16 | Galau

2.4K 185 6
                                    

Cia mendengkus sebal karena dari tadi ia tidak bisa memecahkan soal terakhir. Ia melirik David yang sibuk sendiri dengan ponselnya tanpa berniat membantunya sedikit pun.

"Vid," panggil Cia yang tidak direspons oleh David.

Cia menghela napas sebelum melempari David dengan penghapusnya membuat laki-laki itu berjengit kaget.

"Kenapa, Cantik? Kamu bikin aku kaget," ucap David sembari berjalan mendekati Cia yang duduk di lantai.

Cia memanyunkan bibirnya. "Aku enggak bisa kerjain soal matematika yang ini. Lagian aku heran, deh, ngapain coba kita mesti belajar matematika?"

"Aku tahu alasannya."

Cia menaikkan sebelah alisnya menunggu jawaban laki-laki itu, karena dari semua pelajaran ia paling membenci matematika. Menurutnya, matematika hanya membuat otaknya panas.

"Kita diajarin matematika itu biar kita bisa menghitung masa depan kita," ujar David terkekeh membuat Cia langsung menempeleng kepala David menggunakan buku tugasnya.

"Tugasnya enggak bakalan selesai kalau kamu cuma lihatin aja, Cia."

Suara Aldri menyadarkan Cia dari lamunannya. Cia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Kenapa ia jadi teringat dengan kejadian sore itu?

Aldri menjentikkan jarinya di depan wajah Cia begitu menyadari adiknya kembali melamun. "Kamu mikirin apa, sih? Dari tadi melamun."

Cia menyengir sebelum kembali fokus pada buku tugasnya. Suara ketukan pintu membuat kedua orang itu menoleh.

"Kalau itu Toton yang datang, kakak usir aja, ya," pinta Cia.

"Tumben. Kalian berantem?" tanya Aldri yang dibalas gelengan Cia.

Aldri mengembuskan napas lalu berjalan ke pintu untuk melihat siapa yang datang. Dan ternyata dugaan adiknya benar, yang datang adalah Preston. "Kenapa datang malam-malam?"

"Cianya ada, Kak? Dari tadi siang, dia enggak angkat telepon gue."

"Ada, tapi dia lagi buat tugas. Kalian berdua berantem?"

Preston menggelengkan kepalanya. Dia sendiri tidak tahu alasan gadis itu mendadak mendiaminya.

"Ya udah, lo masuk aja. Dia ada di ruang tengah. Jangan ngapa-ngapain adik gue. Gue pergi beli camilan dulu, kayaknya dia stress belajar matematika," ucap Aldri menepuk pundak Preston sebelum berjalan keluar rumah.

Senyuman tipis terukir di bibir Preston melihat wajah lesu gadis itu mengerjakan tugasnya. Preston berjalan tanpa suara mendekati Cia. Setelah memastikan gadis itu tidak sadar akan kehadirannya, dia langsung menutup kedua mata Cia membuat Cia berteriak.

"Kak Aldri! Jangan iseng gitu, ish. Aku lagi ngerjain tugas tahu," sungut Cia kesal sembari mencoba melepaskan tangan Preston dari matanya.

Preston tersenyum penuh arti sembari berucap, "Masa sih yang tutupi mata lo ini Kak Aldri?"

Cia langsung menyikut lengan laki-laki itu begitu tahu yang menutup matanya adalah Preston. "Ngapain lo di sini?"

Preston duduk di samping Cia sebelum menjawab, "Gue mau bantu cewek kesayangan gue kerjain tugas."

Cia memutar bola matanya malas. Tanpa membalas perkataan Preston, ia langsung merapikan buku-buku tugasnya dan beranjak pergi dari ruang tengah ke kamarnya. Mood untuk mengerjakan tugas seketika menghilang begitu melihat laki-laki itu.

Preston menghela napas. Dia tidak tahu apa salahnya sehingga gadis itu ngambek tidak jelas. Kedua alisnya bertautan ketika menemukan sebuah alasan. Tapi, apa iya gadis itu ngambek dengannya karena tadi di sekolah dia seperti memihak pada Elle?

Alicia 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang