Sudah hampir 30 menit Anin setia menunggu di depan pintu putih yang bertuliskan UGD. Anin merasa sangat khawatir dengan kondisi perempuan yang ia selamatkan tadi sore. ia merapalkan doa agar tidak terjadi apa-apa.
Ceklek!
Pintu putih di hadapan Anin mulai terbuka Anin mulai merasa was-was dengan jawaban pria yang berjas putih khas dokter yang baru saja keluar dari ruang UGD.
"Gimana dok keadaan beliau?" Tanya Anin yang penasaran dengan keadaan perempuan yang ditolongnya tadi.
"Luka ditubuhnya tidak terlalu dalam.pasien juga masih shock. pasien akan dipindahkan di ruangan violet nomer 4" Ucap dokter yang tadi memeriksa perempuan yang Anin tolong.
"Apakah pasien memiliki riwayat penyakit jantung?saya harap Anda jangan memberitahu sesuatu hal yang bisa membuat pasien kaget karena itu sangat akan membahayakan dirinya" Ucap dokter yang menangani perempuan tersebut.
"Penyakit jantung?" Anin juga tidak tau perempuan itu memiliki riwayat penyakit jantung.
Namanya aja gue gak tau apa lagi riwayat penyakitnya -Batin Anin.
"Anda boleh masuk,sepertinya pasien sudah bisa di besuk! saya permisi"
"Iya dok! Terimakasih banyak."
Dokter itu hanya mengangguk sambil tersenyum lalu berjalan meninggalkan Anin yang masih berdiri didepan ruang UGD
****
Ceklek!
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
Anin berjalan mendekati perempuan itu.
"Ibu nama saya Anin tadi Anin yang tadi nolongin ibu" Ucap Anin sambil tersenyum manis ke arah perempuan yang ditolongnya.
"Saya Indy kamu boleh panggil saya Bunda Indy" Ucapnya sambil tersenyum ke arah Anin.
Anin menggaruk kepalanya yang tak gatal,Anin merasa Canggung saat ini.
"Ibu eh maksudnya Bunda gak papa?"
"Iya bunda gak papa-papa kok cuma sedikit shock"
"Kalo saya boleh tau kenapa bunda bisa ada ditempat tadi?" Tanya Anin dengan hati-hati
"Bunda juga gak tau! tadi bunda mau nyebrang eh tiba-tiba ada mobil yang larinya kenceng banget dan nabrak bunda". Jelas Indy sambil memperbaiki posisi tidurnya.
"Bunda gak hafal plat mobil yang nabrak bunda?" Tanya Anin lagi.
Indy hanya mengeleng pelan
"Anin punya handphone?" tanya Indy
"Iya punya bun Anin punya"
"Bunda boleh pinjam sebentar?Bunda mau ngabarin suami bunda"
Anin mengeluarkan benda pipih di dalam kantong jaket bomber yang tadi sempat ia ambil saat mengantar Indy ketika ingin ditangani oleh dokter.
"Ini bun" Anin menyodorkan handphonenya ke arah Indy.
089563840xxx
pah ke Rs Amanah kamar ruang violet nomor 4"Ini Handphonenya bunda balikin" Kata Indy sambil mengembalikan handphone ditangannya kepada empunya.
Anin mengambil ponselnya kembali dan memasukannya ke dalam slinbag hitam miliknya.
"Makasih ya Anin udah nolongin bunda dan pinjamin handphonenya" Ucap Indy sambil tersenyum manis.
"Sama-sama Bunda" Anin membalas Indy dengan senyuman yang tak kalah manisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Immeasurable Love
FantasyAkibat insiden penyelamatan membuat Anindia Fiazarah bertemu dengan Indy membuat hidupnya menjadi berubah seketika. Apalagi ketika Indy mencoba menjodohkan Anin dengan Ryan Putra Mahendra Wijaya anak sulungnya bersama Mahendra Wijaya . Akankah Anin...