Part 17 | Radar Bos

113K 11.5K 311
                                    

Yang benar itu radar bos ada di mana-mana atau di mana-mana ada radar bos?

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Embusan napas asing menabrak kulit lehernya tanpa ampun. Rambut-rambut halus di sekitar tengkuk Ana otomatis berdiri. Masih tertegun dengan banyak pemikiran di kepalanya, ia bingung harus bereaksi apa.

“Saya bantu ikat ulang ya, Tessa?”

Ana masih membeku.

Jari-jari panjang itu menyisir rambut hitamnya secara perlahan, membelainya dari pucuk kepala hingga ke ujung helainya, lalu diulangi lagi dalam tempo yang melenakan. Kemudian seakan telah di-setting sebelumnya, tangan Deo mengumpulkan helaian demi helaian menjadi satu, membuat simpul untuk menggantikan genggaman hangatnya.

“Sudah.”

Deo menepuk kedua bahu Ana dari belakang. Ia menoleh kaku. “Ma-makasih, Pak.”

Demi seluruh laporan keuangan yang hobi membuat otaknya jongkok mendadak, kenapa Ana harus dihadapkan pada situasi semacam ini?

Deo tersenyum tipis. Laki-laki itu hanya memberi anggukan singkat. “Tessa, perhatikan ini.”

Telapak tangan kiri Deo membujur di  hadapannya. Lima jarinya berdiri tegak menantang gravitasi.

Ana mengernyit tak paham. “Apa, Pak?”

Tak ada hal lain yang bisa Ana amati selain garis tangan Deo yang membentuk huruf M. Kata Satria, M itu artinya Mati, Mokad, dan Miskin. Namun setelah melihat tangan Deo, Ana jadi berpikir M itu artinya Masalah, Masalah, dan Masalah.

Just look.”

Ibu jari Deo tertekuk lebih dulu, disusul telunjuk, jari tengah, jari manis, dan kelingking. Ketika Ana berpikir Deo telah selesai melakukan olahraga jari, gerakan itu diulang kembali dari awal. Terus begitu sampai empat kali tanpa henti.

“Bapak lagi ngapain, sih?”

Mungkin otak Deo ketinggalan di restoran tadi kali ya? Ana mengernyit heran. Efek Vivian benar-benar wow.

“Masa kamu tidak tahu, Tessa?” Deo mengembalikan posisi tangannya ke sisi tubuh. Karbondioksida berembus dari sela bibirnya, menimbulkan awan-awan putih tak kasatmata yang bertahan dalam hitungan detik sebelum membaur dengan udara. Laki-laki itu merogoh saku celana bahannya lalu tersenyum manis. “Lima kali empat berapa, Tessa?”

The Devil Boss [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang