13 | Telepon

2.6K 167 13
                                    

Preston mendengkus kesal ketika menyadari bahwa gadis yang tadi bersama Ezra adalah Cia. Semua ini karena Elle. Padahal, dia sudah menyiapkan mental untuk menyatakan perasaannya terhadap Cia.

"Lo mau beli apa, sih? Dari tadi lo cuma puter-puter doang," sungut Preston membuat Elle tertawa.

"Emang. Gue enggak ada mau beli apa pun. Gue tahu kalau lo mau nembak Cia, makanya gue gagalin rencana lo itu."

Preston mengepalkan tangannya keras. Dia tidak mengerti dengan pikiran perempuan gila yang berada di hadapannya. Jika saja Elle bukan perempuan, maka bisa dia pastikan Elle sudah terkapar tak berdaya di atas brangkar detik ini juga.

"Gue udah berulang kali bilang gue enggak suka sama lo. Apa itu belum cukup? Gue enggak suka lo selalu mengganggu cewek-cewek yang gue dekati." Preston berucap sembari menatap dingin Elle.

Elle tidak takut dengan pandangan menusuk yang dilempar laki-laki itu. "Kalau gue enggak bisa sama lo, berarti cewek lain juga enggak bisa sama lo."

"Lo gila," umpat Preston.

"Gue enggak gila. Gue cuma terlalu cinta sama lo."

Preston mengembuskan napas berat sebelum berjalan pergi. Langkahnya terhenti begitu mendengar ucapan Elle.

***

"Cia ...," panggil Aldri dengan napas yang terengah-engah membuat gadis itu menoleh ke pintu kamarnya.

"Kenapa, Kak?"

Aldri menarik napas sebelum berjalan mendekati Cia yang duduk di depan laptop. "Tadi kamu enggak pulang sama Preston? Kenapa nekat enggak pulang sama Preston, sih? Kamu itu belum kenal jalan di sini. Jangan macam-macam."

"Ngomongnya satu-satu kali, Kak. Ngegas bener." Cia mencebikkan bibirnya.

Aldri menyentil bibir Cia. "Kakak serius, Alicia."

"Aku enggak bilang kakak lagi bercandaan sama aku," ucap Cia santai membuat Aldri ingin sekali melempar adiknya ke laut.

Cia meneguk ludahnya susah payah begitu menyadari tatapan Aldri yang tajam. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sebelum menceritakan bagaimana bisa ia tidak pulang dengan Preston hingga bagian ia diantarkan pulang oleh Ezra.

Hal itu membuat Aldri menghela napas panjang. Peringatan yang diberikan Lerdo membuatnya benar-benar takut bahwa adiknya akan dicelakai lagi.

"Kalau kakak minta kamu jauhin Preston, kamu bisa lakuin itu, enggak?" tanya Aldri membuat beberapa kerutan muncul di kening Cia.

Aldri mengusap puncak kepala Cia seraya berucap, "Kakak pengin kamu jauhin semuanya yang berhubungan dengan Elle, Ci, karena dia ular. Dia bakalan lakuin apa pun untuk dapatin Preston. Kamu inget kan gimana cinta membuat seseorang buta arah?"

"Kayak Alice?"

"Iya."

"Tapi, Kak, aku enggak mungkin jauhin Preston. Dia satu-satunya orang yang bisa aku andalin di sini," ucap Cia.

"Iya udah, kamu biasa aja ke Preston. Kakak bakalan cari jalan keluarnya. Kakak enggak akan biarin Elle ataupun kembarannya melakukan sesuatu yang aneh ke kamu ataupun Alice."

Seusai mengatakan itu, Aldri langsung berjalan keluar dari kamar Cia membuat Cia menghela napas. Rasanya ia sangat lelah dengan semua ini.

Mukanya menelungkup di atas meja. Ia memejamkan mata membiarkan pikirannya berkelana bebas. Helaan napas pelan terlontar ketika sebuah nama terlintas di benaknya. Ia tidak mengerti alasan nama itu selalu terlintas di benaknya.

Alicia 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang