27 | Api

1.9K 165 43
                                    

Cia sangat membenci dirinya yang lemah. Jika saja ia bisa bela diri, ia akan memastikan bahwa Eluned terkapar sekarang juga. Ia tidak berani bergerak sedikit pun karena pisau itu sangat dekat dengan lehernya.

"Ambil korek api yang adik lo buang," perintah Eluned yang tidak digubris oleh Alice.

Alice masih waras untuk tidak melakukan itu. Melakukan apa yang diperintahkan Eluned sama saja dia mendekatkan dirinya dengan ajal.

"Oh ... lo enggak mau ambil?" ancam Eluned dengan penuh penekanan. Tangannya mulai menggesek pisau itu dengan leher mulus Cia membuat Cia menahan napas.

Jangan ambil, Lic, lirih Cia dalam hati.

Alice menggeram. Dia mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan untuk mencari kotak korek tersebut. Pandangannya terhenti di samping kaki Ervin. Kotak korek itu ada di samping kaki Ervin.

"Buruan ambil setelah itu lo nyalain dan lempar ke salah satu botol minyak," perintah Eluned lagi membuat Alice mengumpat.

"Lo gila. Kalau memang lo mau mati, lo mati sendiri aja. Enggak usah ajak-ajak kita buat mati," sinis Alice.

Eluned menaikturunkan kedua alisnya sembari berucap, "Lo mau lakuin itu atau gue tusuk leher adik lo sekarang?!"

Tanpa mengulur waktu, Alice langsung berjalan mendekati Ervin membuat senyuman licik Eluned mengembang. Ervin mengembuskan napas lega melihat dua pria bertubuh kekar itu berhasil tumbang.

"Ayo, kita pergi," ucap Ervin menarik tangan Alice yang dibalas gelengan kepala Alice.

Alice menunjuk Cia yang masih berada dalam dekapan Eluned dengan pisau yang menempel di leher gadis itu.

"Kenapa lo enggak dorong si Eluned?" tanya Ervin.

"Lo gila. Kalau gue maju selangkah, dia bakalan langsung tusuk Cia," ucap Alice.

Alice menunduk untuk mengambil kotak korek itu membuat Ervin mengerjapkan mata.

"Lo mau ngapain?" tanya Ervin.

"Gue mohon, setelah gue lempar korek ini ke minyak, lo harus langsung tarik Cia keluar dari sini," pinta Alice.

Ervin langsung merebut kotak korek itu sebelum berucap, "Lo bodoh kalau lo ikuti perintah dia. Kita bisa tolongi Cia dengan cara lain."

Ervin menyimpan kotak korek itu ke dalam saku celana sebelum menggamit Alice ke tempat Cia dan Eluned.

"Kenapa malah ke sini? Lo anggap gue bercandaan, huh?" ucap Eluned dengan nada yang dia naikkan beberapa oktaf.

Eluned menggores sedikit leher Cia membuat gadis itu memekik. Alice mencubit lengan Ervin karena dia juga bisa merasakan sakitnya Cia.

"Vin, buruan bawa koreknya sini," rengek Alice. Dia tidak tahan melihat darah segar yang mulai mengucur dari leher kembarannya. 

Ervin masih bersikeras untuk berpikir jalan lain selain membakar rumah kosong itu. Dia tidak mau gegabah yang berujung merenggut nyawa mereka semua. Alice menggeram. Dia melepaskan gamitan tangan mereka dengan kasar sebelum mengambil paksa korek itu dari kantong Ervin.

Belum sempat dia berlari ke arah botol minyak itu untuk melempar korek, kobaran api sudah menjalar ke seluruh rumah. Dia menggunakan kesempatan itu untuk menendang tumit Eluned hingga pisau yang menempel di leher Cia terhempas.

Dia menarik Cia ke dalam dekapannya sembari berucap, "Maafin gue."

Ervin hendak menarik kedua gadis itu untuk keluar dari rumah kosong itu sebelum kobaran api semakin membesar. Eluned yang mengetahui itu langsung melempar kaleng-kaleng bekas yang berada di sekitarnya ke Alice hingga gadis itu mengaduh.

Alicia 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang