The Devil Boss [TAMAT]

Part 18 | Misi Penting

Devil itu bisa didefinisikan menjadi banyak hal. Levelnya apalagi. Kalau bos mode biasa itu ringan. Mode sadis itu baru berat.

***

Kunyah satu. Nama bosnya Rhodeo Algavian. Tidak ada unsur Harry Potter apalagi nini thowok dalam nama sesuai akta pak bos. Sapu terbang, tongkat ajaib maupun buku mantra juga dipastikan tidak ada di ruang kerjanya. Yang ada malah literatur bisnis dengan tebal yang berpotensi membuat mata bintitan seketika.

Kunyah dua.

Apa Ana perlu meminta bantuan pawang jin untuk menerawang arwah apa yang bersemayam di tubuh Deo? Siapa tahu arwah semut nyangkut di kepala si Bos sehingga beliau bisa dengan mudah mendeteksi radar bawahan yang kurang ajar. Itu termasuk dalam persoalan vital di Gamma Vers, ‘kan? Pasti bisa didanai dengan keuangan kantor.

Kunyah tiga.

Mungkinkah Deo meletakkan alat penyadap di tubuhnya?

Ana buru-buru mengecek pakaian yang ia kenakan. Blus, celana bahan hitam, kuciran rambut sampai tas yang selalu dibawanya ke mana pun ikut dicek. Nihil. Semuanya aman dan tak ada tanda-tanda alat sadap.

Lantas, dari mana coba Deo tahu gerak-geriknya? Gosip kebaikan, keburukan, semuanya Deo tahu!

“Tessa, apa yang kamu makan?”

Kunyahan Ana otomatis terhenti. Mendongak kaget, ia bangkit. Sialan! Hater kutil memang penyihir. Dia bahkan tahu Ana sedang menggosipkannya dalam hati.

“Donat, Pak. Bapak mau?”

Ana melewatkan sarapan hari ini sehingga Satria menggantinya dengan membelikan satu kotak donat kesukaannya.

“Di mana kamu belinya?” Tanpa ragu, Deo mencomot satu donat rasa cokelat yang Ana ulurkan. Ia membuka bungkus plastik bening yang membatasi donat dengan udara bebas, kemudian menekan isinya perlahan agar keluar dari plastik. “Kelihatannya enak.”

Ana mengangguk. Satria membelinya di toko roti langganan mereka. Tentu saja enak. Harganya saja juga enak. Namun, berhubung ini traktiran Satria, Ana tidak perlu mengeluhkan soal ini.

“Abang saya yang beli, Pak.”

Deo menatapnya tanpa berkedip. Sensasi cokelat yang lumer di mulutnya menyentuh saraf-saraf pengecap di ujung lidah. Rasa cokelat yang menyebar di langit-langit mulutnya tergiring ke ujung dan tertelan begitu saja. Donat ini memang seenak bentuknya.