Suprise #Part2 ✓

1.8K 62 0
                                    


"Tunggu lah sebentar sayang."

Sekitar kurang lima menit menunggu, akhirnya seseorang membuka ikatan kain hitam itu dari mata Felicia.

Gadis itu terpanah saat melihat beberapa gedung di sekitar mengeluarkan cahaya dengan banyak warna hingga membentuk tulisan 'Will you marry me?'. Mata gadis itu berair. Ia benar - benar tak kuasa menahan rasa bahagia yang begitu membuncah saat ini.

Ia beralih menatap Bryan yang berdiri sambil memegang bunga. Pria itu tersenyum manis menatap gadisnya yang menangis bahagia.

"Will you marry me honey?" Felicia mengangguk keras sambil memeluk Bryan dengan erat.

Pria itu tak kalah senang, ia membalas pelukan Felicia sambil menciumi pelipis gadisnya. Ia sangat bahagia karna lamarannya di terima oleh gadis yang ia cintai.

Bryan melepaskan pelukan mereka. Pria itu mengeluarkan kotak kecil berwarna biru yang berisi cincin berlian lalu berlutut di hadapan Felicia. Gadis itu hanya diam sambil menatap Bryan yang meraih tangannya. Pria itu menyematkan cincin berlian itu seraya berkata,

"Kita akan menikah setelah lulus SMA. Seminggu setelah hari kelulusan, kita akan segera menikah. Aku akan meminta Mommy membantu persiapan pernikahan kita. Aku mencintaimu Fel. Sangat." Bryan mengecup punggung tangan Felicia lalu merengkuh tubuh mungil gadis itu kedalam pelukan hangat nya.

Felicia benar - benar bahagia saat ini. Ia tak menyangka bila Bryan benar - benar serius akan hubungan mereka.

Dan kurang dari tiga bulan lagi, mereka akan menikah. Karna, sekitar dua bulan kemudian, mereka akan menghadapi ujian kelulusan, untuk ukuran seperti Felicia dan Bryan yang memiliki otak cerdas, sudah dapat di pasti kan bila mereka akan lulus dengan baik.

Maka dari itu Bryan ingin menikahi Felicia, ia tak ingin menghabiskan banyak waktu untuk berpacaran. Lagi pula, bagi Bryan, tak ada yang salah dengan menikah muda. Lagipula, ia tak ingin Felicia jatuh kepelukan pria lain jika terlalu lama berpacaran. Ia sangat mencintai Felicia.

Untuk masalah kehidupan setelah menikah, Bryan sudah memiliki beberapa bisnis yang ia rintis sendiri tanpa sepengetahuan ayahnya. Ia bisa mengembangkan bisnis sekaligus melanjutkan pendidikannya bersama dengan Felicia.

"Apa kau hanya akan diam sayang? Berbicara lah. Aku ingin mendengarkan suara indahmu."

"Aku.. aku sangat bahagia Bryan. Aku bahkan tak tau apa yang harus ku katakan." Bryan terkekeh mendengar jawaban kekasihnya.

Ia membingkai wajah Feli dengan kedua telapak tangannya. Pria itu mengusap air mata Felicia dengan lembut.
"Aku akan membawamu bertemu dengan mommy besok. Untuk malam ini, kurasa kita harus segera pulang. Ini sudah larut. Dan, angin malam sangat tidak baik untukmu."

Felicia mengangguk. Gadis itu masih tersenyum lebar. Ia benar - benar tak bisa mengungkapkan rasa bahagia nya saat ini.

Bryan menggenggam tangan Felicia dengan erat. Kedua insan yang tengah berbahagia itu kini pulang untuk mengistirahat tubuh lelah mereka.

Bryan membawa Felicia untuk menginap di apartemennya. Terlalu jauh bila ia mengantarkan Felicia pulang kerumahnya mengingat waktu sudah sangat larut. Lagipula, gadis itu pun masih ingin bermanja pada Bryan.

×××

"Sayang bangun lah. Aku sudah membuatkan sarapan untuk kita. Lagipula, kamu janji akan membawaku bertemu dengan Mommy hari ini." Ujar Felicia.

Bukannya bangun, Bryan malah semakin mempererat pelukannya pada guling. Pria itu benar - benar sulit jika di bangun kan.

"Ayolah Bryan. Apa kamu akan terus tidur sepanjang hari? Ayolah sayang,, bangun. Kamu harus mandi dan sarapan." Feli semakin kesal melihat Bryan yang tak kunjung bangun dari tidurnya.

"Bangun sekarang atau kamu jangan temui aku selama satu minggu. Aku tunggu kamu di bawah." Kesal Felicia yang segera kembali menuju dapur.

Sementara itu, Bryan yang tekejut pun langsung bergegas mandi. Pria itu lebih memilih meninggalkan mimpi indah nya ketimbang tidak bertemu dengan Felicia.

Ancaman kecil itu benar - benar ampuh membangunkan Bryan yang tidur seperti mayat. Usai rapi dengan kaos putih dan celana pendek nya, Bryan pun menyusuli Felicia didapur. Salah satu yang Bryan suka dari Felicia adalah ketika gadis itu berada di dapur. Ia sangat suka melihat Felicia menggunakan apron sambil memainkan peralatan dapur. Terkesan sangat menggoda menurutnya.

"Selamat pagi sayang." Bryan memeluk tubuh Felicia dari belakang. Pria itu meletakan dagunya pada pundak Felicia.

" Apa kamu harus di ancam dulu baru akan bangun? Sungguh menyebalkan jika membangunkan mu seperti itu setiap harinya. "

" Apa sekarang kamu sedang berkhayal menjadi istriku hmm? Apa kamu benar - benar tidak sabar untuk menikah denganku? " Bryan menggoda Feli hingga pipi gadis itu bersemu merah.

" Ah sudahlah, lebih baik kita makan. Aku sudah menyiapkan semuanya. Termasuk salad sayur untukmu."

"Kamu memang calon istri yang baik. Aku jadi semakin jatuh cinta." Felicia hanya tersenyum sambil menyembunyikan rona merah di pipinya.

"Setelah makan, kita harus bertemu mommy agar mulai membicarakan konsep pernikahan."

Kedua insan yang sedang di mabuk asmara itu segera menuju ruang makan dan menghabiskan sarapannya.

×××

Tbc..

My Beloved Boy [DALTON SERIES 1] - END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang