Part 22 | Inhale Exhale

106K 12.2K 1.2K
                                    

Orang yang diam terkadang bisa berbahaya waktu sedang kumat. Bisa-bisa membuat spot jantung mendadak.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Orang-orang berlari ke sana kemari menghindari kobaran api. Beberapa wajah yang Deo kenali sebagai karyawan Gamma Vers terlihat berbondong-bondong keluar seiring sirine kebakaran terus melolong tanpa henti. Deo mencegat salah satu di antara mereka.

“Apa ada yang melihat Tessa Ariananda keluar?”

Setengah kewarasannya menghilang saat laki-laki di depannya memberikan gelengan pelan. Sialan! Sekretarisnya positif masih di dalam sementara kobaran api semakin membesar dari waktu ke waktu.

Deo mengacak rambutnya kasar. Menanggalkan jas hitam yang ia kenakan, ia mulai berlari masuk. Sekretarisnya berada di lantai tiga puluh sembilan. Terlalu jauh dari pintu darurat dan jalan keluar. Mengingat perangainya yang cenderung lemot, bisa-bisa ia keluar dalam bentuk abu jika tidak ada yang menyeretnya.

Niatan itu baru akan terlaksana ketika cekalan kuat menahan langkah Deo di lobi. Laki-laki itu menoleh garang.

“Pak, waras, Pak! Itu api, bukan hujan. Bapak enggak mau gosong, ‘kan?”

“Lepaskan saya! Sekretaris saya ada di dalam!” Nada suara Deo naik hingga menyerupai teriakan. Sosok asing di depannya membulatkan matanya.

“Maksud Bapak, Ana ada di sana?” Telunjuknya terarah ke atas. “Shit!”

Deo langsung mendelik. “Kamu mengumpati saya?” semburnya berang. Di saat seperti ini bisa-bisanya bawahan antah berantah ini mengumpatinya.

“Eh, enggak, Pak. Damai-damai.”

“Kalau begitu, lepaskan saya!” Deo mulai menggerakkan tangannya dengan tak sabar. Akan tetapi bukannya mengendur, cekalan itu justru menguat. Ukuran tubuh mereka yang tak jauh berbeda membuat Deo tidak bisa melepaskan cekalan di sikunya semudah menepis bulu. Tak tahan lagi, ia mengarahkan tangan kanannya untuk merenggut kerah kemeja laki-laki kurang ajar yang menghambat pergerakannya.

“Kamu pikir saya sedang luang, hah?! Lepaskan cekalan sialan kamu atau saya pecat!” bentaknya habis kesabaran.

“Pak, saya tahu Bapak lagi panik. Tapi coba pikir pakai kepala dingi—”

“Saya tidak peduli, Berengsek!”

“Ya Allah, Pak.” Ilham mendesah. Atasannya Ana memang bebal, keras kepala, dan hobi bentak-bentak. Ia mengangkat ember hitam yang dibawanya dari kamar mandi di dekat tangga darurat. “Daripada ribut gaje, ada baiknya kita berusaha padamkan secara manual selagi nunggu petugas pemadam kebakaran. Bapak bantu saya usung air aja—”

“Kamu bercanda?” Teriakan Deo lepas. “Tessa bisa gosong kalau saya menuruti saran gila kamu! Lepaskan saya!”

Lalu, apa yang akan terjadi bila Deo menerobos masuk seperti di drama-drama? Dobel gosong yang ada!

The Devil Boss [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang