Part 2 | Tekad Sebulat Bakpao

215K 16.9K 1.4K
                                    

Dari kecil, Yana punya cita-cita keliling Indonesia, tapi sampai sekarang belum bisa kesampaian. Mungkin tulisannya aja dulu yang wujudin itu.

Dear pembaca, kamu dari kota mana?




____________________________________

Sepandai-pandainya tupai melompat, pasti jatuh juga. Secerdas-cerdasnya bawahan membuat rencana, bos selangkah lebih maju jua.



***




Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








“Masih pagi, Na. Muka lo udah kayak papan cucian aja.”

Suara itu datang menggenapkan kekesalannya. Jika Ana berada dalam sebuah anime, ia yakin kepalanya sudah berasap—ralat—terbakar malah karena saking emosinya. Sedotan yang sebelumnya bersiap meluncur ke mulut Ranti, ia serobot.

“Kebiasaan lo enggak pernah berubah, ya? Main serobot. Minta izin dulu kenapa!” Ranti mengomel. Perempuan itu melambaikan tangan pada waiter terdekat untuk memesan minuman lagi. Ana menggeleng. Mana bisa ia minta izin di saat lava dalam kepalanya siap meluluhlantakkan Gamma Vers?

“Pasal 360 KUHP masih berlaku enggak, sih?”

Tatapan Ana terlempar pada laki-laki berkacamata yang kini menatapnya dengan kening berkerut. Aryo Adinugraha namanya. Ia senior Ana ketika mereka kuliah dulu. Jadi, ketika nona sekretaris mulai kambuh, laki-laki bermata sipit itu tak lagi heran.

“Gue bukan anak hukum. Mana gue ngertilah,” jawab Aryo santai.

Ranti mencondongkan tubuhnya. “Kenapa?”

Pakai tanya kenapa segala pula! Ana mendengkus. Ini menyangkut hidup dan matinya. Bos semprul itu bisa melakukan hal-hal di luar nalar, jadi ia harus menyiapkan amunisi di awal agar tak terjebak di lubang tikus. Deo kucing bermata hitamnya, sedangkan Ana adalah tikusnya. What a perfect relation!

“Gue ngerasa jadi tikus, Ran! Lo tahu enggak hari ini gue dikerjain sama Deodoran?”

Biar saja satu kantor tahu Ana memelesetkan nama dewa bos. Suruh siapa jadi bos menyebalkan. Ia menarik napas dalam, menahannya beberapa saat agar mendapatkan ketenangan.

Rhodeo Algavian. Dari namanya saja sudah bisa ditebak persentase keanehannya. Hobinya berkeliling mencari-cari kesalahan para deadliners keuangan semasa Ana masih menjadi sekretaris direktur keuangan dulu. Ada saja sidang dadakan yang digelar oleh pak bos.

Bahasannya pun beragam; mulai dari tata letak meja yang dirasa membosankan, laporan keuangan empat kuartal yang mengandung tipo sampai debu di lantai divisi keuangan pun ikut dikomentari. Itu baru satu divisi, belum divisi lain. Menurut isu yang beredar, kediktatoran Deo lebih parah dari yang bisa dilihat.

The Devil Boss [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang