Part 13 | Alibi

115K 12.3K 690
                                    

Apa yang membuat bawahan takjub dan mencibir di saat yang sama? Alibi bos!


***


***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.









Miliaran kali Ana berpikir apa yang baru saja ia dengar hanyalah ilusi, triliunan kali dirinya disadarkan bahwa apa yang Deo katakan adalah kebenaran.

Punggungnya menghempas sandaran sofa yang Deo persilakan untuk diduduki. Usai meletakkan kresek berisi belanjaan, bosnya memang tidak berkata panjang lebar. Laki-laki itu menyuruh Ana diam saja, menatapi dua puluh empat tangkai lili yang diisikan ke dalam vas besar di tengah meja makan, sementara si bos bergerak lincah di dapur miliknya.

Ana bertopang dagu. Lili di depannya cantik sekali. Tapi kalau melihatnya terlalu lama, rasanya sedih juga mengingat si bos membelinya untuk mengenang ibunya yang sudah tiada.

Helaan napas Ana terdengar berat. Tak tahan lagi, ia bangkit menuju area peperangan Deo. Dibukanya panci yang tertutup untuk melihat apa yang sedang dikukus oleh si Bos.

“Bapak mau masak apa?”

Dilihat dari potongan ayam yang dikukus serta bumbu yang ada, sepertinya Deo akan membuat hidangan lezat.

“Ayam geprek,” jawab Deo singkat. Laki-laki itu mengibaskan kain lap kemudian menyambar mangkuk untuk mencampurkan telur, garam, merica, dan tepung terigu.

Ana mengangguk. Ah, ayam geprek.

“Boleh saya aja yang ngocok, Pak? Saya enggak bisa masak, tapi saya bisa kocok-kocok.”

Deo menatapnya lama sebelum mengangguk. Ia juga tidak mau Ana hanya makan tanpa membantunya sedikit pun. Dengan penuh perhatian, ia memberikan ruang bagi Ana untuk menggantikan pekerjaannya.

Merica selalu memiliki bau menyengat sehingga Ana harus berusaha keras agar tak menghirupnya dan berakhir bersin-bersin. Untuk menyiasati hal tersebut, ia menahan napas. Matanya ganti menatap Deo demi bisa mengalihkan pikirannya dari merica.

Si Bos masih berdiri di depan panci tertutup. Celemek berwarna putih gading melekat di dadanya. Ana yakin siapa pun rela membayar mahal demi bisa melihat CEO Gamma Vers live memasak seperti ini.

“Bapak sejak kapan bisa masak?”

Diam seribu bahasa, Deo seolah tidak ingin menyahut. Ana menelan rasa sebalnya dengan mengedarkan pandang ke sekeliling ruangan yang ia pijak.

Dapur Deo serba putih. Kitchen set berada tak jauh dari wastafel, sedangkan meja makan ada di tengah ruangan. Di sudut dekat dengan pintu, terdapat sebuah kulkas besar yang ditempeli dengan banyak stiker event Gamma Vers. Bos kelewat kreatif itu membentuk stiker-stiker yang didapatnya menjadi gambar tengkorak. Menyeramkan sekaligus mampu membuat siapa pun tercengang hebat akan kreativitasnya.

The Devil Boss [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang