                                    

Gadis itu mengernyitkan kening ketika menemukan setangkai bunga di kolong mejanya. Ia menoleh ke samping sebelum berucap, "Lo kasih gue bunga, Ton?"

"Bukan, gue enggak ada beli bunga. Bunga dari siapa, tuh?"

"Kalau gue tahu siapa yang kasih, gue enggak bakalan nanya ke lo, Toton," ucap Cia dengan penuh penekanan membuat laki-laki itu tergelak.

Preston mengambil tangkai bunga mawar tersebut sebelum berjalan ke depan kelas. Dia menaikkan bunga itu hingga seisi kelas menatapnya heran.

"Siapa yang kasih cewek gue bunga?" tanya Preston membuat seisi kelas bersorak heboh saling menuduh satu sama lain.

Cia melotot kesal. Laki-laki itu selalu berbicara seenaknya. Ia berjalan ke depan kelas sebelum menjewer telinga Preston. "Mesti berapa kali gue bilang kalau gue bukan cewek lo, Toton."

Preston meraih tangan Cia yang menjewernya. "Telinga gue terlalu bagus untuk lo jewer, Babe."

"Beb ... beb, lo kata gue bebek. Udah sini balikin bunganya," sinis Cia yang dibalas gelakan tawa laki-laki itu.

Cia menaikkan sebelah alisnya seraya berucap, "Gue ngomong serius, Preston. Kenapa malah ketawa?"

"Soalnya lo lucu," kekeh Preston merangkum kedua pipi Cia gemas.

***

Seorang laki-laki tersenyum kecil melihat gantungan beruang yang berada dalam genggamannya. Dia mengusap puncak kepala beruang tersebut sebelum berucap, "Andai gue bisa usap kepala lo lagi, mungkin gue bakalan terus tersenyum."

Dia menghela napas pelan sebelum mendudukkan diri di kursi taman rumahnya. Dia merindukan gadis itu. Gadis yang selalu menutupi lukanya dengan seulas senyuman indah di wajahnya. Gadis yang selalu bertahan di sisinya, walau dia telah menyakiti gadis itu berulang kali. Hingga akhirnya, gadis itu menyerah.

Dia bodoh ... karena dia telah menyia-nyiakan seseorang yang sangat berharga.

Sebuah tepukan pelan mendarat di pundaknya menyadarkannya dari lamunan. Dia memutar bola matanya malas ketika tahu siapa yang menepuknya. "Mau apa?"

Alice tersenyum kecil sebelum duduk di samping David.

"Gue kangen sama lo," ucap Alice membuat David mendengkus.

"Sayangnya, gue kangennya sama kembaran lo, bukan sama lo."

Alice tersenyum. Tanpa laki-laki itu memberitahunya, dia juga tahu bahwa David rindu dengan Cia.

"Gue yakin di sana dia dikelilingi banyak cowok baik yang bisa bahagiain dia, Dav. Lo enggak perlu repot mikirin dia," ucap Alice.

David terkekeh sebelum berdiri dan berucap, "Gue tahu Cia kayak apa. Gue yakin mau seberapa banyak cowok berusaha menggantikan posisi gue di hatinya, enggak akan ada yang berhasil."

"Lo terlalu percaya diri, Dav."

"Selama ini, gue nerima kehadiran lo di sini karena lo kembarannya dia. Jangan salah paham atas kebaikan gue ke lo. Gue enggak akan pernah bisa cinta lo lagi. Lo cuma masa lalu gue," ucap David sebelum berjalan meninggalkan Alice yang menahan isakan.

Alice mengepalkan tangannya kesal. Dia memejamkan mata perlahan menetralkan emosi yang bergejolak di hatinya. Hatinya sakit ketika sadar bahwa laki-laki itu tidak akan pernah bisa menjadi miliknya lagi.

Hatinya panas mengingat bahwa laki-laki itu kini hanya mencintai kembarannya seorang. Cairan bening itu mulai menetes dari ujung matanya.

Alicia 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang