26-Terdakwa

2.4K 116 5
                                    

Note:

Cerita ini murni fantasi saya, jadi apabila ada kesamaan tempat dan nama mohon di maklumi. Mohon pembaca bijak dalam membaca. Selamat membaca..!!

VOTE AND COMENT GUYS..!!

______________________________

Petang datang dengan semberut yang begitu indah, memancarkan percikan cahaya di antara ranting dan dedaunan pohon tempat Kwang bernaung. Ia baru saja selesai membersihkan taman dari bunga sakura yang berguguran dan sekarang ia sedang duduk tepekur di bawah sana semberi mengibaskan tangan secara berturut ke depan wajahnya karena panas yang sedikit terik. Ia juga sudah beberapa kali me-lap peluh di keningnya yang mengucur.

Sungguh pekerjaan yang melelahkan namun, lebih melelahkan lagi jika ia harus menjaga Ching yang sedang sakit. Ah! Berbicara pasal sakit, Kwang jadi teringat Ching yang menjadi lebih parah setelah Kwang memberinya bubur yang di campur ramuan pemberian Permaisuri Sun kemarin.

Kwang menggelengkan kepala beberapa kali. Pikiran tentang ia yang telah memberi ramuan itu terus berputar memenuhi otaknya. Ia takut kalau ramuan itu yang telah menyebabkan tubuh Ching semakin melemah dan tak sadarkan diri.

Kwang menghembuskan nafas dengan gusar kemudian menatap kolam yang beriak oleh ikan koi itu dengan tajam lalu suara langkah berderap membuat Kwang mengalihkan pandangannya.

"Puteri anda telah di panggil Kaisar Kim untuk menghadap ke ruang utama istana" ucap Pelayan Kyoena semberi mengatur nafasnya yang tersenggal. Mungkin ia telah berlari dari dapur istana hingga ke kediaman pelayan.

"Kenapa?? Aku tidak memiliki urusan ataupun janji dengan Kaisar Kim??"tanya Kwang seraya mengeryitkan keningnya.

" Hamba dengar ini berkenaan dengan keadaan Pangeran Ching " sahut Kyoena dengan suara rendah.

"Kyoena apa kau tak percaya denganku?? Aku tidak melakukan hal tak berguna itu pada Ching" dengan secepat kilat Kwang berdiri dari tempatnya menuju ke arah Kyoena.

"Hamba sangat percaya dengan puteri. Namun, bukankah Kaisar Kwang pernah berpesan kalau apapun yang terjadi pada anda. Anda harus menghadapinya dengan sekokoh mungkin. Kalau anda benar maka jangan takut untuk terus melangkah" tutur Kyoena dengan suara lembutnya. Membuat Kwang yang sedari tadi mendengar penuturan Kyoena menjadi terharu.

Kwang semakin mendekat pada Kyoena dan langsung merengkuh tubuh mungil Kyoena ke dalam pelukannya.

"Aku menyayangimu Kyoena" bisik Kwang lembut lalu air matanya jatuh tanpa di pinta.

"Hamba juga menyayangi anda puteri" sahut Kyoena semberi membalas pelukan Kwang.

"Sekarang pergilah jika anda memiliki kebenaran" ucap Kyoena lembut setelah Kwang melepaskan pelukannya. Kwang nengangguk dan segera melangkah pergi ke ruang utama istana.

***
Kwang menapaki lantai yang terbuat dari batu marmer berlapis karpet tebal dan berwarna kuning gading itu dengan gontai. Ia beberapa kali menatap pengawal yang berjejer rapi di sepanjang jalan menuju singgahsana Kaisar Kim dengan bergetar.

Lalu ia mempercepat langkahnya dan menghadap Kaisar Kim Seung yang duduk tegap di atas singgahsananya bersama Permaisuri Sun dan beberapa selir.

"Maaf kalau anda telah lama menunggu" ucap Kwang semberi menunduk memberi hormat pada Kaisar Kim, Kaisar mengangguk dan menatap Kwang dengan tajam sedang Permaisuri Sun yang duduk di samping Kaisar Kim, tersenyum angkuh pada Kwang.

"Ada urusan apa sehingga anda memanggil hamba kemari yang Mulia?"

"Apa kau tak memerlukan secawan teh terlebih dahulu?"

PERMAISURI Kwang Hye Jeong [End And Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang