25 | Kesempatan

2.1K 170 30
                                    

Cia menghela napas panjang mengingat kejadian tadi ketika ia bersama David.

"Perasaan aku enggak pernah berubah sama sekali ke kamu, Ci. Hati ini milik kamu. Jadi, berhenti maksa aku untuk kembali sama Alice."

"Ak-aku ...."

"Kamu takut apa lagi, sih, Ci? Aku enggak bohong. Alice cuma masa lalu aku. Aku emang sempat bingung, tapi sekarang aku udah yakin, Ci. Tolong kasih aku kesempatan kedua," pinta David membuat ia diam seribu bahasa.

David menggenggam tangan Cia sembari berucap, "Ayo, kita buat kisah yang baru. Aku janji bakalan bikin kisah kita lebih berwarna."

Cia melepaskan genggaman tersebut sebelum berdiri. "Maaf, aku belum bisa untuk itu."

Ia bingung apa yang harus ia lakukan. Jika memang Alice sudah tidak ada perasaan untuk David, mengapa gadis itu masih selalu menempel pada David? Mengapa ia masih bisa melihat pancaran kebahagiaan dari mata Alice ketika gadis itu bersama David?

"Kenapa lo harus repot untuk memikirkan perasaan orang lain, sih?" sungut Vero yang tahu-tahu sudah di dalam kamarnya lagi.

Cia mendengkus sebal sebelum berjalan ke balkon kamarnya tanpa menghiraukan ucapan Vero membuat laki-laki itu mengikutinya.

"Ci," panggil Vero yang hanya dibalas gumaman tidak jelas olehnya.

"Berhenti untuk terlalu baik sama seseorang sampai lo lupa memikirkan perasaan lo. Lo harus coba untuk peduli dengan hati lo," ucap Vero.

"Gue enggak mau egois. Mungkin gue bakalan bahagia kalau gue kembali sama David, tapi bagaimana sama perasaan yang lain?"

Vero mengembuskan napas kasar. "Lo udah terlalu banyak berkorban, jadi cukup berpikir bagaimana cara untuk lo bahagia."

"Apa lo bisa menjamin kalau gue kembali sama David, gue bakalan bahagia?" tanya Cia.

"Sebenarnya alasan lo nolak David itu apa, Ci?"

Cia mengendikkan bahunya acuh tak acuh membuat Vero langsung menjitak kepalanya pelan.

"Gue nanya serius," ucap Vero.

"Banyak. Pertama karena Alice. Kedua karena gue takut ujung-ujungnya gue cinta sendiri, sedangkan David malah enggak ada perasaan apa-apa buat gue."

Vero manggut-manggut. "Gue rasa Alice udah bisa relain. Sekarang tergantung ke lo. Kalau lo emang terlalu takut, mending lo suruh dia pergi jauh-jauh dari sekarang."

"Kalau menurut lo, gue harus gimana, Ver?" tanya Cia.

Vero tersenyum sembari mengusap puncak kepala Cia. "Cukup dengarkan kata hati lo, enggak usah terlalu banyak berpikir."

Usai mengucapkan kalimat itu, Vero langsung pergi meninggalkan Cia yang masih bingung. Cia mendudukkan dirinya di kursi sebelum mengayunkan kedua kakinya. Ketika kaki kiri terayun, ia berucap lepas, sedangkan ketika kaki kanan, ia berucap terima.

Hingga akhirnya ia memutuskan untuk berhenti mengayun karena ia capek. Kaki yang terakhir ia ayun adalah kaki kanan. "Ikuti kata hati, jangan terlalu banyak berpikir."

Cia mengembuskan napas panjang. "Mungkin takdir gue memang kembali sama dia?"

***

From : 089738******
Dtg ke rumah kosong di belakang sekolah kembaran lo jam 11 klo lo sayang sm kembaran lo. Mesti dtg sendirian. Lo gak dtg, gue pastiin kembaran lo mati.

Alice mendengkus membaca pesan yang dia dapatkan. Walaupun pesan itu dari nomor tidak dikenal, dia sudah tahu pengirimnya. Kalau tidak Eluned, pasti Elle. Sepertinya dia harus menyiapkan siasat agar tidak terjebak karena dia yakin kedua orang itu akan mengajaknya bermain.

Alicia 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang