TAWMTW -31

433 80 14
                                    

"Papa, jangan pelgi hiks~" Sobin memeluk erat leher Daniel, mencegah supaya papanya tidak pergi meninggalkannya.

Sama halnya dengan Sobin, Daniel juga memeluk tubuh putrinya yang ada dalam gendongan Daniel dengan erat.

"Sobin mau ikut dengan papa?" bocah itu mengangguk mengiyakan pertanyaan Daniel.

"Sama mama juga kan?"

"Hanya Sobin."

Tangis Sobin pun pecah saat Daniel menjawab bahwa ia tidak bisa membawa ibunya. Hanya dirinya dan ayahnya saja.

"Papa janji akan sering menemui Sobin. Lagipula ada papa Lio yang akan terus bersama dengan Sobin." Daniel mengusap surai lembut milik Sobin.

Tapi tindakannya itu malah semakin membuat tangis Sobin semakin kencang. Bandara yang memang selalu ramai, menjadi semakin ramai saat tangisan Sobin ikut bergabung dengan banyaknya suara orang yang saling berbicara.

Hakyeon yang melihat itu akhirnya turun tangan. Ia yang sedari tadi berdiri agak jauh dari keduanya, akhirnya mendekat dan mengambil Sobin dari gendongan Daniel.

"Sobinie~ lihat mama." Pinta Hakyeon.

Hakyeon mengguncang tubuh anaknya itu supaya melihat ke arahnya. Sobin menatap Hakyeon, menatap dengan matanya yang penuh dengan airmata, dan isakan kecil yang terus keluar dari bibir mungilnya.

"Papa pergi untuk bekerja, papa akan mencari uang untuk biaya sekolah Sobin nanti. Jadi, Sobin jangan menangis seperti ini. Papa hanya akan pergi sebentar, dan berkunjung sesekali, saat berkunjung nanti papa pasti akan bermain dengan Sobin."

Hakyeon mencoba memberikan pengertian pada putri kecilnya, biarlah kali ini ia mengatakan sebuah kebohongan. Toh Sobin kecil juga tidak akan mengerti arti dari perceraian. Nanti, jika Sobin sudah lebih besar, ia akan bicara pada anaknya lagi.

Daniel mengusap punggung anaknya, mencoba membantu Sobin supaya lebih tenang. Ia juga berat, berat meninggalkan anaknya yang baru beberapa bulan ia temui. Ingin rasanya ia terus dekat dengan anaknya, menjaganya, bermain dengannya, dan menghabiskan waktu istirahat dengan Sobin. Memantau tumbuh kembang putri cantiknya.

Tapi itu tidak mungkin. Hakyeon sudah memilih, ia lebih memilih untuk melepaskan ikatannya dengan Daniel. Memutuskan untuk menjalani hidup ke depannya secara masing-masing.

Daniel bisa apa? Ini juga salahnya.

"Papa hiks benal kan akan pulang lagi kesini~?" Sobin menolehkan kepalanya. Bertanya pada Daniel.

Daniel mengangguk, memberikan senyumnya. "Tentu, saat papa pulang nanti, kita akan bermain sepuasnya!" Daniel mengacungkan lagi jari kelingkingnya. Membuat perjanjian kembali dengan putrinya.

"Sampai malam!" Sobin mengaitkan jari kelingkingnya pada kelingking Daniel.

"Sampai malam!" Seru Daniel. Bahkan suaranya sudah sedikit bergetar karena menahan tangisnya.

"Belmain apapun!" Kini jari jempol mereka yang bersentuhan.

"Ya, apapun!"

"Sepuasnya! Hanya dengan papa. Papa Niel~" Sobin mencium tangan ayahnya saat jari kelingking dan jempolnya sudah tepat bersentuhan dengan jari-jari Daniel.

Tes

Daniel menangis, airmatanya jatuh saat itu juga Sobin mencium tangannya. Daniel bisa merasakan betapa berat putrinya itu untuk melepas kepergiannya, karena ia sendiri pun merasakan hal yang sama.

Ia sungguh berat hanya untuk melepaskan jemari Sobin yang masih bertaut dengan jemarinya.

"Daniel~ pesawatnya sudah mau take off." Hakyeon bersuara pelan, mengingatkan jadwal keberangkatan Daniel.

THE ACTOR WHO MEETS THE WIDOWERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang