Chapter 32 Talking ✓

1.8K 57 0
                                    

Setibanya di mansion keluarga Dalton. Bryan turun dengan menggenggam tangan Felicia. Pria itu seolah takut jika Felicia akan hilang jika genggamannnya terlepas.

"Morning Mom.. Dad.." Sapa Bryan saat bertemu dengan kedua orang tua nya.

"Morning sayang." Reyna menjawab dengan seulas senyuman manis di wajahnya. Wanita itu segera menghampiri Felicia yang ada di samping Bryan.

"Hello Mom, Dad. Apa kabar?" Felicia menyapa kedua orang tua Bryan dengan sopan.

"Kami dalam keadaan yang baik - baik saja. Bahkan sangat baik setelah melihat raut wajah kalian yang tampak begitu bahagia." Reyna menjawab ucapan Felicia.

"Mom, Dad. Ayo kita ke ruang keluarga. Ada yang ingin aku dan Felicia bicarakan dengan kalian." Ujar Bryan seraya membimbing Felicia dan kedua orang tua nya menuju riang keluarga.

Pria itu tampak sedikit gelisah, ia takut tak mendapatkan restu dari kedua orang tua nya untuk menikahi Felicia usai lulus SMA.

"Jadi,, disini aku ingin meminta izin serta restu dari kalian. Aku.. Aku ingin menikahi Felicia usai kami lulus SMA. Apa Mommy dan Daddy memberikan restu pada kami?" Bryan berucap dengan gugup.

"Kau yakin dengan itu?" Deon bertanya dengan wajah yang sangat serius. Reyna pun tak menyangka jika putranya itu berani mengambil keputusan seperti itu.

"Ya, aku yakin. Bahkan sangat yakin. Untuk menjalani kehidupan kedepan nya setelah menikah, aku tidak akan meminta dari Daddy ataupun Mommy. Aku telah memiliki suatu bisnis tersendiri yang telah ku rintis sejak satu tahun yang lalu." Deon tampak terkejut mendengar pernyataan anaknya.

"Benarkah? Bisnis apa yang kau rintis? Kenapa tidak memberi tahu daddy dan mommy?"

"Maaf karna tidak memberi tahu kalian berdua. Aku sudah merintis usahaku sejak satu tahun yang lalu, tepatnya saat aku masih berada di Amsterdam. Futniture adalah pilihan yang pas untukku membangun bisnis. Nama produk ku ialah Br'Dlon Futniture. Memang tak terlalu terkenal, tapi cukup laris di pasaran." Deon menatap anaknya dengan rasa bangga. Ia tak menyangka jika anaknya akan mengikuti jejak pebisnisnya di usia yang masih sangat muda.

"Daddy bangga padamu Bry. Kau memang tak pernah mengecewakan kami berdua. Untuk urusan restu kau tanya kan pada mommy mu. Daddy setuju jika mommy mu setuju."

Felicia tersenyum samar mendengar ucapan Deon. Gadis itu sedikit lega karna Deon tampak telah menyetujui niat Bryan.

"Mom? Apa mommy setuj_"

"Ya. Mommy bahkan bahagia jika kau benar - benar akan menikah dengan cepat. Mommy bisa menimang cucu di usia yang tidak terlalu tua. Mommy akan membantu kalian untuk mempersiapkan segala perlengkapan pernikahan kalian. Kalian hanya perlu fokus untuk menghadapi ujian saja." Bryan bersorak seraya memeluk tubuh wanita paruh baya itu. Anak laki - laki itu mengucapkan banyak terima kasih karna telah memberikan restu untuk niatnya.

"Kau jagalah anakku Fel. Bantu dia, jika dia kesulitan menghadapi suatu hal. Berikan dia pertunjuk, jika dia tersesat. Jika dia berlaku buruk padamu, maka kau harus cepat melaporkan itu padaku, agar aku yang bisa menghukumnya sesuai dengan apa yang ia lakukan padamu. Kau paham?" Felicia mengangguk sambil tersenyum bahagia. Gadis itu tak menyangka jika dalam beberapa bulan kedepan ia akan menikah dengan Bryan.

"Kemari lah nak." Reyna merentangkan tangannya. Felicia pun segera memeluk Reyna dengan erat. Ia benar - benar merasa bahagia saat ini.

"Terima kasih Mom. Aku akan melakukan yang terbaik untuk putra mu. Dan bantu lah aku untuk bisa menjadi seorang istri yang baik bagi suaminya."

"Tentu, pasti aku akan membantumu. Aku sangat menyayangi mu." Ujar Reyna yang masih memeluk tubuh Felicia dengan erat.

×××××

" Kenapa? Apa ada yang aneh dengan wajahku?" Felicia sedikit merasa aneh karna Bryan terus menatap wajahnya.

"Tidak, aku hanya sedang menganggumi betapa cantiknya dirimu. Tidak salah jika aku memilih mu untuk menjadi istriku." Felicia tersipu malu mendengar nya.

"Tapi Bry, bagaimana tanggapan teman - teman jika kita menikah setelah lulus SMA? Aku takut mereka akan berpikiran negatif terhadap kita. Terutama padaku" Bryan duduk lebih dekat dengan kekasihnya. Pria itu menarik Felicia kedalam dekapan nya.

"Tidak akan. Kau tenang saja. Jika ada yang mengataimu dengan hal buruk, maka aku yang akan memberi mereka pelajaran."

"Ohya.. Bagaimana jika besok, kita berkumpul dengan teman mu dan teman ku. Ajak lah Mike, Erlon, Jack, dan Lauren, kita beri tahu mereka jika kita akan menikah. Bagaimana?"

"Tidak buruk. Baiklah, sepulang sekolah, ayo kita ajak mereka berkumpul di suatu tempat. Dan kita beri tahu soal ini." Felicia mengangguk tanda setuju. Gadis itu memejamkan matanya sambil menghirup lebih dalam wangi tubuh Bryan yang terasa begitu memabukkan.

"Ini sudah larut malam. Kau tidurlah. Good night baby. Aku pulang dulu." Bryan mengecup dahi Felicia seraya bergerak dari tempat tidur gadis itu.

"Good night too my Jerk."

Bryan hanya tersenyum simpul seraya menutup pintu kamar Felicia. Pria itu pulang ke rumahnya dengan perasaan yang sangat bahagia.

"Ini adalah permainan yang menjadi keseriusan. Niat buruk ku di ubah oleh Tuhan menjadi niat baik. Tampaknya Tuhan sangat mencintai Felicia sehingga ia tak mengijinkan aku menyakiti gadis itu. Tapi aku bersyukur karna pernah memiliki niat buruk untuk menyakiti Feli kala itu, karna jika tidak, aku tidak akan pernah mendekati gadis itu hingga aku jatuh cinta padanya. Maka dari itu, aku sangat bersyukur mendapatkan Felicia sebagai gadis yang akan mendampingiku. Terimakasih Tuhan, semua ini tidak akan terjadi tanpa izin darimu." batin Bryan.









Tbc...

19 April 19
Go follow My Instagram : @rentidwi.a






Felicia

Felicia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bryan

Bryan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Beloved Boy [DALTON SERIES 1] - END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang