20 | Saingan

2.6K 179 27
                                    

Cia memutar bola matanya malas mendengar Alice yang terus berceloteh tanpa berhenti. Ia menempelkan kedua jarinya di depan bibir Alice sembari berucap, "Gue enggak bakalan kenapa-napa, Alice. Gue enggak bisa jauhin Toton mendadak karena ancaman apalah yang lo bilang itu karena gue sama dia udah jadi temen baik."

"Mungkin sama gue, lo masih bisa main-main. Tapi sama mereka, lo enggak bisa main kayak gitu."

David mengangguk. "Lagian kalian cuma temen doang, aku yakin enggak sesusah itu kamu jauhin dia, kecuali kamu ada rasa ke dia."

"Kamu nuduh aku punya perasaan ke dia?"

"Apaan aku-kamu? Kalian balikan lagi tanpa kasih tahu gue? Wah, kalian minta gue pintes, ya," ucap Alice sembari melihat kedua orang itu secara bergantian.

"Enggak."

"Belum."

Cia mendengkus sebelum berjalan keluar rumahnya. Senyuman tipis terukir di bibirnya begitu melihat Preston sudah bertengger manis di atas motor kesayangannya. Ia berjalan tanpa suara mendekati Preston sebelum berteriak di telinga laki-laki itu.

Preston nyaris terjatuh dari motornya jika Cia tidak menahannya. Dia menyentil kening Cia sembari berucap, "Jahil banget, ya, lo."

"Enggak, tuh. Biasa aja, haha," kekeh Cia.

Preston berdecak sebelum memakaikan helm yang sudah dia bawa di kepala Cia. Suara dehaman membuat kedua orang itu menoleh. Cia menaikkan sebelah alis melihat David berdiri tepat di belakangnya dengan sebuah helm yang dipeluknya.

"Kamu ngapain?" tanya Cia.

David berjalan mendekati Cia sebelum menarik tangan Cia. "Mau antar kamu ke sekolah."

"Apaan? Aku berangkat sama Preston."

Preston menaikturunkan kedua alisnya berusaha mengingat wajah David yang menurutnya familiar. Dia mendengkus ketika menyadari bahwa laki-laki yang menggandeng tangan Cia adalah David—mantan Cia yang waktu itu ada di foto.

"Cia berangkat sama gue," ujar Preston dingin.

David tersenyum meremehkan sembari berucap, "Gue udah dikasih izin sama kakak pertamanya Cia, jadi gue lebih berhak. Lagian lo cuma temennya dia."

"Masih mending gue temennya, lah, lo apa? Lo cuma mantan!" tantang Preston.

Cia langsung naik ke atas motor Preston agar kedua laki-laki itu tidak kembali berdebat. "Aku pergi sama Toton. Mendingan kamu jaga Alice biar Alice enggak kenapa-napa."

Preston langsung melajukan motornya dengan kecepatan rata-rata begitu gadis itu menepuk pundaknya keras. Selama perjalanan menuju sekolah, tidak ada yang memulai percakapan. Keduanya tenggelam dalam pikiran masing-masing.

Cia memikirkan cara menguatkan hatinya agar tidak terjatuh lebih dalam lagi sedangkan Preston memikirkan cara merebut hati Cia. 

"Ci," panggil Preston ketika mereka sudah berada di dekat sekolah.

"Kenapa?"

"Kenapa mantan lo ada di sini? Seingat gue waktu itu lo bilang lo pindah ke sini biar enggak ketemu dia lagi, deh."

"Iya, emang. Tapi, gue rasa tujuan dia ke sini itu bukan buat ngejar gue lagi, kok. Dia ke sini pasti karena disuruh Alice," ujar Cia.

Preston mengernyitkan keningnya. "Alice? Siapa Alice?"

"Kembaran gue," jawab Cia membuat Preston melongo.

Cia terkekeh melihat ekspresi Preston yang terkejut. "Muka lo kocak. Eh, Ton, buruan bawa motornya, gue baru inget kalau kita ada post test matematika."

Alicia 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang