Part 21 | Mom Push!

111K 11.1K 517
                                    

Sweet accident shows sweet actions.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






“Gue benar-benar out of mind soal Deo, guys.”

Ana melemparkan punggungnya ke sandaran kursi. Berkali-kali tangannya mengucek kedua matanya yang terasa berat, berkali-kali juga ia menguap. Matanya merah dengan wajah pucat sebagai bumbu penampilannya pagi ini. Kacau. Kota masih diselimuti gerimis sana-sini, tapi keadaannya sudah seperti lewat tengah hari.

“Lah, si Bos kan memang begitu. Sebulan kerja sama Deodoran, bukannya lo paham, Na?”

Ilham mengaduk jahe hangat yang baru dipesannya. Menyeruputnya pelan-pelan kemudian mendesah ringan saat aroma khas jahe memenuhi penciuman. Hujan-hujan begini memang enaknya minum yang hangat-hangat sebelum nanti berkutat dengan pemanasan pantat.

Lima belas menit lagi, sesi coffee break akan berakhir. Mereka masih memiliki waktu untuk persiapan mental dicecar tim auditor eksternal.

“Masalahnya nih ya,” Ana berdecak keras, “ada banyak tugas abnormal yang dia kasih ke gue. Lo bayangin aja gue diseret dari rumah Subuh-subuh, terima gotong kursi sama meja waktu bos pengin piknik di atap, dijadiin kambing hitam waktu ketemu Vivian,  jadi bandar utang dan denda... mumet gue!”

Terlebih saat Deo dengan pedenya meminta makan di depan Satria. Ana mengerang frustrasi. Bisa-bisanya! Bos macam apa dia?

Ranti terkikik geli. “Ekspresi lo kayak orang mau gantung diri aja, An.”

“Gue maunya gantung Pak Bos di pucuk GV!” jawab Ana ketus. Ia melanjutkan kekesalannya dengan menyeruput cappuccino.

Dini hari tadi saja, Deo membuatnya pusing. Mulut kelewat cerdasnya tak henti-hentinya mendebat Satria. Laki-laki itu seakan punya seribu satu jawaban yang nyaris membuat Satria ingin mencekik Deo karena terlampau kesal. Jika saja Ana tidak menghentikannya, dua manusia itu pasti sudah terdaftar di buku administrasi rumah sakit dengan keterangan luka bacok.

Ia mendesah. Baru sebulan bekerja saja rasanya seperti ini, apa jadinya hidup Ana kalau kontrak lima tahun dilanjutkan sampai selesai?

“Ati-ati sama omongan lo, Na. Nanti kena ciduk. Radar bos kan ada di mana-mana,” ucap Aryo memperingatkan. Laki-laki itu mengambil sepotong cake yang disodorkan Ranti padanya.

“Masih untung lo kerja di bawah kepemimpinan Deo langsung. Lah, kita?”

“Yoyoy!” Ilham menambahkan cepat. “Anak divisi anggaran lebih berat lagi karena tiap hari diuber positif-negatif. Kepala gue bahkan sampai botak mikirin duit tanpa wujud!”

The Devil Boss [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang