"KANG DANIEL!!!"
Minhyun dan Jaehwan hanya bisa menundukkan kepalanya saat mendengar teriakan penuh amarah dari Ny. Kang.
Sedangkan yang diteriaki hanya menoleh malas lalu melempar pandangan kearah lain.
"Apa maksudmu dengan membawa rokok ke sekolah?! Apa eomma pernah mengizinkanmu untuk mencoba benda itu?! Kau ingin membuat eomma malu?!"
Daniel tidak menjawab, matanya menatap tv yang tidak menyala. Ekspresinya jelas menunjukkan bahwa ia sedang tidak berminat untuk diomeli.
"KANG DANIEL!! EOMMA TIDAK PERNAH MENGINGINKAN ANAK EOMMA AKAN MENJADI PRIA PEMBANGKANG!! KAU BOLEH SAJA MEMBERONTAK DALAM HATI SETIAP MENDENGARKAN UCAPANKU, MENGABAIKAN UCAPANKU! TAPI TIDAK UNTUK ROKOK!!"
Jaehwan melirik takut-takut pada Ny. Kang. Ekspresi wanita itu membuatnya sangat takut tapi disisi lain ia ikut terluka.
Ny. Kang pasti sangat kecewa saat putra satu-satunya malah menimbulkan masalah yang membuat ia dipanggil oleh pihak sekolah.
Jika begini saja Ny. Kang sudah tampak kecewa, bagaimana jika ia tau tentang putranya saat di Kanada? Jaehwan benar-benar tidak bisa membayangkan ekspresi serta reaksi wanita baik hati itu.
"Apa yang membuatmu jadi begini, Niel-ah? Kau punya masalah? Kau bisa memberitahu eomma seperti yang kau lakukan sebelum-sebelumnya.." nada bicara Ny. Kang terdengar seperti orang memohon.
"Apa menurutmu waktu yang eomma luangkan untuk kalian masih belum cukup? Baiklah, eomma akan menyisakan waktu yang lebih banyak untuk bisa berkumpul bersama kalian.. Tolong, jangan berbuat negatif Niel-ah.."
Jaehwan tertunduk semakin dalam, sedangkan Minhyun tampak tertegun. Daniel menelan ludah. Ia tidak menyangka reaksi ibunya akan memberikan efek sakit dihatinya. Daniel tidak bermaksud untuk menyakiti ibunya, tapi bagaimanapun semua sudah terlanjur terjadi.
"Sepertinya kau benar-benar butuh didikan yang keras" ucap ibunya setelah mendinginkan kepala sejenak.
Ketiga pemuda itu menatap Ny. Kang takut-takut sekaligus penasaran. Apa yang direncanakan wanita itu?
"Mulai dari Rabu besok, Kang Daniel dan Jaehwan harus pindah ke apartement. Kartu kreditmu hanya akan berlaku satu minggu, dan setelahnya akan eomma sita. Kau harus berusaha sendiri agar sadar kalau hidup bukan untuk bersenang-senang saja. Kekayaan bukan hal yang kekal, jadi kau harus berusaha sekeras mungkin agar tetap bisa hidup layak"
Jaehwan dan Daniel saling pandang dengan mata sama-sama terbelalak.
"Eomma... Kenapa aku..?"
"Karena kau masih tetap harus mengawasinya. Kau masih bekerja, Jaehwan-ah"
Jaehwan menelan ludah. Ia tidak bisa membayangkan satu apartement dengan Daniel, apalagi ketika ingatan tentang kejadian ditaman belakang menghantam otak Jaehwan.
Seketika itu juga Jaehwan merasakan perutnya mulas dan jantungnya berdebar karena gugup.
Dia tidak akan sanggup tinggal bersama Daniel setelah pengakuan suka dari namja Kang itu. Tidak akan sanggup.
"Gajimu tetap dikirim ke rekening bankmu, sedangkan Daniel harus mencari pekerjaan lain untuk membiayai biaya sekolahnya"
Setelah itu, Ny. Kang berlalu. Sejujurnya emosinya masih belum reda. Ia kecewa pada putranya. Putra yang ia harapkan bisa menggantikannya disaat waktunya tiba malah membuat masalah hingga ia harus dipanggil.
Minhyun mendekati Ny. Kang yang ada ditaman belakang rumah. Wanita itu tengah berdiri disana sambil menatap taman bunga mini yang dibuat oleh Daniel dan Minhyun saat kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Stupid Kang
Fanfiction"Hey, tuan sombong yang disana!!" "Persetan dengan maaf!! Aaaaak!! Oke oke!! Maafkan aku!!" "Annyeong, hmm.. Kim Jaehwan-ssi? Senang bertemu denganmu untuk kedua kalinya?" 'Bunuh aku sekarang jugaaaaaa!!!!!!'