DEO's POINT OF VIEW
Laki-laki tidak memercayai cinta dan menghabiskan masa muda dengan menyangsikannya. Hati mereka patah berkali-kali, tetapi tidak ada satu pun yang mengetahui. Saya mengalaminya.
Patah hati pertama adalah saat-saat yang paling memukul jiwa. Kepergian ibu saya menjadi pil pahit pengawal hari yang tak bisa dihapus jejaknya selama bertahun-tahun. Saya masih kelas dua SMP ketika rumah yang kami tempati terbakar dan ibu saya tidak pernah keluar dari sana. Bau asap yang menyengat, api di segala sisi, teriakan panik orang-orang, tangisan Alan yang masih belia... menenggelamkan saya dalam duka berkepanjangan.
Butuh ratusan kesibukan agar saya bisa melaluinya seakan tidak ada yang pernah terjadi. Saya pikir dunia tidak akan menghukum saya dengan luka untuk kedua kalinya, tetapi saya salah. Patah hati kedua dimulai ketika saya memercayai seseorang dengan segenggam perasaan.
Kami biasa menghabiskan hari dengan tertawa, tidak pernah kekurangan bahan obrolan, saling berkabar saat berjauhan, dan mengumbar dukungan ketika dunia terasa menyesakkan. Saya pikir saya begitu mengenalnya hingga proyeksi kami di masa depan selalu menerbitkan lengkungan senyum di bibir saya.
Namun, pada akhirnya, saya salah. Berharap pada manusia hanyalah ketololan belaka. Sebuah kebodohan karena pernah menyemogakan dia menjadi bagian dari masa depan saya. Kami tak sepadan. Saya begitu tulus menyayanginya, sedangkan dia hanya menjadikan saya sebagai trofi kemenangan. Tidak lebih dari itu.
"Bro, serius lo putus sama Vivian?"
Saya hanya menyunggingkan senyum lemah dan menyebutkan alasan ketidakcocokkan untuk menyamarkan kebodohan yang telah saya lakukan selama tiga tahun belakangan. Bagi saya, hubungan adalah privasi dan apa pun yang terjadi dalam prosesnya tak semestinya diumbar betapapun kecewanya saya.
Arfan hanya menepuk-nepuk pundak saya dengan penuh pengertian. "Sabar, Bro. Entar pasti dapet pengganti yang lebih baik dari dia."
Saya tidak tahu itu bisa dikatakan sebagai doa tulus dari seorang sahabat atau tidak. Kenyataannya berusaha menjalani hari tanpa kehadiran sosoknya tidaklah mudah. Orang-orang mengatakan saya bodoh karena masih mengharapkannya kembali. Orang-orang mengatakan masih banyak ikan di lautan sana. Akan tetapi, mereka bukanlah saya. Sebelum ini, saya hanya punya Vivian. Dia yang selalu membuat saya tertawa. Dia yang selalu membuat saya merasa kosong tanpa kehadirannya. Bagaimana bisa saya dipaksa menghadapi dunia tanpa melihatnya?
Hari demi hari saya lalui dengan perasaan beku. Entah saya sudah mati atau masih hidup, saya juga tidak tahu. Hambar. Hanya itu yang bisa saya jelaskan.
"Kata Bang Arfan, kelamaan natap orang lain itu bisa bikin belekan." Namun, rutinitas mempertanyakan eksistensi itu berakhir ketika Ana datang. Bulan-bulan patah hati yang sempat saya lalui pudar. Untuk pertama kalinya, saya tertawa melihat betapa berhasilnya didikan sahabat saya. "Om pedofil, ya? Kok lihatin saya lama banget. Saya tahu kalau saya cantik, Om, tapi enggak usah segitunya juga lihatnya."
Rentetan sumpah serapah membanjiri batin saya dua detik setelah Ana menyeret kopernya dari pintu kedatangan bandara. Sosok yang pernah saya temui dalam wujud bocah cilik penggila markisa itu telah berubah drastis menjadi perempuan pengetes kesabaran setiap insan. Saya seharusnya tidak boleh heran mengingat mahaguru yang mendidiknya juga tidak jauh berbeda. Arfan dan Satria adalah bencana dalam sejarah karak-terisasi manusia.
"Kepercayaan diri kamu tinggi sekali, Bocah. Saya hanya sedang bertanya-tanya kenapa Arfan membiarkan tikusnya berkeliaran di Indonesia dan menyuruh saya menjemputnya."
Paham betul dengan keprotektifan Arfan terhadap si bungsu, saya dengan mudah menemukan alasan berkelit. Ana melotot garang.
"Om belum pernah ditampol sempaknya Bang Satria, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil Boss [TAMAT]
ChickLitᴘᴇʀᴀᴛᴜʀᴀɴ ᴘᴇʀᴛᴀᴍᴀ Dilarang mendekati bos dalam radius dua meter. Khilaf? Takdir. ᴘᴇʀᴀᴛᴜʀᴀɴ ᴋᴇᴅᴜᴀ Bos selalu benar dan bawahan harus menyetujui kebenaran yang ada. Khilaf? Potong bonus. ᴘᴇʀᴀᴛᴜʀᴀɴ ᴋᴇᴛɪɢᴀ Dilarang melakukan skinship apa pun bentuknya...